Sabtu, 09 Agustus 2014

ALLAH  ADA SAAT BADAI ITU DATANG
Matius 14:22-33

Saudara di dalam Kristus,
Di perikop sebelum renungan ini, Yesus ternyata baru melakukan mujizat besar yang tidak bisa dilupakan masyarakt sekitar galilea ketika itu. Yesus memberi makan 5000 orang hanya dengan bahan 5 roti dan 2 ikan kumpulan yang kelaparan itu dipuaskan, bahkan masih sisa 12 keranjang. Allah sebagai sumber kehidupan mejadikan peristiwa besar yang tidak bisa dilakukan oleh siapa pun termasuk raja-raja di dunia ini. Oleh karena itulah kerumunan manusia itu berniat mengangkat Jesus menjadi raja, sebab menurut mereka raja adil keturunan Daud itu benar benar telah hadir dalam sosoh Yesus yang mampu menjamu rakyat yang kelaparan. Kisah ini mmemang tidak diceritakan oleh Matius tetapi diinformasikan oleh Yohanes dalam Yohanes 6:15. Ada kemungkinan para murid juga belum mengenal dan memahami secara jelas visi Kerajaan Allah yang akan dibangun Yesus, sehingga mereka juga tergoda bahkan seturut dengan keinginan ribuan manusia itu sehingga dalam ayat 22 Matius mengatakan : "Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang". Disitu ada kata 'memerintahkan', dan sesudah menyuruh orang banyak pulang, Yesus pun berdoa ke atas gunung seorang diri sesuai dengan informasi Yohanes tadi.
Dari atas gunung itulah Yesus memandang murid-murid sedang berjuang menghadapi keganasan ombak Danau Galilea tadi. Barkley mengatakan bahwa kemungkinan peristiwa ini terjadi di bulan April menjelang Paskah Yahudi saat terang bulan. Memang saat musim semi juga sering terjadi angin kencang menyapu wilayah Palestina.Itulah yang memungkinkan Yesus mampu melihat para murid di atas perahu itu.

Saudara,
Dalam renungan ini setidaknya ada tiga hal yang  penting kita catat:
1. Sebagai Orang Beriman kita juga akan menghadapi badai
Sama seperti para murid yang berjuang menggapai tujuan, demikian juga kita sebagai orang beriman. Tantangan dan badai akan menghadang biduk bahtera pribadi atau pun keluarga kita.Kebaikan dan kemurahan Allah adalah bahwa Dia memberikan matahari dan hujan kepada orang jahat dan orang baik. Bahkan Yesus sudah menerangkan 2 minggu lalu tentang lalang diantara gandum ( Mat 13:24-30) yang bisa kita mengerti bahwa dalam penghakiman kelaklah Allah menghakimi orang jahat itu, sementara dalam hidup ini mereka akan tinggal bersama kita bahkan akan menyusahkan kita. Badai yang dialami para murid datang dari alam tapi badai yang paling sering kita hadapi adalah kenyataan situasi keamanan yang tidak memadai, kebebasan (beribadah) yang sering dikebiri, ketidak adilan ekonomi, sulitnya mencari kerja dan hal-hal kemiskinan lainnya. Kesulitan-kesulitan itu menghantam bahtera kita sehingga tujuan dan cita-cita kita sering terhalang. Tetapi Yesus Tuhan kita melihat dan peduli padamu, walau tengah malam saat orang lain telah ternyenyak dan tidak peduli dengan deritamu, saat kasih mulai redup dan hilang, saat sahabat, saudara mulai meninggalkanmu, pada hal engkau butuh, saat frustasi menghampiri dan ingin membunuh kita, tetapi kemudian Dia mengatakan: " "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" (ay. 27). Artinya kalau segala pintu pertolongan telah tertutup, yakinilah Allah akan bertindak untuk membantu dan melepaskan. Tidak ada alasan untuk putus asa.
2. Iman yang kuat memampukan
Petrus salah seorang dari murid itu ingin membuktikan bahwa yang datang itu bukan hantu melainkan Tuhan dan meminta Yesus untuk memanggilnya, dan Yesus pun mengatakan "datanglah ". Serta merta Petrus berjalan di atas air menuju Yesus, namun ketika angin bertiup kembali diapun mulai oleng dan hampir tenggelam.serta meminta "Tuhan tolong aku" (ay. 30), segera Yesus mengulurkan tangannya dn berkata "Hai orang yang kurang percya mengapa engkau bimbang?" lalu mereka pun naik ke perahu dan angin itu pun reda. Petrus yang sering militan namun tiba tiba mengendur bahkan tenggelam telah kita juga waktu malam penangkapan Yesus, dia sangat militan tetapi Yesus mengatakan: "Sebelum ayam berkokok engaku telah menyangkal aku tiga kali" memang benar terjadi. Dia juga sosok yang mudah oleng oleh angin dan hampir tenggelam. Banyak diantara orang percaya yang selalu dekat dengan Tuhan tetapi mudah juga oleng oleh angin badai. Tetapi Petrus juga adalah orang yang cepat bangkit dari keterpurukannya dan merangkul Tuhan lebih erat dan mesra lagi. Ini yang sering alpa dari kita. kalau trjadi badai, kita oleng dan hampir tenggelam kemudian kita lenyap, bahkan walau badai telah usai kita tetap hilang tersesat terbawa jauh oleh angin. Mrilah kita meniru Petrus yang kurang percaya itu, tetapi mengasihi Tuhan.
3. Waktu Yesus berjalan di atas air itu adalah simbol kekuasaanNya mengalahkan Tiamat, naga yang bersarang di lautan dan dengan amarahnya mendatangkan angin topan dan ombak besar, menjungkalkan kapal-kapal layar. Ternyata sekuat apapun penguasa dunia ini ingin menghancurkan iman dan pengharapan kita, Yesus jauh lebih berkuasa untuk melepaskan kita sebab dikakinya berlutut semua kuasa. Oleh karena itu kita tidak perlu ragu untuk percaya kepadanya agar kita bisa seperti Dia menuju kemuliaan abadi walau melewati badai kematian sekalipun.
Catatan:
1. Kalau pergumulan terjadi apakah kita sebagai warga Kristen berani mempertahankan iman percaya kita? atau bahkan kita hanya mengandalkan keuatan kita tanpa mengimani bahwa Allah akan berada disamping kita untuk membantu kita?
2. Percayakah kita bahwa Allah senantiasa menjaga kita dalam perjalanan hidup ini (Mzr 121)
3. Kalau pun kita terjatuh karena kuatnya angin badai itu, seharusnyalah kita memanggil Tuhan untuk menyelamatkan kita dan merangkulnya lebih kuat lagi.


Kamis, 31 Juli 2014

                              TERIMALAH FIRMAN HIDUP SEBAGAI ROTI KEHIDUPAN
                  Nas : Yesaya 55:1-5                                             Nas Pembimbing: Matius 14:13-21

Saudara yg kekasih,
Bagi sebagian besar manusia ketersediaan makanan/ minuman meningkat posisi kesulitan untuk mendapatkannya dari tahun ke tahun. Di banding 20 tahun lalu, bisa dikatakan setiap tahun harga bahan-bahan makanan semakin mahal dan sulit untuk dijangkau. Setelah lebih dari 10 tahun bersama dengan beberapa teman mendampingi para petani di SUMUT nampak dengan gamblang kondisi-kondisi tersebut. Ada banyak penyebab krisis ketersediaan pangan dan air bersih, disamping pemerintah belum mampu mengintensifkan lahan lahan yang ada dengan teknologi, tetapi juga buruknya kondisi pemerataan keadilan terhadap pertanian, misalnya pupuk bersubsidi yang hilang, hasil pertanian yang dibeli begitu murah harganya tetapi dijual mahal oleh para tengkulak atau agen-agen. Tidaklah mengherankan bahwa petani kita sebagai provider kebutuhan sumber makanan bagi masyarakat luas adalah pihak yang miskin dan kelaparan. Pemerintah menyebut mereka petani yang mulia, tetapi tidak pernah menghargai perjuang-perjuangan mereka.
Kala kesulitan makanan bangsa Israel memiliki referensi kepedulian Allah membuka pintu sorga dan memuaskan umatnya yang kelaparan. Keluaran mencatat bagaimana Tuhan menurunkan manna dan daging untuk  memuaskan kelaparan umatnya (Kel 16). Oleh karena itulah undangan makan minum gratis bahkan membawa karung untuk membawa gandum menjadi peristiwa yang bisa saja terulang saat penderitaan pahit di Babel tersebut. Hanya Tuhan yang bisa menjadi tumpuan harapan, tidak mungkin dari penindas-penindas tersebut. Mereka yang miskin danterbuang tidak mungkin mengharap apalagi bermimpi. Tapi sekali lagi Allah mengatur perjalanan lebih kurang 70 tahunpembuangan itu penuh arti penuh makna. sehingga banyak ahli mengatakan 70 tahun itu adalah universitas terbaik bagi Israel. Sebab mereka semakin menyadari betapa hebatnya Tuhan memelihara hidup, dan menyadari luar biasanya tindakan-tindakan Tuhan mengangkat mereka dari kehinaan menjadi berarti.
Saya tidak tahu apakah anda pernah dijamu Allah dengan perjamuan di gurun pasir tersebut, saat segala kemungkinan telah habis, saat pintu-pintu bantuan seolah tertutup. saat kita sudah hampir mengatakan bahwa segala kemungkinan telah berakhir, tetapi keajaiban dari Allah  merobah segala kemustahilan menjadi benar benar nyata. Saya percaya setiap orang pernah mengalami pemeliharaan Tuhan tersebut, sebagaimana saya juga pernah mendapatkan manna, daging lejat bahkan anggur segar di tengah gurun pasir kehidupanku, Sama seperti Elia di tepian sungai Kerit, walau tidak ada restoran penyedia makanan, walau tidak ada lagii yang bisa memberi sedikit roti, tidak ada lagi Janda di Sarfat, tetapi Allah memberi makan Elia dengan perantaraan burung gagak. Kisah Elia dengan burung gagak di tepi sungai Kerit dan seorang janda  bisa anda bacadalam 1 Raja raja 17:1-24
Oleh karena itulah Allah melalui Yesaya mengungkapkan bahwa dibalik semua pemberian kebutuhan jasmani, masih ada yang lebih penting yakni makanan rohani yang menjamin setiap konsumernya tidak mengalami kelaparan lagi, yakni mendengar Firman Tuhan. Ayat 3 mengatakan : Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup. Menerima Firman yang menjadi daging di dalam Yesus menjadikan kehidupan semakin berarti di hadapan Tuhan sebab kita beroleh janji-janji tentang sorga tersebut.
Kalau kita membaca kisah pemberian makan 5000 orang  (Mat 14:13-21) dalam versi Johanes (Yoh 6), ternyata cerita tersebut tidak berakhir dlam kisah seputar mujizat pemberian makan 5000 orang tersebut. Hari kemudian orang juga berkumpul dan Yesus tahu motivasi mereka karena mereka sudah mendapat roti dan kenyang, tetapi Yesus menekankan, paling utama adalah memakan roti yang tidak membuat lapar lagi. Yesus mengatakan :" Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya".(Yoh 6:27). Waktu mereka mendesak lebih real, Yesus menjawab:" "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah".(Yoh 6:29). Lebih lagi Yesus mnerangkan :" Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi" (Yoh 6:35).
Apa yang di jelaskan Yohanes, itulah initi terdalam Yesaya 55:3-5 tersebut, meyakinkan dari segala kebutuhan jasmani ini masih ada yang paling utama lagi yakni percaya kepada Yesus sebagai Anak Allah yang menjadi kurban penghapusan dosa bagi kita, saat Yesus telah ditentukan menjadi pengganti kita di kayu salib. Dialah kehidupan itu, firman yang menjadi manusia.

Di tengah pergumulan hidup akhir akhir ini, semakin sulit menghindari pengutamaan pencarian hidup jasmani berupa materi yang bisa mengenyangkan hidup lahiriah kita. Kebutuhan semakin meningkat ditimpali oleh hidup modern berdasar pada faham hedonisme menjadi jadi, sehingga terkadang batas antara yang haram dan halal tidak aktual lagi untuk dibicarakan. Perlu diingatkan bahwa hidup ini akan berakhir juga, sebab tidak ada seorang pun yang mampu hidup lebih lama dari100 tahun. bahkan mayoritas hidup  berakhir sebelum 100 tahun.  Tetapi hidup jilid dua, yang terjadi setelah hidup di dunia ini akan berlangsung, namun jelas Yesus menekankan bahwa percaya kepada Dia Firman yang hidup menjadi modal kita untuk bisa memasuki kehidupan jilid dua tersebut. Tentu gereja menginginkan agar jemaatnya jangan hanya hidup dalam dunia ini saja tetapi juga hidup dalam dunia yang akan datang, menjadi umat Allah yang setia di Jerusale Baru kota tanpa air mata itu (Wahyu 21:1-5).

Maka mimbar gereja enantiasa menjadi podium proklamasi kasih Allah yang sejati agar orang percaya memilih hidup seiring Firman Tuhan dan setia untuk menjalaninya hingga akhir hidupnya. INILAH SAATNYA MENERIMA FIRMAN TUHAN SEBAGAI ROTI HIDUP YANG MENGENYANGKAN HINGGA SELAMA LAMANYA.



 

Kamis, 24 Juli 2014

DIHIDUPKAN KEMBALI OLEH KRISTUS
           Yehezkiel 37:1-14
Pdt. Elson Lingga
1. Hilangnya pesawat Malaysia MH370 pada tanggal 8 Maret 2014 dengan  227 penumpang tersebut sungguh sangat mengejutkan dan kemudian mendukakan jutaan manusia termasuk saya. Salah seorang dari penumpang itu bernama Firman Siregar adalah anak dari ibu br Panjaitan yang pernah bersama sama dengan saya dalam satu rombongan perjalanan jauh ke Timur Tengah tepatnya ke Israel di tahun 2005. Firman berangkat ke Beijing untuk bekerja di perusahaan pengeboran minyak Jerman. Hilangnya pesawat itu tergolong sangat misterius, sebab tidak meninggalkan petunjuk kemana dan bagaimana, walau 26 negara bergabung menelusuri mencari hingga kini tidak ada kepastian. terakhir pemerintah Malaysia mengatakan hilangnya pesawat tersebut salah satu peristiwa paling misteri di dalam sejarah kemajuan teknologi manusia dan besar kemungkinan tidak akan pernah terungkap dan ditemukan. walau banyak orang menduga-duga kemungkinan adanya tindak teror, kerusakan mesin, cuaca buruk sebagai faktor penyebab hilangnya pesawat tetapi semuanya bermuara pada nasip tragis dan kematian penumpang. Kematian adalah peristiwa yang sangat tidak diharapkan tetapi tetap akan datang berupa hutang yang harus dibayar.
Kematian adalah bagian kita setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa (Rom 6:23). kemudian menjadi warisan turun temurun yang semua mendapatkannya. Ada orang mengakatan, kematian sangat adil dibagikan, sebab sama rata mendapatkannya. serendah dan sehebat apapun derajat kemanusiaan seseorang, mulai dari buruh bangunan hingga seorang raja yang kesehatannya terjaga prima, dan makanannya senantiasa memenuhi seluruh persyarakat dan takaran hidup sehat, yang pengawalnya tetap terjaga tetapi kalau waktunya telah tiba, dia akan menghadap sang khalik.

Rabu, 23 Juli 2014

ROH KUDUS, DOA DAN PENGHARAPAN
                              Nats: Roma 8:26-30                           Pembimbing:  Mazmur 119:129-136
Saudara yang kekasih,
Minggu ini kita membaca nasib tragis saudara kita umat Kristen di Mosul, wilayah Irak yang sekarang dikuasai kelompok ISIS. Mereka diberi 3 pilihan, beralih kepercayaan, membayar Yizha (pajak yang harus dibayarkan non muslim kepada mereka yg muslim terlebih untuk membayar tentara yang berjuang dalam islam) atau meninggalkan daerah itu kalau tidak, akan dibunuh. Itulah yang menyebabkan lembaran-lembaran koran, bahkan siaran TV dihiasi pengungsi besar-besaran. Padahal dari sejarah gereja kita ketahui bahwa penginjil-penginjil (yang tidak terkenal dan tertulis dalam sejarah) pada awal abad mula-mula telah memberitakan Injil ke wilayah itu, sehingga tercatat tahun 150 di Edessa dan Arbil (Irak dan Iran). Disana sudah ada gereja, persekutuan Kristen dengan segala kesaksian-kesaksiannya. Mereka yang menerima Injil waktu itu, bukan orang atau bangsa lain, tetapi mereka pemilik negeri itu sendiri,. setelah ribuan tahun dalam suasana harmonis kini terpaksa meninggalkan wilayahnya tanpa tujuan yang pasti.

Penderitaan nampaknya akan berulang terus setelah pada abad permulaan orang Yahudi dan pemerintahan roma menjadikan kaum Kristen menjadi target kebencian dan target pemusnahan. Gereja telah meninggalkan Sinagoge dan membentuk komunitas peribadahannya tetapi kebencian kaum Yahudi dan menuduh mereka sebagai agama misterii.pemakan daging dan peminum darah manusia (penyesatan arti perjamuan kudus yang setiap ibadah dilakukan ketika itu). Alasan itu telah lebih dari cukup untuk membenturkan mereka dengan pemerintahan Romawi yang menganggap Kaisar juga sebagai dewa yang harus disembah. Kondisi yang rumit penuh dengan dakwaan dan pembunuhan-pembunuhan adalah derita berkepanjangan dirasakan oleh setiap orang Kristen ketika itu.
Kondisi itu juga melatar belakangi banyak tulisan Paulus sebagaimana kita bisa telisik dalam Roma 8:26-30. Akan teteapi apa yang dialami selama dibumi ini, tidaklah menjadi paling utama lagi karena masih ada yang melebihi semua itu, yakni harta sorgawi  yg dijanjikan bagi orang percaya sebagai pewaris-pewaris. Sebagai komunitas yang berpengharapan atas berkat karunia Allah, Paulus melihat bahwa berdoa menjadi medium transendental untuk menguatkan, sebab Allah benar benar mendengar setiap rintihan orang-orang percaya. Kita melihat betapa kuasa dosa mampu memerdekakan seperti dialami para rasul,ketika mereka menghadirkan tanda tanda shalom Allah dengan membuat muzizat? semua itu dilakukan melalui doa. kita bisa membaca Kisah Rasul 4, bagaimana Petrus berdoa agar Allah menyembuhkan banyak orang (Kis 4:23-31),  Bahwa untuk pengharapan yang tidak kita lihat, bertekun menjadi sangat penting.Maka doa yang berakar dalam kehidupan harus sebangun dengan kehidupan harus berakar dan berdasar dalam doa.

Antara janji keselamatan dan kepedihan bahkan penderitaan sebagai konsekuensi pemilihan Allah sudah barang tentu Roh Kudus menjadi penghibur, pembela dan penguat. Tentu memahami bahwa hidup ini tidak selalu datar. Lihatlah, dari permukaan bumi ini terlihat jelas bagaimana tanah berbatu-batu bergunung gunung, lembah yang curam terjal. Bahkan hingga kini masih banyak wilayah yang tidak bisa di jamah karena sulitnya wilayah. belum lagi lautan yang sepanang tahun dilanda badai, membahayakan pelayaran. Atau juga gurun pasir di Afrika, Timur Tengah dan Australia yang sangat kering tk layak menunjang hidup. Bukankah itu juga menggambarkan bahwa hidup kita berada dalam kesukaran? Gambaran yang umum tentang sulitnya mendapatkan nafkah semakin hari semakin berat, jumlah warga miskin dan pengagguran semakin tinggi dan pasti membuat banyak keluarga menderita. Dalam kondisi sulit itu Roh Kudus memberikan kekuatan, Dia  mendengar setiap rintihan dan berdoa kepada Bapa untuk  memberi anugerah dan kebaikan bagi hidup kita. Menurut saya ungkapan ini sengaja dihadirkan Paulus untuk menunjukkan betapa Roh Kudus begitu solider, peduli, empaty, simpati  dan antusias terhadap kita. Bahwa pergumulan kita adalah bagian duka serta air mata Tuhan. Keadaan ini pernah diperlihatkan Yesus ketika Dia turut menangis melihat kematian Lazarus saudara Martha dan Maria di Betany (Yoh 11:1-44). Oleh karena itu Roh Kudus menjadi peenghibur dan seperti pendapat Andar Ismail, bahwa Roh Kudus adalah dunamai  yang diberikan bagi orang percaya. Dunamai adalah kekuatan, seperti kata dinamit (dari kata dunamai)  energy kekuatan yang mampu menghancurkan batu karang untuk meratakan jalan. Roh Kudus menjadi kekuatan menjalani kehidupan walau bergunung gunung, berbatu, kering, terjal, curam bahkan gelap tanpa harapan. Roh Kudus memberi arah bagi perjalanan hidup orang percaya.

Dalam ayat 28 juga ditegaskan Paulus bagaimana kepedulian, bahkan turut bekerja untuk kebaikan kita. Bagian ini sangat menghibur anak-anak Tuhan ketika mereka harus menderita dalam hidup ini.
Allah akan mendatangkan kebaikan dari semua kesesakan, pencobaan, penganiayaan, dan penderitaan; hal baik yang dikerjakan ialah menjadikan kita serupa dengan gambaran Kristus dan akhirnya menghasilkan kemuliaan kita (ay. 29). Lebih dari situ dipahami bahwa janji ini terbatas bagi mereka yang mengasihi Allah dan telah menyerahkan diri kepada-Nya melalui iman kepada Kristus..

Bagaimanakah kita memahami bahwa Allah bekerja menjadikan kita serupa Kristus sehingga kita mendapatkan kemuliaan? saya melihat bahwa Roh Kudus tetap menghibur dan memberi kekuatan kepada kita untuk tetap setia dalam segala peristiwa yang datang.  Warna warni pengalaman hidup di dalam Tuhan justru  menjadikan kita semakin dekat kepada kesempurnaan Kristus hingga akhirnya menerima mahkota kemuliaan (Filipi 2:5-11). Kuncinya adalah kesetiaan kita hidup menurut gambarannya, mendengar jalan hidup serta meneladaninya. Tentu banyak diantara kita bertanya selama di dunia ini kecenderungan hidup untuk jauh dari Tuhan semakin merapat frekuensinya seiring godaan-godaan, apakah saya kelak layak diantara mereka yang dibangkitkan dan bersama menerima kemuliaan itu? Luther mengatakan bahwa gereja adalah organ yang diperbaharui dan memperbaharui setiap saat, ecclesia reformata semper reformanda, yang berarti tidak persoalan seberapa sering anda jatuh tetapi kunci utama apakah anda bangkit dan memperbaiki diri hingga akhirnya bisa meninggalkan dosa itu untuk selamanya... Bisa saja kehidupan ini melukaimu tetapi janganlah terjatuh dan tak bangkit lagi. Bangkitlah dan berbuahlah.

Untuk ini bagus bagi kita melihat kehidupan pohon karet. Sepanjang hidupnya, setiap hari petani mengiris kulitnya untuk mengambil getahnya, diolah menjadi karet gelang, ban sepeda motor, mobil, dan yang lain. Mungkin tidak ada yang paling penting dari pada karet...walaupun tiap hari pohon karet dilukai tetapi pohon itu menghasilkan bahan yang sangat berguna, dan karet itu pun tetap tumbuh bertambah besar. Kita juga patut menjadikannya pelajaran hidup, walau tiap hari terlukai tetapi tetap berniat menjdikan hidup berguna, berbuah bagi orang lain. Hanya dengan demikian pengharapana kita akan kita dapatkan.

Atau lihat juga pohon kelapa ditepi pantai. Boleh saja badai laut yang sangat keras menghantam  hingga  batangnya patah dan buahnya berserakan tetapi buah yang jatuh ke laut, walau terbawa arus dan gelombang kemana-mana, tetapi ada saatnya walau sangat lama buah itu akan terbawa kepantai oleh ombak. Buah itu akan menjadi penerus pohon induknya, akar akan tumbuh dari kulitnya mencengkeram tanah dan mencari hara tanah untuk dibawa ke tubuhnya yang kecil, namun pasti kelak akan menjadi besar bahkan lebih besar dari induknya yang patah buahnya juga akan diharapkan manusia, dan binatang binatang. Bisakah kita mendapatkan pelajaran hidup beriman dari sana?

Selasa, 15 Juli 2014

KASIH DAN KUASA ALLAH YANG KEKAL ABADI
Pdt. Elson Lingga

Saudara dalam Kristus Yesus,
Ditengah klimaks penderitaan Israel Yesaya berbicara tentang kuasa dan kasih Allah. Setelah penyelewengan dan dosa-dosa Israel menjijikkan  Allah hukuman pun menanti (dosa dosa bukan lagi hanya sebatas tindakan sederhana tetapi juga keputusan-keputusan raja dan tidak senafas dengan kehendak Allah, membuat kekacauan bangsa). Allah menggerakkan bangsa lain untuk melecut dan menghajar mereka. Asyur mengambil peran cambuk bagi Israel. Peristiwa tersebut akhirnya memutar sejarah dari bangsa yang berdaulat, berubah menjadi bangsa yang terjajah, bahkan bangsa yang terbuang. Setelah Yesaya (Ibrani:Yeshayahu = Penyelamatan Yahwe) berbicara tentang himbauan pertobatan dan ancaman dan hukuman dalam 39 pasal pertama, bagian kedua dari fasal 40-55 mengandung teologi tentang mesianisme penyelamatan bangsa. dan pada bagian inilah renungan minggu ini menemukan konteksnya.

Disampng sebagai media pembelajaran, ternyata pembuangan menjadi pentas kemuliaan dan kekekalan kasih serta kuasa Allah. Perlu anda ketahui bahwa renungan tentang kemahakuasaaan dan kasih Allah  (renungan hari ini) dimulai dengan teks unik dan mempesona. lihatlah teks dibawah ini:
"Tetapi sekarang, dengarlah, hai Yakub, hamba-Ku, dan hai Israel, yang telah Kupilih! Beginilah firman TUHAN yang menjadikan engkau, yang membentuk engkau sejak dari kandungan dan yang menolong engkau: Janganlah takut, hai hamba-Ku Yakub, dan hai Yesyurun, yang telah Kupilih! " (Yes 44:1-2).
Ada 4 kata kunci kuasa dan kasih Allah bagi umatnya: Menjadikan, membentuk dalam kandungan, menolong. Bukankah itu berarti bahwa sejak keberadaannya masih sperma bibit yang sangat awal kecil dan cikal bakal, Allah telah memiliki rencana besar baginya? justru dari rahim kemaha kasihan Allah sendirilah terbentuk dan terlahir Israel yang kecil dan kemudian bertumbuh menjadi besar? sama seperti setiap manusia adalah muzisat dari kemaha kuasaan Allah. Di dalam rencana-rencananyalah setiap orang berada, bukan secara kebetulan seperti teori-teori terjadinya alam di mata para ilmuan, tetapi dalam rencana keajaiban yang direalisasikan dengan kasih sejati. itulah kita. Dalam hubungan inilah sebaiknya kita memahami bahwa kita ini sangat berharga di mata Tuhan.
Setelah kekalahan Israel dan penghancuran-penghancuran harapan mereka seolah-olah Allahlah yang kalah dan tidak berkuasa lagi. Ilah-ilah orang Asyur kemungkinan lebih menguasai alam dan nasib mereka, jangan jangan orang Israel terpikat pula untuk menyembah 'tuhan' orang Asyur tersebut. Di masayarakat Timur Tengah kuno sangat lajim pemahaman bahwa tuhan satu suku bangsa hanya berkuasa di teritorialnya saja, sementara diwilayah lain tuhan setempatlah yangberkuasa. Apalagi kalau satu bangsa mengalahkan bangsa lain itu sama dengan kekuatan ilah bangsa penjajah tersebut yang mengalahkan ilah bangsa terjajah.  Namun pemahaman itu terbantahkan dengan pemberitaan Yesaya yang mengatakan: " "Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku" (ay 6). Artinya adalah kukuasaan Allah utuh tak terbelah walaupun Israel kalah, Dia senantiasa berkuasa atas seluruh jagad raya dari  kekekalan hingga keabadian masa. Ini juga mau menegaskan bahwa Dia tidak berubah dalamn kuasa pun dalam kasihnya. Sebaiknya kalau ada kegagalan dan kekalahan yang perlu diperiksa adalah diri kita sendiri apakah kita telah jauh dari Allah.
Kekuasaan Allah yang maha besar itu adalah saat dia menciptakan dan mengatur perputaran roda waktu dari dahulu kala hingga ke kekalan yang abadi. Ayat 7 berbunyi:
"Siapakah seperti Aku? Biarlah ia menyerukannya, biarlah ia memberitahukannya dan membentangkannya kepada-Ku! Siapakah yang mengabarkan dari dahulu kala hal-hal yang akan datang? Apa yang akan tiba, biarlah mereka memberitahukannya kepada kami". Lihat kalimat yang mengakatakan: Siapakah yang mengabarkan dari dahulu kala hal-hal yang akan datang? Apa yang akan tiba..Kalimat ini mengingatkan Israel bahwa waktu perjalanan masing masing manusia bahkan bangsa Israel bukanlah waktu yang hampa berjalan seolah olah hanya ada siang yang terang kemudian bertukar dengan malam yang gelap. Tetapi di dalamnya ada bekas jari tangan Tuha yang berkarya tentang apa yang akan terjadi dari masa ke masa. Bagi bangsa yang terjajah dan terbuang ini menjadi satu stempel atau meterai bahwa Allah masih berkarya sepanjang masa untuk keselamatan bangsa tersebut hanya dalam kasihNya seperti di katakan dalam bagian lain:
Sion berkata: "TUHAN telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku." Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku. (Yes 49:14-16)
Tidak ada Allah seperti Yahwe, yang tidak pernah meninggalkan seluruh buatan tanganNya.

Saudara dalam Kristus,
Setelah mengungkapkan semuanya itu dalam ayat terakhir Allah meminta Israel untuk tidak taku dan tidak gemetar menghadapi apapun yang akan terjadi dalam kehidupan umat Israel, tentang ketangguhan musuhnya, tentang beratnya hukuman, tentang duka lara akan segala pelanggaran di masa silam. Allah kini berada di antara mereka, dia ibarat jenderal perang yang perkasa berdiri dihadapan lawan-lawannya untuk membela umat yang tak berdaya itu. Mereka akan melihat semuanya itu dengan mata kepalanya, mereka akan menjadi saksi atas seluruh kehebatan Allah, tidak ada tuhan lain sehebat Dia
.
Aplikasi:
Seandainya kitalah Israel itu, renungan ini mengajak kita memahamibahwa :
1. Setiap orang diantara kita adalah insan yang berharga bagi Tuhan sebab Dialah yang membuat kita ada mulai terbentuk di kandungan ibu (bnd Mazmur 139) dimana Allah memiliki rencana rencana yang besar. Dia mengamati dan tidak ada yang tersembunyi baginya, oleh karena itu sesungguhnyalah kita mengisi hidup ini dengan karya karya yang berkenan di mata Tuhan.
2. Boleh saja kita tersesat dalam dosa yang mendukakan Tuhan bahkan Dia kemudian menghukum kita, tetapi hukumannya tetap dalam rangka mengasihi kita.
3. Memang akan ada banyak kesulitan dan pengalaman getir  mengiringi setiap langkah. Sangat sedikit jalan datar, lebih didominasi jalan mendaki, curam, terjal berliku dan licin. Tetapi Allah juga mengiringi di perjalanan tersebut.
4. Peristiwa peristiwa dalam hidup kita ada dalam rencana Tuhan yang mengetahui setiap periwtiwa dan masa. Dia adalah Allah yang kekal, Alfa dan Omega, Allah dari segala yang ada.
5. Seperti seorang jenderal perkasa Tuhan senantiasa berada didepan untuk menghadapi musuh musuh kemudian menyelamatkan kita. Kita akan menjadi saksi atas perbuatan perbuatan Allah yang besar tersebut.

Kamis, 10 Juli 2014

KISAH SEORANG PENABUR
(Lukas 13:1-9+18-23)

Saudara yang kekasih dalam Yesus Kristus,
Sepintas kita akan tertawa membacara perumpamaan Yesus ini. Dapat dipastikan penabur yang diceritakan Yesus amat berbeda dengan penabur yang sesungguhnya. Mana ada petani yang menaburkan benih secara sembarangan, ada ke jalan, ke tanah berbatu-batu, ke tanah  bersemak duri dan ketanah yang subur? sudah pasti dimana pun dan kapan pun  bahkan sistem pertanian tradional sekalipun akan terlebih dahulu membersihkan tanah media tanamnya, membuang batu-batu, kemudian mencangkul hingga gembur baru menabur atau mmenugal. Tapi dalam perumpamaan ini Yesus menghadirkan orang yang lain dari biasanya, tidak peduli dengan tanah yang masih berumput, berbatu-batu dan gembur semuanya ditebari dengan bibit padi. Sebagai akibatnya, kemudian kita baca :

4 Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.
8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.


Ketidak lajiman yang diperlihatkan  seolah-olah tidak perlu mempersiapkan media tanam dengan baik dulu  Ada ahli yang mengatakan bahwa  memang begitulah sistem pertanian di Israel dulu, setelah ditebar benih baru kemudian di olah. Tapi sebenarnya Yesus membuat cerita yang berbeda agar menarik kepada para murid. Sebab pendengar cerita itu adalah murid yang akan diutus  menjadi penabur-penabur benih, tetapi bukan petani yang menabur, melainkan penabur benih Injil kepada  banyak jenis manusia.

Tujuan perumpamaan ini adalah agar para murid tidak memandang rupa dan kesempatan. Setiap orang harus menjadi tujuan prospek, walau pun orangnya adalah "jalan" atau "berbatu", tanah "bersemak duri" atau "tanah yang gembur dan baik". Sebagai penabur tanggung jawab mereka adalah menabur, tetapi untuk menjadikan biji bersemai dan menghasilkan buah adalah bukan tanggung jawabnya, tergantung pada "tanah" itu sendiri apakah mau menerima atau tidak. Pertemuan Injil dengan manusia yang mengakibatkan pertobatan serta berbuah lebat, adalah urusan Allah dan  "tanah" itu sendiri. itu kita baca dalam ayat 18-23:

18 Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu.
19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.
20 Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira.
21 Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad.
22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."

Sekali lagi, cerita ini adalah tentang seorang penabur dengan tanggung jawabnya yang harus berkomitmen untuk terus menabur benih Kerajaan Allah tanpa melihat waktu dan pilih bulu. Apakah kita termasuk sebagai penabur yang dimaksud Yesus itu? yang setiap saat berniat untuk menaburkan firman Tuhan kepada setiap orang dan segala waktu? kita diuji dalam hal ini.
Ada sebuah cerita yang menarik, ketika di satu desa  seorang yang ujur tua meninggal dunia. Tidak  banyak  yang datang melayat. Mungkin orang tua itu tidak memiliki anak atau sanak saudara. Pendeta memperhatikan betul semua yang hadir, bahkan hingga di pekuburan. Di sana ada seorang pria dewasa berjas menunggu, itu saja tamu yang beda. setelah selesai mayat diturunkan ke lobang, pria tadi menghormat dengan hikmat.Dan ketika angin berembus, jas pria itu agak tersingkap dan terlihatlah pangkat militer yang sudah berbintang. Ketika bercerita dengan pendeta tersebut sang tentara itu mengisahkan bahwa orang tua yang meninggal itu adalah guru sekolah minggunya. Khotbah-khotbahnya telah merubah hidup si "anak nakal" menjadi seorang yang baik. "Seandainya aku tahu sejak dulu dia disini saya pasti datang untuk membantuhidup dan ekonominya, saya sudah terlambat....tidak ada lagi yangb isa kuperbuat" cerita tentara tadi.
Guru sekolah Minggu itu tidai pernah tahu bahwa khotbahnya telah merobah hidup seorang anak nakal menjadi anak yang baik.

Yang tidak kalah pentingnya juga adalah bahwa kita adalah tanah itu sendiri yang  menerima taburan Firman Tuhan. Tentu Allah sebagai pemilik ladang tersebut mengharapkan buah yang berlimpah. Untuk mengerti tentu bukanlah melulu tanggung jawab sang pengajar, tetapi tergantung apakah kita memberikan dan menyiapkan  diri kita  untuk menjadi tanah yang baik atau tidak. Kalau kita tidak bereaksi hanya mendengar saja tanpa berusaha untuk mendalaminya, tak ubahnya kita adalah "jalan" "tanah berbatu" atau "tanah berumput semak duri" yang tidak menjadikan Firman Allah tumbuh dengan baik, tetapi akan sebera dirampas iblis dan dihimpit semak duri godaan dan tantangan jaman ini. namun  Tuhan mengharapkan kita menyiapkan diri menjadi  tanah gembur yang akan ditaburi Firman Tuhan sehingga kelak berbuah  berpuluh kali lipat.

Sabtu, 29 Maret 2014

                               ANAK-ANAK TERANG DALAM DUNIA YANG GELAP
                                                                     Efesus 4:8-14
                                                                   Pdt. Elson Lingga

Suatu ketika Agustinus mengatakan bahwa sebagai orang percaya kita harus memerangi kegelapan tetapi bukan dengan pedang, senapan atau senjata  lain "cukuplah engkau menyalakan lilin, maka kegelapan itu akan sirna". Ungkapan itu menggambarkan peperangan yang senantiasa terjadi antara gelap dan terang, antara orang percaya dengan kondisi dunia yang semakin gelap. Tetapi Yesus sendiri tidak pernah memerentahkan pengikut-pengikutnya untuk mengutuki kegelapan itu, dia mengatakan :" Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Mat 5:14-16).

Kalau kita gambarkan kondisi jemaat di Efesus, mereka persis setitik cahaya di tengah kegelapan dunia. bayangkan mereka masih jemaat baru, tetapi menghadapi tantangan yang sangat berat dari luar dirinya.
Pada zaman dahulu, kota ini adalah pusat keagamaan dan perdagangan yang kaya dan penting di pesisir barat Asia Kecil, hampir tepat di seberang P. Samos. Efesus didirikan di lereng-lereng atau di kaki beberapa gunung, terutama G. Pion dan G. Koresos. Kota pelabuhan ini dilalui oleh rute perdagangan utama dari Roma ke daerah Timur. Karena terletak dekat muara S. Cayster, dengan akses menuju lembah-lembah S. Gediz (Hermus kuno) dan S. Menderes (Meander kuno), kota itu berada di persimpangan rute-rute perdagangan darat di Asia Kecil. Ada jalan-jalan yang menghubungkan Efesus dengan kota-kota utama di distrik Asia. Kota Efesus menjadi destinasi utama orang orang kaya, mereka yang menjadikan harta sebagai tujuan hidup mereka adalah saudagar-saudagar. Tetapi sekali gus juga percampuran banyak prilaku termasuk yang tidak baik.

Di Efesus juga ada kuil Artemis. Bangunan yang paling mencolok di kota itu adalah kuil Artemis, yang pada zaman dahulu digolongkan sebagai salah satu di antara tujuh keajaiban dunia. Kuil yang ada pada abad pertama M, sewaktu rasul Paulus berkunjung ke Efesus, telah dibangun kembali sesuai dengan rancangan kuil Ionia sebelumnya yang konon dibakar oleh Herostratus pada tahun 356 SM.
Hasil penggalian di situs tersebut pada paruh kedua abad ke-19 menunjukkan bahwa kuil Artemis didirikan di atas panggung yang lebarnya sekitar 73 m dan panjangnya 127 m. Lebar kuil itu sendiri diperkirakan 50 m dan panjangnya 105 m. Di dalamnya terdapat 100 tiang marmer, masing-masing setinggi hampir 17 m. Bagian dasar tiang-tiang itu berdiameter 1,8 m dan beberapa di antaranya diukir sampai setinggi kira-kira 6 m. Tempat suci di bagian dalam kuil lebarnya sekitar 21 m dan panjangnya 32 m. Mezbah yang ada di sana kira-kira berukuran 6 m × 6 m, dan patung Artemis bisa jadi berdiri persis di belakang mezbah itu.
Potongan-potongan yang telah ditemukan menunjukkan bahwa kuil itu dihiasi warna-warna cerah dan pahatan. Atapnya ditutupi potongan-potongan marmer putih yang besar. Dan konon, mereka tidak menggunakan adukan semen untuk menyambung potongan-potongan marmer tersebut, tetapi emas. Ada banyak ahli mengatakan kuil itu merupakan kuil aman bagi pencari suaka. Dalam arti penjahat yang sedang dikejar dan masuk ke kuil tersebut dia tidak boleh diganggu lagi dan keselamatannya akan terjamin. hal itu memang menjadi kesempatan bagi para penjahat berkumpul di dalamnya dan membuat ketidak baikan juga.
Tidak tertutup kemungkinan berkembangnya ajaran seks bebas, dan perdukunan yang hebat telah menjadi hal yang biasa bagi seluruh penduduk Efesus sehingga orang Romawi sering mengatakan setiap sihir adalah tulisan orang Efesus.
Ke daerah itulah tujuan Injil diberitakan oleh Paulus, dan dia berhasil. Pengabaran Paulus, ditambah penyembuhan mukjizat dan pengusiran hantu-hantu, membuat banyak orang Efesus percaya. Selain itu, banyak yang menjadi berminat setelah tujuh orang putra seorang imam kepala Yahudi bernama Skewa gagal mengusir hantu. Orang-orang yang tadinya mempraktekkan ilmu gaib membakar buku-buku mereka di hadapan umum; kalau dijumlah, semua buku itu bernilai 50.000 keping perak (Kis 19:11-20).
Karena banyak orang Efesus telah meninggalkan penyembahan Artemis, seorang tukang perak bernama Demetrius menunjukkan kepada rekan-rekan perajinnya bahwa pengabaran Paulus merupakan ancaman terhadap pekerjaan mereka dan juga membahayakan penyembahan Artemis. Tukang-tukang perak yang marah itu pun berteriak, ”Agunglah Artemis orang Efesus!” Kota itu menjadi kacau, dan puncaknya adalah kerusuhan selama dua jam di sebuah teater yang dapat menampung sekitar 25.000 penonton (Kis 19:23-41).
Ada kemungkinan sepeninggal Paulus pengaruh-pengaruh negatif kota itu kembali memasuki kehidupan jemaat. mungkin karena kurangnya dedikasi dan motifasi terus menerus maka jemaat itu menjadi suam suam kuku. oleh karena itulah tulisan iniu menjadi sangat penting menegaskan kembali siapakah orang percaya itu didalam hidupnya. Paulus menggambarkan pengaruh duniawi itu adalah gelap, tetapi orang percaya itu adalah anak-anak terang. keduanya tidak pernah menyatu, tetapi terang harus tetap dalam komitmennya suatu saat kegelapan itu akan sirna. Paulus mengatakan : Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang (ay. 8). Orang percaya seharusnya meninggalkan kehidupan kegelapan itu dan menghidupi terang dalam dirinya. Sebab Yesus yang memanggil mereka juga adalah terang (Yoh 8:12). Pertempuran antara terang dan gelap akan berlangsung sepanjang jaman dalam bent yag semakin kompleks pula. kalau di Efesus kasusnya masih seputar kebebasan seks, perdukunan dan yang lain tapi masa kini semakin banyak. initinya kasih dianatar kita semakin menipis, tergantikan dengan cintya uang, materi, melegalkan kekerasan, bahkan karakter karakter buruk yang berkeinginan menjatuhkan orang lain asalkan dia dan kelompoknya aman. Sangat nyatalah pada masa kampanye pemilu Legis lativ yang akan berlangusng tgl 9 April 2014. Bisanya orang yang dulunya tidak ramah, berkuasa tiba-tiba mau menyapa, menggendong anak-anak yang bau apek, senyum ramah dan mau pula merogih kantungnya. Kok tiba tiba berobah? berarti ada sesuatu yang terjadi. mereka bukan berobah jadi orang baik, tetapi berpura-pura orang baik. kalau memang dulunya dia orang baik sekarang datang keoada anda, tentu tidak perlu dicurigai dan jangan pula menghianatinya.
Yang jelas paulus mengatakan orang percaya itu adalah anak-anak terang, yang berbuah kebenaran dan kebaikan kebaikan yang menjauhkan diri dari praktek tak terpuji itu: "Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebutkan saja pun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan" (ay. 11-12). Permintaan ini menunjukkan bahwa sebagai orang percaya harus menunjukkan prilaku nyata bukan hanya didepan umum tetapi juga didalam diri orang Kristen itu sendiri.