Kalau anda ternyata adalah
seorang suami atau ayah bagi anak-anak di tengah keluarga, anda perlu memandang
sebuah sungai yang mengalir. Perhatikanlah bagaimana sungai tersebut mengalir
dari hulu hingga ke muara dan menjadi sumber kehidupan bagi banyak hewan dan
juga manusia di sekitarnya. Ikan-ikan membangun kehidupannya disungai tersebut,
burung burung, reptil, pemangsa yang liar, bahkan renik kecil yang sulit
ditelaah oleh mata kita tergantung kepada air sungai. Dibangun oranglah
perkampungan disekitar sungai karena jaminan air sungai yang memberi kehidupan
bagi anak cucunya. Lihatlah air sungai mengaliri hamparan sawah agar nanti
perut anak anak tidak keroncongan. Kalau seorang melemparkan batu kecil
kepadanya, dia menerimanya berdegup sebentar kemudian teduh kemabali. Bajunya
yang kotor dibersihkan di sana,
keringnya tenggorokan diteduhkan air segar. Air memang kehidupan
Sebagai ayah, suami ditengah
keluarga bercerminlah kepada air tersebut. Anda menjadi sumber kehidupan bagi
seisi rumah tangga anda. Bapa mendamaikan anak anaknya, memberi ketentraman
waktu anak istrinya mengeluh akibat kesulitan-kesultan yang mereka hadapi. Ibarat
kita meminum air segar diwaktu suasana panas, demikian hendaknya seorang bapa
meneduhkan segenap hati anak-anak dan istrinya manakala kesulitan-kesulitan
hidup menghadang. Ayah yang memiliki hati yang ramah, teduh, tentu menjadi
perlindungan yang segar bagi keluarganya.
Sebagai suami, ayah atau
bapa, bersukacitalah sebab baik istri maupun anak-anak amat mengidolakan anda dalam hidupnya. Kenapa
demikian? Sebab secara kultur sosial
maupun ajaran alkitab suami itu adalah kepala keluarga. Ibarat sebuah negara, maka anda adalah pemegang
puncak pemerintahan yang akan membawakan keluarga anda menuju suatu titik di
masa depan dimana anak-anak bercita-cita pada masa itu akan memperoleh impian-impian mereka. Banyak
sekali yang mereka impikan kalau anda berada di tengah-tengah mereka. Boleh
saja mereka mengimpikan suatu saat memperoleh mainan kesenangannya, suatu saat
anak anda akan meraih cita-citanya sebagai sarjana dan pada waktunya memperoleh
banyak harta dari pekerjaannya. Sebab bagi anak-anak anda, anda adalah figur
panutan yang membantu membentuk karakter mereka. Namun tanpa kehadiran anda apa
adanya? Mereka tidak mampu memimpikan itu.
Bandingkanlah seorang anak
yang tidak memiliki ayah dalam keluarganya. Dia akan kesulitan membentuk diri.
Sebab pahlawan yang menjadi idola mereka adalah orang yang paling dekat dan
mereka sayangi. Kalau yang memerankan
itu tidak ada, tidak mengherankan Anak seperti itu selalu diliputi
kebimbangan dalam kehidupannya. Mereka tidak mampu memiliki cita-cita sebaik
yang dicita-citakan anak-anak lain. Banyak anak yang tidak pernah mengenal
siapa ayahnya ternyata memiliki kekurangan dalam perkembangan mental
spiritualnya.
Kalau anak-anak menganggap
ayah sebagai orang hebat, yang pintar, yang bisa mewujudkan impian mereka, yang
mampu melindungi dan membela, sudah pasti mereka menuntut banyak dari anda.
Oleh karena itu anda harus bijaksana untuk menjalankan peran anda.
Kebijaksanaan yang kita maksud disini adalah bertindak dengan maksimal dan memberikan jawaban
terhadap kebutuhan mereka yang sesuai dengan kebenaran. Bijaksanalah membaca
kepribadian mereka semua, sebab karakter, bakat, kemampuan, ambisi seorang anak
tidak pernah sama persis dengan anak lain.
Kalau putra bungsu anda mungkin
perlu dibatasi keinginan-keinginannya karena ambisi atau egoismenya yang
tinggi, boleh berbeda dengan anak gadis anda yang halus perasaannya dan tidak
tega meminta banyak. Tipe seperti itu, boleh jadi andalah yang aktif menanyakan dan melengkapi keinginannya.
Sebagai seorang suami,
ibarat kapten kapal pemegang kemudi untuk mengarungi lautan dan mencapai
pelabuhan idaman, andalah seorang
pemimpin, itu jelas dalam Efesus 5:22-33. Tetapi disamping pemimpin yang
berhasil, istrinyalah orang yang paling
hebat yang mendukung kesuksesannya. Barack Obama dalam pidato kemenangannya
sebagai presiden Amerika tahun 2008 yang lalu mengungkapkan “ Istriku adalah
orang yang sangat tangguh dan paling penting memberikan keberhasilan ini, dia
akan menjadi ibu negara kemudian”. Bukan
hanya Obama, masih ribuan tokoh dunia lainnya berujar seperti itu.
Anda juga memilik peluang
untuk meraih perubahan, bahkan perbaikan hidup dengan istri anda. Berbagi dan
tentukanlah arah bersama dengan dia yang telah seikrar dengan anda pada
pernikahan di gereja itu. Hilangkan tradisi lama yang mengatakan kehidupan istri
berada hanya di 4 R, di sumur, lumpur, di dapur, dan di kasur. Pendapat seperti
itu memojokkan diri istrinya menjadi, maaf “lembu perahan” yang tidak
bermartabat.
Seorang pemimpin yang teguh
bukanlah seorang pemimpin yang egois. Namun amat banyak orang yang memimpin
dengan gaya
seperti itu. Banyak suami atau ayah yang egois
mementingkan kesenangan dirinya sendiri sementara kebutuhan keluarga
berada dalam tangga ke berapa dibawahnya. Waktu pulang dari satu pelayanan
kebetulan motor saya melintas di satu kolam pancing. Di kolam pancing itu
berjejer para bapak lebih dari 20 orang, di bawah payung-payung kecil. Sekali
dua kali melintas dari daerah itu, saya jadi tertarik bertanya tentang biaya mereka memancing itu. Ternyata dari
percakapan kami, sebagian besar mereka adalah dari masyarakat miskin, yang
tidak memiliki uang cukup untuk menghidupi anak istrinya, padahal puluhan ribu harus dikeluarkan untuk
biayanya. Membayar tiket masuk, membeli
rokok, makanan ringan dan kopi. Belum lagi waktu satu hari yang hilang percuma.
Biaya yang mereka keluarkan hari itu sebenarnya cukup membeli lebih dari 1
kg ikan yang bisa dengan mudah mereka
beli dan makan bersama di keluarganya. Istri dan anak anak sering menunggu
dengan kesal bahkan kuatir karena terkadang pulangnya juga sampai larut malam.
Seorang pemimpin yang baik
bukanlah pemimpin yang kaku, bahkan dictator. Banyak juga bapak atau suami yang
berlaku seperti itu. Pendapatnya tidak terbantah dan tidak mau merobah prinsip
yang dia anggap benar walaupun sebenarnya belum tentu. Tipe seperti ini sering
mengintervensi segala sesuatunya, termasuk menentukan masa depan anak-anaknya
yang harus mengikuti kemauannya memilih jurusan di perkuliahan atau jalan
kehidupannya ke depan. Anak-anaknya tidak berani menolak, walaupun menurut
mereka pilihan itu tidak sesuai dengan cita-cita mereka. Kelak bias saja
anak-anaknya menyesal, karena mereka menghidupi profesi yang sebenarnya tidak
mereka sukai. Ibarat memakai celana atau baju orang lain yang dipakai karena terpaksa, dan sudah pasti
tidak cocok dan tidak tepat. Orang
seperti ini tidak demokratis dan tidak mendengarkan suara anak-anaknya bahkan
istrinya. Tetapi nanti kalau ternyata salah, dia juga tidak mau mengaku
kesalahannya dan minta maaf. Menurut dia orang lainlah yang salah bukan
dirinya.
0 komentar:
Posting Komentar