Kamis, 24 Januari 2013

Kalau anda ternyata adalah seorang suami atau ayah bagi anak-anak di tengah keluarga, anda perlu memandang sebuah sungai yang mengalir. Perhatikanlah bagaimana sungai tersebut mengalir dari hulu hingga ke muara dan menjadi sumber kehidupan bagi banyak hewan dan juga manusia di sekitarnya. Ikan-ikan membangun kehidupannya disungai tersebut, burung burung, reptil, pemangsa yang liar, bahkan renik kecil yang sulit ditelaah oleh mata kita tergantung kepada air sungai. Dibangun oranglah perkampungan disekitar sungai karena jaminan air sungai yang memberi kehidupan bagi anak cucunya. Lihatlah air sungai mengaliri hamparan sawah agar nanti perut anak anak tidak keroncongan. Kalau seorang melemparkan batu kecil kepadanya, dia menerimanya berdegup sebentar kemudian teduh kemabali. Bajunya yang kotor dibersihkan di sana,  keringnya tenggorokan diteduhkan air segar. Air memang kehidupan
Sebagai ayah, suami ditengah keluarga bercerminlah kepada air tersebut. Anda menjadi sumber kehidupan bagi seisi rumah tangga anda. Bapa mendamaikan anak anaknya, memberi ketentraman waktu anak istrinya mengeluh akibat kesulitan-kesultan yang mereka hadapi. Ibarat kita meminum air segar diwaktu suasana panas, demikian hendaknya seorang bapa meneduhkan segenap hati anak-anak dan istrinya manakala kesulitan-kesulitan hidup menghadang. Ayah yang memiliki hati yang ramah, teduh, tentu menjadi perlindungan yang segar bagi keluarganya.
Sebagai suami, ayah atau bapa, bersukacitalah sebab baik istri maupun anak-anak  amat mengidolakan anda dalam hidupnya. Kenapa demikian? Sebab secara kultur sosial  maupun ajaran alkitab suami itu adalah kepala keluarga. Ibarat  sebuah negara, maka anda adalah pemegang puncak pemerintahan yang akan membawakan keluarga anda menuju suatu titik di masa depan dimana anak-anak bercita-cita pada masa itu  akan memperoleh impian-impian mereka. Banyak sekali yang mereka impikan kalau anda berada di tengah-tengah mereka. Boleh saja mereka mengimpikan suatu saat memperoleh mainan kesenangannya, suatu saat anak anda akan meraih cita-citanya sebagai sarjana dan pada waktunya memperoleh banyak harta dari pekerjaannya. Sebab bagi anak-anak anda, anda adalah figur panutan yang membantu membentuk karakter mereka. Namun tanpa kehadiran anda apa adanya? Mereka tidak mampu memimpikan itu.
Bandingkanlah seorang anak yang tidak memiliki ayah dalam keluarganya. Dia akan kesulitan membentuk diri. Sebab pahlawan yang menjadi idola mereka adalah orang yang paling dekat dan mereka sayangi. Kalau yang memerankan  itu tidak ada, tidak mengherankan Anak seperti itu selalu diliputi kebimbangan dalam kehidupannya. Mereka tidak mampu memiliki cita-cita sebaik yang dicita-citakan anak-anak lain. Banyak anak yang tidak pernah mengenal siapa ayahnya ternyata memiliki kekurangan dalam perkembangan mental spiritualnya.
Kalau anak-anak menganggap ayah sebagai orang hebat, yang pintar, yang bisa mewujudkan impian mereka, yang mampu melindungi dan membela, sudah pasti mereka menuntut banyak dari anda. Oleh karena itu anda harus bijaksana untuk menjalankan peran anda. Kebijaksanaan yang kita maksud disini adalah bertindak  dengan maksimal dan memberikan jawaban terhadap kebutuhan mereka yang sesuai dengan kebenaran. Bijaksanalah membaca kepribadian mereka semua, sebab karakter, bakat, kemampuan, ambisi seorang anak tidak pernah sama persis dengan anak lain.  Kalau  putra bungsu anda mungkin perlu dibatasi keinginan-keinginannya karena ambisi atau egoismenya yang tinggi, boleh berbeda dengan anak gadis anda yang halus perasaannya dan tidak tega meminta banyak. Tipe seperti itu, boleh jadi andalah yang  aktif menanyakan dan melengkapi keinginannya.
Sebagai seorang suami, ibarat kapten kapal pemegang kemudi untuk mengarungi lautan dan mencapai pelabuhan idaman,  andalah seorang pemimpin, itu jelas dalam Efesus 5:22-33. Tetapi disamping pemimpin yang berhasil, istrinyalah  orang yang paling hebat yang mendukung kesuksesannya. Barack Obama dalam pidato kemenangannya sebagai presiden Amerika tahun 2008 yang lalu mengungkapkan “ Istriku adalah orang yang sangat tangguh dan paling penting memberikan keberhasilan ini, dia akan menjadi ibu negara kemudian”.  Bukan hanya Obama, masih ribuan tokoh dunia lainnya berujar seperti itu.
Anda juga memilik peluang untuk meraih perubahan, bahkan perbaikan hidup dengan istri anda. Berbagi dan tentukanlah arah bersama dengan dia yang telah seikrar dengan anda pada pernikahan di gereja itu. Hilangkan tradisi lama yang mengatakan kehidupan istri berada hanya di 4 R, di sumur, lumpur, di dapur, dan di kasur. Pendapat seperti itu memojokkan diri istrinya menjadi, maaf “lembu perahan” yang tidak bermartabat.
Seorang pemimpin yang teguh bukanlah seorang pemimpin yang egois. Namun amat banyak orang yang memimpin dengan gaya seperti itu. Banyak suami atau ayah yang egois  mementingkan kesenangan dirinya sendiri sementara kebutuhan keluarga berada dalam tangga ke berapa dibawahnya. Waktu pulang dari satu pelayanan kebetulan motor saya melintas di satu kolam pancing. Di kolam pancing itu berjejer para bapak lebih dari 20 orang, di bawah payung-payung kecil. Sekali dua kali melintas dari daerah itu, saya jadi tertarik bertanya tentang  biaya mereka memancing itu. Ternyata dari percakapan kami, sebagian besar mereka adalah dari masyarakat miskin, yang tidak memiliki uang cukup untuk menghidupi anak istrinya,  padahal puluhan ribu harus dikeluarkan untuk biayanya. Membayar tiket masuk,  membeli rokok, makanan ringan dan kopi. Belum lagi waktu satu hari yang hilang percuma. Biaya yang mereka keluarkan hari itu sebenarnya cukup membeli lebih dari 1 kg  ikan yang bisa dengan mudah mereka beli dan makan bersama di keluarganya. Istri dan anak anak sering menunggu dengan kesal bahkan kuatir karena terkadang pulangnya juga sampai larut malam.
Seorang pemimpin yang baik bukanlah pemimpin yang kaku, bahkan dictator. Banyak juga bapak atau suami yang berlaku seperti itu. Pendapatnya tidak terbantah dan tidak mau merobah prinsip yang dia anggap benar walaupun sebenarnya belum tentu. Tipe seperti ini sering mengintervensi segala sesuatunya, termasuk menentukan masa depan anak-anaknya yang harus mengikuti kemauannya memilih jurusan di perkuliahan atau jalan kehidupannya ke depan. Anak-anaknya tidak berani menolak, walaupun menurut mereka pilihan itu tidak sesuai dengan cita-cita mereka. Kelak bias saja anak-anaknya menyesal, karena mereka menghidupi profesi yang sebenarnya tidak mereka sukai. Ibarat memakai celana atau baju orang lain yang  dipakai karena terpaksa, dan sudah pasti tidak cocok dan tidak tepat.  Orang seperti ini tidak demokratis dan tidak mendengarkan suara anak-anaknya bahkan istrinya. Tetapi nanti kalau ternyata salah, dia juga tidak mau mengaku kesalahannya dan minta maaf. Menurut dia orang lainlah yang salah bukan dirinya.


0 komentar:

Posting Komentar