Menjaga Komunikasi Untuk
Damai
Pdt. Elson Lingga MTh
Sang raja memanggil juru masaknya yang sangat piawi itu:
“Aesop, malam nanti saya akan menjamu para tokoh negeri ini. Saya harap makan
malam merupakan peristiwa yang sangat menyenangkan, dan persiapkan masakan yang
paling menyenangkan dengan resep resep yang paling handal dari keahlianmu”
Si juru masak yang andalan itupun mempersiapkan bahan
makanan yang lain dari pada yang lain. Mulai dari menu pembukaan makanan utama
dan penutup, terbuat dari makanan serba daging lidah. Aesop membuat puluhan
variasi masakan tetapi dari bahan yang sama, lidah. Raja merasa Aesop
keterlaluan.wajahnya seperti tertampar dan dipermalukan. Dengan wajah kesal
geram memanggil Aesop. “Kenapa ini
Aesop? Kenapa semua makanan dari lidah? Kemana menu masakan lain yang sangt
lejat itu Aesop?
Aesopun membela diri:” Baginda, apakah ada yang lebih enak
dari pada lidah? Lidah merupakan penyampai ide, transformasi dari otak kepada
ungkapan? Bukankah melalui lidah pidato yang menggugah penuh motivasi terjadi?
Bukankah lewat lidah lagu pujian, kidung persembahan berkumandang? Bukankan lewat lidah, baginda
raja memberikan nasehat, dan ajaran bagi seluruh anak negeri sehingga mereka
rajin bekerja dan berbahagia? Jadi lidah itu sesungguhnya nikmat yang tak
tertandingi”
Semua tamu agung dibuat terpukau oleh juru masak andalan
itu, apalagi dengan penjelasannya yang sangat hebat itu.
Dan ketika para tamu agung itu akan pulang, raja berkata
kepada mereka: kembalilah besok malam,
aku ingin kalian bersamaku lagi makan malam.
Kemudian raja memerintahkan Aesop memasak makanan paling
tidak enak dan daging yang terburuk. Benar peristiwa makan malam itupun
terjadi. Semua hidangan paling tidak enak telah terhidang di atas meja. Semua
mata terbelalak, terkejut dan setengah tidak percaya sebab semua makanan sama
seperti masakan sebelumnya: lidah, lidah dan semua….. lidah.
Kemudian raja memanggil Aesop: Aesop, aku sangat
kecewa…kenapa engkau tidak menuruti perintahku untuk menghidangkan makanan yang
paling tidak enak. Kenapa Aesop? Semalam masakan paling enak dari lidah.. kok
sekarang juga dari lidah?
Lagi Aesop si juru masak piawi itu membela diri: Baginda
tidak perlu kecewa…tuan, apakah ada daging yang paling buruk selain dari pada
lidah? Semua kejahatan di dunia ini dibuat oleh lidah. Penghianatan, perampokan
perusakan lingkungan, KKN. Kekerasan, ketidak adilan semua dari lidah. Hujatan
penghinaan merupakan karya lidah. Lidah menghancurkan pemerintahan, bangsa dan
negara. Jadi tuanku apakah ada daging seburuk daripada lidah?
Rajapun tersenyum dan penuh pengertian. Kini dia tahu bahwa
juru masaknya itu benar benar bijak. Dan kali ini diapun mengingat dan semakin
mengerti apa yang dimaksud pepatah kuno: lidah itu sangat ringan, tetapi
jarang ada orang yang bisa mengendalikannya, dan hanya
orang-orang bijaklah yang bisa melakukannya. ***
Motivator salah satu profesi yang sangat mengaguman
belakangan ini, lewat kata-kata atau
tulisan yang mereka torehkan dalam ruang pertemuan bahkan buku-buku best seller mereka mampu menunjukkan
bahwa dibalik ketidak ampuan kita, masih terbuka peluang bebas dan besar. Bahwa
lewat nasehat-nasehatnya, mereka yang mudah patah dan menyerah bisa berubah
semakin kuat dan tahan uji. Salah seorng motivator nasional keren lihai dan sarat pesan-pesan
kristiani adalah Yansen Sinamo. Lewat
kata-kata yang menarik dan kisah-kisah hidup tokoh monumental menjadi latar belakang rumusan-rumusan ethosnya. Pelatihan dan buku
menjadi mimbar penyemaian harapan bagi para pendengar dan pembacanya.
Jansen Sinamo
Tak kalah hebatnya juga seperti Coky Sitohang, Helmi Yahya atau presenter lain yang terkenal iitu sangat
dibutuhkan untuk mengelola acara hingga berhasil dengan memuaskan. Tugasnya
hanya mengkordiner seluruh pembicaraan, tetapi dia dibayar dengan mahal.
Profesi seperti itu disebut orang master of Cerimony ( MC) dan ke depan mungkin
akan semakin banyak dan dikejar orang,
sebab pekerjaannya menyenangkan banyak orang. Dengan kepiawian berbicara dari
si MC sebuah pesta besar berlangsung sistematis, tidak bertele-tele, khidmad dan terarah. Kata-katanya mampu menyulap situasi menjadi
khusus, bergembira dan perasaan lainnya.
Di kalangan masyarakat Sumatera Utara terkenal satu profesi
bernama “raja parhata” yang sering juga disebut raja adat. Setiap marga
memiliki orang-orang yang menjadi raja parhata. Tugasnya adalah mengatur sebuah
pesta sukacita atau acara duka cita. Mereka harus memahami bagaimana silsilah
keluarganya, terlebih lapisan-lapisah hula-hula (marga istri dari kaum
keluarga) sebab semua pihak hula-hula akan didaulat dan disembah. Mereka akan mendapat bagian di dalam parjambaran,
bahkan uang. Kalau di daerah Pakpak Kula-kula tak heran akan mendapatkan “sipihir-pihir”
yang berarti emas. Semua acara itu akan diatur dengan baik oleh raja parhata.
Dengan pantun-pantun yang indah bisa meluluhkan amarah yang memuncak,
mengakrabkan persaudaraan. Tidak heran dengan kepawaiannya ada pelukan haru
setelah lama tidak bertegur sapa.
Maka jangan heran juga, banyak orang Batak menjadi pengacara
yang hebat di Indonesia, seperti Hotman Paris Hutapea, Hotman Sitompul,
Junimart Girsang, dan pengacara kondang lainnya. Mereka sebenarnya meneruskan
profesi raja parhata, yang sarat dengan etika sopan santun menghapal
bahasa-bahasa harmoni, dan mengetahui secara pasti hak dan kewajiban. Apalagi
stelah menimba ilmu hokum, jadilah mereka menjadi pembela-pembela yang handal.
Junimart Girsang
Kalau dikampungnya saja mereka sudah piawai, maka segala
hikmat tersebut kini mereka sumbangkan untuk bangsa dan Negara.
Sebaliknya bagi seorang povokator, dia memiliki kemampuan
mengadu domba dan mengagitasi masyarakat hingga tidak mempercayai suatu
kebenaran, bahkan terhasut untuk melakukan tindakan brutal yang membahayakan.
Provokator pada beberapa tahun yang lampau sangat terkenal di Indonesia, konon
dengan kepiawian para provokator tersebut sekelompok manusia terpancing dan amarahnya
memuncak, kemudian Ambon rusuh dan memakan
ribuan nyawa. Provokator telah mampu menjadi roh kehancuran bagi Indonesia yang
dulunya terkenal dengan kerukunan penduduknya, namun mendadak menjadi warga
yang saling membenci hingga bunuh membunuh.
Kedua contoh di atas
menunjukkan betapa lidah merupakan kekuatan komunikasi yang mampu membangun
tetapi juga mampu menghancurkan. Maka tak ayal lagi selogan yang kita dengarkan
setiap hari bahwa yang menguasai komunikasi sama dengan menguasai dunia.
Komunikasi antar manusia mempunyai dua
sifat. Yang pertama kita bisa membangun yang baik dan menyenangkan. Namun juga
bisa menghancurkan. Lidah merupakan perpaduan hasil pemikiran dan
terkokmunikasikan melalui lidah untuk
melakukan perbuatan. Oleh karena itulah Yakobus pernah berkata : lidah,
walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara
yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang
besar. Demikian juga lidah dia bisa mengatur roda kehidupoan dan
jug membawa hidup ke neraka (Yak 3:5-6)
Yakobus jelas mengatakan bahwa lidah itu walau sangat
kecil tetapi bak kemudi bagi sebuah kapal sangat berguna untuk mengendalikan
sebuah kapal besar. Walaupun ada angin yang besar oleh kemudi yang kecil kapal
tersebut bisa dikendalikan sehingga sampai kepada tujuan. Dan Lidah yang dimiliki setiap manusia
seharusnya di jaga karena bisa mendatangkan malapetaka seperti terungkap di
atas tadi. Terbakarnya hutan yang lebar oleh karena api yang kecil, merupakan
timpalan yang sama tentang banyaknya kerusakan ditengah relasi manusia karena
kata-kata yang menyulut dan menghancurkan.Yakobus mengatakan: ” Dan lihat saja
kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat
dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota
kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. (Yakobus 3:4-5).
Di tengah rumah tangga dan di lingkungan kita, sangat
dibutuhkan kearifan untuk mengendalikan pembicaraan. Suami membutuhkan
kenyamanan mana kala dia pulang kerja setelah satu hari penuh menggumuli
tugas-tugasnya. Mungkin dia memiliki atasan yang selalu memberikan tanggung
jawab penuh atas pengelolaan seluruh aktifitas kepadanya, atau mungkin dia
sebagai atasan yang setiap harinya dipenuhi dengan tugas luar yang padat serta
tugas tugas pengelolaan yang senantiasasa harus diawasi demi kemajuan
perusahaan. Dia membutuhkan situasi yang tenang tanpa prasangka yang lain lain.
Si isteri yang memahami kondisi suaminya itu, akan berusaha menempatkan diri
secara bijaksana dan tidak mudah terprovokasi atas issu yang mungkin ada
perihal suaminya itu.
Kalau Isteri cepat emosional, sementara dia tidak
memahami bagaimana berat tugas yang harus dikerjakan oleh suaminya setiap hari,
dan pembicaraannya senantiasa menuduh dan menyalahkan suami, maka itu merupakan
awal kehancuran bagi keluarga.
Sebaliknya juga bagi suami, dia perlu memahami bahwa
tugas ibu Rumah tangga bukanlah tugas yang mudah. Isteri, walau tidak bekerja juga memiliki banyak
kegiatan yang harus dipahami. Mengatur dapur, taksasi belanja yang bisa
dipergunakan sehari hari sehingga di ahir bulan kewangan tidak sampai kosong,
merawat anak anak hingga kegiatan lain. Isteri sesungguhnya adalah direktur
bagi sebuah keluarga yang pikirannya terkuras memanage kegiatan rumah. Oleha
karena itu, dia juga butuh pengertian bagi suaminya. Sebaiknya suami memberikan
gambaran pekerjaan di meja makan pada pagi hari sebelum berangkat ke kantor,
serta kemungkinan kemungkinan lain misalnya kunjungan mendadak ke lapangan. Itu
menjadi indikator bawa suaminya terbuka dengan isterinya dan Isteri bisa
menerima kondisi suaminya. Janganlah sesekali mengatakan pekerjaan isteri di
dirumah adalah pekerjaan yang enteng.
Sekali lidah suami mengungkapkan itu, maka isteri merasakan dia tidak dihargai,
kemudian dia mulai merasakan keanehan di rumahnya sendiri.
Keduanya harus tetap dalam kehidupan komunikasi yang
sopan santun, saling mengerti dan jangan cepat salah prasangka. meski anda
mendengar issu sangat buruk anda harus
memelihara komunikasi yang baik jujur dan terbuka. Menganalisa sebuah issu
dengan baik sangatlah berfaedah menghindari bahtera rumah tangga dari
keretakan.
Mungkin bagi Ratih, tidak terlalu pusing atas informasi
yang dia sampaikan bahwa Hary, suami Yeny sangat jahat dan sering kencan dengan
wanita lain selain Yeny, walaupun informasi itu hanya rekayasa karena dia tidak
senang atas keharmonisan rumah tangga tetangganya itu. Memang informasi itu
disampaikannya hanya kepada Munik, pembantu sebelah rumahnya. Tetapi ternyata
pada ahrinya informasi itu telah menjadi sumber utama pertengkaran ditengah
rumahtangga Hary dan Yenni. Dari pembantu tadi, informasi itu sampai kepada nyonyanya yang memang senang meniup
gosip pula. Dari nyonya tadi informasi itu langsung kepada Yeny pada saat keduanya
mengikuti arisan ibu ibu satu RT.
Hati Yeny langsung tidak tentram yang ada dihatinya
bukanlah ingin menganalisa sumber iformasi itu, tetapi kenapa Hary begitu
teganya menghianati dirinya, padahal dengan sedaya upaya dia telah mengabdi
bagi suaminya itu.”Hary begitu teganya menghianati cintaku, padahal aku telah
mencurahkan seluruh hatiku untuk menyayangi dan mendampinginya. Apakah Hary tidak teringat tentang ikrar
perkawinan kami dahulu?” tak terasa air mata mulai menetes dari pelupuk
matanya.
Sesampainya di rumah dia telah bersiap menumpahkan
seluruh kekesalannya dan membungkusi pakaiannya untuk keluar dari rumah itu
sebab baginya perkawinan itu telah ternoda dan akan berahir. Tetapi untung saja
Hary berhasil menyakinkan isterinya bahwa dia tidak pernah menyeleweng. Bahwa
walaupun terkadang dia terlambat pulang hanya karena tugas yang menumpuk dan
lembur. Tentu tidak hanya sebatas itu, Hary mengajak isterinya menyelidiki
sumber informasi bohong itu, dan ternyata benar. Pada ahirnya waktu
diperhadapkan dengan Ratih dia berkelit, bahwa dia tidak pernah berkata seperti
itu.
Seandainya Hary tidak tenang menghadapi persoalan itu, bisa saja keluarganya tetap dalam
perselisihan bahkan kepada perpecahan. Namun Hary tenang, dan dengan kata-kata
yang baik berhasil membujuk isterinya agar jangan mudah terpengaruh dengan
rekayasa cerita. Bahkan dia berhasil membujuk isterinya untuk bersama-sama
menganalisa sumber yang pada ahirnya menemukan titik awal permasalahan yang tak
benar.
Alangkah mengerikannya kuasa sebuah informasi yang tak
bertanggung jawab. Dia laksana detonator yang tertanam dalam sebuah bangunan.
Ada saatnya dia akan meledak serta menghancurkan bangunan tersebut beserta
seluruh isinya. Tugas kita
adalah menjadikan komunikasi sebagai sarana damai.
0 komentar:
Posting Komentar