Rabu, 20 Maret 2013



Menjaga Komunikasi Untuk Damai
Pdt. Elson Lingga MTh

Sang raja memanggil juru masaknya yang sangat piawi itu: “Aesop, malam nanti saya akan menjamu para tokoh negeri ini. Saya harap makan malam merupakan peristiwa yang sangat menyenangkan, dan persiapkan masakan yang paling menyenangkan dengan resep resep yang paling handal dari keahlianmu”
Si juru masak yang andalan itupun mempersiapkan bahan makanan yang lain dari pada yang lain. Mulai dari menu pembukaan makanan utama dan penutup, terbuat dari makanan serba daging lidah. Aesop membuat puluhan variasi masakan tetapi dari bahan yang sama, lidah. Raja merasa Aesop keterlaluan.wajahnya seperti tertampar dan dipermalukan. Dengan wajah kesal geram  memanggil Aesop. “Kenapa ini Aesop? Kenapa semua makanan dari lidah? Kemana menu masakan lain yang sangt lejat itu Aesop?
Aesopun membela diri:” Baginda, apakah ada yang lebih enak dari pada lidah? Lidah merupakan penyampai ide, transformasi dari otak kepada ungkapan? Bukankah melalui lidah pidato yang menggugah penuh motivasi terjadi? Bukankah lewat lidah lagu pujian, kidung persembahan  berkumandang? Bukankan lewat lidah, baginda raja memberikan nasehat, dan ajaran bagi seluruh anak negeri sehingga mereka rajin bekerja dan berbahagia? Jadi lidah itu sesungguhnya nikmat yang tak tertandingi”
Semua tamu agung dibuat terpukau oleh juru masak andalan itu, apalagi dengan penjelasannya yang sangat hebat itu.
Dan ketika para tamu agung itu akan pulang, raja berkata kepada mereka: kembalilah  besok malam, aku ingin kalian bersamaku lagi makan malam.
Kemudian raja memerintahkan Aesop memasak makanan paling tidak enak dan daging yang terburuk. Benar peristiwa makan malam itupun terjadi. Semua hidangan paling tidak enak telah terhidang di atas meja. Semua mata terbelalak, terkejut dan setengah tidak percaya sebab semua makanan sama seperti masakan sebelumnya: lidah, lidah dan semua….. lidah.
Kemudian raja memanggil Aesop: Aesop, aku sangat kecewa…kenapa engkau tidak menuruti perintahku untuk menghidangkan makanan yang paling tidak enak. Kenapa Aesop? Semalam masakan paling enak dari lidah.. kok sekarang juga dari lidah?
Lagi Aesop si juru masak piawi itu membela diri: Baginda tidak perlu kecewa…tuan, apakah ada daging yang paling buruk selain dari pada lidah? Semua kejahatan di dunia ini dibuat oleh lidah. Penghianatan, perampokan perusakan lingkungan, KKN. Kekerasan, ketidak adilan semua dari lidah. Hujatan penghinaan merupakan karya lidah. Lidah menghancurkan pemerintahan, bangsa dan negara. Jadi tuanku apakah ada daging seburuk daripada lidah?
Rajapun tersenyum dan penuh pengertian. Kini dia tahu bahwa juru masaknya itu benar benar bijak. Dan kali ini diapun mengingat dan semakin mengerti apa yang dimaksud pepatah kuno: lidah itu sangat ringan, tetapi jarang  ada orang  yang bisa mengendalikannya, dan hanya orang-orang bijaklah yang bisa melakukannya. ***

Motivator salah satu profesi yang sangat mengaguman belakangan ini, lewat kata-kata  atau tulisan yang mereka torehkan dalam ruang pertemuan bahkan buku-buku best seller mereka mampu menunjukkan bahwa dibalik ketidak ampuan kita, masih terbuka peluang bebas dan besar. Bahwa lewat nasehat-nasehatnya, mereka yang mudah patah dan menyerah bisa berubah semakin kuat dan tahan uji. Salah seorng motivator nasional keren lihai dan sarat pesan-pesan kristiani adalah Yansen Sinamo. Lewat  kata-kata yang menarik dan kisah-kisah hidup tokoh monumental  menjadi latar belakang  rumusan-rumusan ethosnya. Pelatihan dan buku menjadi mimbar penyemaian harapan bagi para pendengar dan pembacanya.
Jansen Sinamo
Tak kalah hebatnya juga seperti Coky Sitohang,  Helmi Yahya  atau presenter lain yang terkenal iitu sangat dibutuhkan untuk mengelola acara hingga berhasil dengan memuaskan. Tugasnya hanya mengkordiner seluruh pembicaraan, tetapi dia dibayar dengan mahal. Profesi seperti itu disebut orang master of Cerimony ( MC) dan ke depan mungkin akan semakin banyak dan  dikejar orang, sebab pekerjaannya menyenangkan banyak orang. Dengan kepiawian berbicara dari si MC sebuah pesta besar berlangsung sistematis, tidak bertele-tele,  khidmad dan terarah.  Kata-katanya mampu menyulap situasi menjadi khusus, bergembira dan perasaan lainnya.
Di kalangan masyarakat Sumatera Utara terkenal satu profesi bernama “raja parhata” yang sering juga disebut raja adat. Setiap marga memiliki orang-orang yang menjadi raja parhata. Tugasnya adalah mengatur sebuah pesta sukacita atau acara duka cita. Mereka harus memahami bagaimana silsilah keluarganya, terlebih lapisan-lapisah hula-hula (marga istri dari kaum keluarga) sebab semua pihak hula-hula akan didaulat dan disembah. Mereka  akan mendapat bagian di dalam parjambaran, bahkan uang. Kalau di daerah Pakpak Kula-kula tak heran akan mendapatkan “sipihir-pihir” yang berarti emas. Semua acara itu akan diatur dengan baik oleh raja parhata. Dengan pantun-pantun yang indah bisa meluluhkan amarah yang memuncak, mengakrabkan persaudaraan. Tidak heran dengan kepawaiannya ada pelukan haru setelah lama tidak bertegur sapa.
Maka jangan heran juga, banyak orang Batak menjadi pengacara yang hebat di Indonesia, seperti Hotman Paris Hutapea, Hotman Sitompul, Junimart Girsang, dan pengacara kondang lainnya. Mereka sebenarnya meneruskan profesi raja parhata, yang sarat dengan etika sopan santun menghapal bahasa-bahasa harmoni, dan mengetahui secara pasti hak dan kewajiban. Apalagi stelah menimba ilmu hokum, jadilah mereka menjadi pembela-pembela yang handal.
Junimart Girsang
Kalau dikampungnya saja mereka sudah piawai, maka segala hikmat tersebut kini mereka sumbangkan untuk bangsa dan Negara.
Sebaliknya bagi seorang povokator, dia memiliki kemampuan mengadu domba dan mengagitasi masyarakat hingga tidak mempercayai suatu kebenaran, bahkan terhasut untuk melakukan tindakan brutal yang membahayakan. Provokator pada beberapa tahun yang lampau sangat terkenal di Indonesia, konon dengan kepiawian para provokator tersebut  sekelompok manusia terpancing dan amarahnya memuncak, kemudian Ambon  rusuh dan memakan ribuan nyawa. Provokator telah mampu menjadi roh kehancuran bagi Indonesia yang dulunya terkenal dengan kerukunan penduduknya, namun mendadak menjadi warga yang saling membenci hingga bunuh membunuh.
Kedua contoh  di atas menunjukkan betapa lidah merupakan kekuatan komunikasi yang mampu membangun tetapi juga mampu menghancurkan. Maka tak ayal lagi selogan yang kita dengarkan setiap hari bahwa yang menguasai komunikasi sama dengan menguasai dunia. Komunikasi antar manusia  mempunyai dua sifat. Yang pertama kita bisa membangun yang baik dan menyenangkan. Namun juga bisa menghancurkan. Lidah merupakan perpaduan hasil pemikiran dan terkokmunikasikan melalui lidah  untuk melakukan perbuatan. Oleh karena itulah Yakobus pernah berkata : lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.      Demikian juga lidah dia bisa mengatur roda kehidupoan dan jug membawa hidup ke neraka (Yak 3:5-6)
Yakobus jelas mengatakan bahwa lidah itu walau sangat kecil tetapi bak kemudi bagi sebuah kapal sangat berguna untuk mengendalikan sebuah kapal besar. Walaupun ada angin yang besar oleh kemudi yang kecil kapal tersebut bisa dikendalikan sehingga sampai kepada tujuan.  Dan Lidah yang dimiliki setiap manusia seharusnya di jaga karena bisa mendatangkan malapetaka seperti terungkap di atas tadi. Terbakarnya hutan yang lebar oleh karena api yang kecil, merupakan timpalan yang sama tentang banyaknya kerusakan ditengah relasi manusia karena kata-kata yang menyulut dan menghancurkan.Yakobus mengatakan: ” Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi.  Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar.  (Yakobus 3:4-5).
Di tengah rumah tangga dan di lingkungan kita, sangat dibutuhkan kearifan untuk mengendalikan pembicaraan. Suami membutuhkan kenyamanan mana kala dia pulang kerja setelah satu hari penuh menggumuli tugas-tugasnya. Mungkin dia memiliki atasan yang selalu memberikan tanggung jawab penuh atas pengelolaan seluruh aktifitas kepadanya, atau mungkin dia sebagai atasan yang setiap harinya dipenuhi dengan tugas luar yang padat serta tugas tugas pengelolaan yang senantiasasa harus diawasi demi kemajuan perusahaan. Dia membutuhkan situasi yang tenang tanpa prasangka yang lain lain. Si isteri yang memahami kondisi suaminya itu, akan berusaha menempatkan diri secara bijaksana dan tidak mudah terprovokasi atas issu yang mungkin ada perihal suaminya itu.
Kalau Isteri cepat emosional, sementara dia tidak memahami bagaimana berat tugas yang harus dikerjakan oleh suaminya setiap hari, dan pembicaraannya senantiasa menuduh dan menyalahkan suami, maka itu merupakan awal kehancuran bagi keluarga.
Sebaliknya juga bagi suami, dia perlu memahami bahwa tugas ibu Rumah tangga bukanlah tugas yang mudah. Isteri,  walau tidak bekerja juga memiliki banyak kegiatan yang harus dipahami. Mengatur dapur, taksasi belanja yang bisa dipergunakan sehari hari sehingga di ahir bulan kewangan tidak sampai kosong, merawat anak anak hingga kegiatan lain. Isteri sesungguhnya adalah direktur bagi sebuah keluarga yang pikirannya terkuras memanage kegiatan rumah. Oleha karena itu, dia juga butuh pengertian bagi suaminya. Sebaiknya suami memberikan gambaran pekerjaan di meja makan pada pagi hari sebelum berangkat ke kantor, serta kemungkinan kemungkinan lain misalnya kunjungan mendadak ke lapangan. Itu menjadi indikator bawa suaminya terbuka dengan isterinya dan Isteri bisa menerima kondisi suaminya. Janganlah sesekali mengatakan pekerjaan isteri di dirumah  adalah pekerjaan yang enteng. Sekali lidah suami mengungkapkan itu, maka isteri merasakan dia tidak dihargai, kemudian dia mulai merasakan keanehan di rumahnya sendiri.
Keduanya harus tetap dalam kehidupan komunikasi yang sopan santun, saling mengerti dan jangan cepat salah prasangka. meski anda mendengar issu sangat buruk  anda harus memelihara komunikasi yang baik jujur dan terbuka. Menganalisa sebuah issu dengan baik sangatlah berfaedah menghindari bahtera rumah tangga dari keretakan.
Mungkin bagi Ratih, tidak terlalu pusing atas informasi yang dia sampaikan bahwa Hary, suami Yeny sangat jahat dan sering kencan dengan wanita lain selain Yeny, walaupun informasi itu hanya rekayasa karena dia tidak senang atas keharmonisan rumah tangga tetangganya itu. Memang informasi itu disampaikannya hanya kepada Munik, pembantu sebelah rumahnya. Tetapi ternyata pada ahrinya informasi itu telah menjadi sumber utama pertengkaran ditengah rumahtangga Hary dan Yenni. Dari pembantu tadi, informasi itu sampai  kepada nyonyanya yang memang senang meniup gosip pula. Dari nyonya tadi informasi itu langsung kepada Yeny pada saat keduanya mengikuti arisan ibu ibu satu RT.
Hati Yeny langsung tidak tentram yang ada dihatinya bukanlah ingin menganalisa sumber iformasi itu, tetapi kenapa Hary begitu teganya menghianati dirinya, padahal dengan sedaya upaya dia telah mengabdi bagi suaminya itu.”Hary begitu teganya menghianati cintaku, padahal aku telah mencurahkan seluruh hatiku untuk menyayangi dan mendampinginya.  Apakah Hary tidak teringat tentang ikrar perkawinan kami dahulu?” tak terasa air mata mulai menetes dari pelupuk matanya.
Sesampainya di rumah dia telah bersiap menumpahkan seluruh kekesalannya dan membungkusi pakaiannya untuk keluar dari rumah itu sebab baginya perkawinan itu telah ternoda dan akan berahir. Tetapi untung saja Hary berhasil menyakinkan isterinya bahwa dia tidak pernah menyeleweng. Bahwa walaupun terkadang dia terlambat pulang hanya karena tugas yang menumpuk dan lembur. Tentu tidak hanya sebatas itu, Hary mengajak isterinya menyelidiki sumber informasi bohong itu, dan ternyata benar. Pada ahirnya waktu diperhadapkan dengan Ratih dia berkelit, bahwa dia tidak pernah berkata seperti itu.
Seandainya Hary tidak tenang menghadapi persoalan  itu, bisa saja keluarganya tetap dalam perselisihan bahkan kepada perpecahan. Namun Hary tenang, dan dengan kata-kata yang baik berhasil membujuk isterinya agar jangan mudah terpengaruh dengan rekayasa cerita. Bahkan dia berhasil membujuk isterinya untuk bersama-sama menganalisa sumber yang pada ahirnya menemukan titik awal permasalahan yang tak benar.
Alangkah mengerikannya kuasa sebuah informasi yang tak bertanggung jawab. Dia laksana detonator yang tertanam dalam sebuah bangunan. Ada saatnya dia akan meledak serta menghancurkan bangunan tersebut beserta seluruh isinya. Tugas kita adalah menjadikan komunikasi sebagai sarana damai.


0 komentar:

Posting Komentar