Minggu, 03 Februari 2013


Mertuaku doli A. Manurung

MERTUAKU

Sebelum nikah pun aku dengan istriku, saya sudah kenal baik dengn mertuaku, bernama A. Manurung, S. Br Sirait. mereka dulunya  tinggal di Pondok Afd VI Bukit Lima Mayang. pondok itu sering dipanggil juga dengan nama Ambar, mengingat mertuakulah dulunya berladang didaerah tersebut sebelum diserahkan ke perkebunan PTP VII yang beralih nama menjadi PTPN IV, mertuaku memang berasaal dariAmbar dekat Silojawa, Asaham). Namun setelah lama tinggal disaana tahun 2003 mereka pindah ke Kampung Lalang (masih diseputaran kebun itu tapi tidak di perumahan perkebunan lagi. dulu memang mertuaku tinggal di perumahan kebun karena oleh perkebunan mertuaku dihunjuk menjadi pengusaha kedai ransum). Memang di Kampung lalang seolah-olah mereka tinggal di lingkungannya, sebab di kiri kanan rumah itu tinggal Op. Tolop, apala laenya mertuaku, seorang jago marburu aili....didepan rumahnya persis rumah si Tolop, tak jauh dari sana itonya Op. Lamhot, berenya Pa Nasri Sitorus dan keluarga-keluarga lainnya.
 Mertuaku sangat baik...tidak mungkinlah dilupakan, waktu kami sekolah di Sekolah Tinggi Theologia HKBP Pematang Siantar, banyak dari teman-teman tertarik mengunjungi desa tersebut karena kebaikan mertuaku itu...hehehe.
Bayangkan setelah aku pacaran dengan borunya, waktu itu aku masih goblok dan tidak tahu bawa sepeda motor, mertuaku pun mengantarkan aku ke tempat perhentian bus yang jaraknya ada 10 km. mengingatnya jadi malu....hahaha...
Tapi memang itulah, mertuaku sangat baik...selalu memberikan motivasi yang menguatkan bagi kani anak anaknya. Sewaktu saya masih melayani di pedalaman Pakpak Bharat, dulunya masih desa-desaa kecil seperti di Salak dan Cikaok, paling sedikit 3 kali dalam setahun mertuaku mengunjungi kami. tahu apa yang dibawa? semuanya mulai dari pakaian, beras, bahkan meninggalkan uang...pernah sekali istriku mau melahirkan, rupanya menurut perhitungan mereka sudah seharusnya melahirkan kian...mereka pun datang. malamnya istriku mulai merasakan proses melahirkan anak kami yang paling kecil itu. kulihat kedua mertuaku gelisah...tetapi setelah borunya melahirkan metuakupun nampak sangat senang dan sehat. pada hal sebelum melahirkan amang mertuaku nampak sakit...
Perkara memabantu mertuaku memang tidak merasa kesulitan, sebab dari pendapatan mertuaku memiliki beberapa petak lahan sawit yang kalau digabung bisa puluhan hektar dan menjadi tumpuan ekonomi mereka.  bukan saja mertuaku tetapi hampir semua penduduk kampun hidup dari bertani sawit.

oh ya...sebelum saya lupa pernah satu ketika ada pendeta dari gereja HKBP yang akanmelayani di HKBP Simangonai, karena jalan amat berliku-liku dan berputar-putar di kebun sawit itu, akhirnya pak pendeta tadi kembali ke pondok yang telah dia tinggalkan setengah jam yang lalu. Pak pendeta itu begitu kecapaian, tapi mertuaku menyuruh istirahat, memberi minum, dan mengisi penuh tangki minyaknya. Pak pendeta itu sekarang memiliki seorang anak yang jadi pendeta juga, bernama Pdt. Tumpal Sitio. Mertuaku sangat senang bergereja, dan dimana-mana selalu menjadi ketua pembangunan gereja, walaupun dia tidak sintua pada waktu itu, dan tidak menghafal ayat-ayat alkitab. tapi dia melakukan apa yang dia dengar dari mimbar.

Suatu ketika di tahun 2007, kami sangat dikagetkan berita bahwa mertuaku meninggal, pada hal kami tahu bahwa sebelumnya beliau tidak mengalami sakit yang perdu dikuatirkan.  Kami semua amat sedih....sangat pilu begitu tiba-tiba kami ditinggalkan. waktu itu lae yang paling kecil telah merancang pernikahannya yang tinggal 1 bulan lagi. juga adek kami masih ada 2 orang yang belum menikah... semuanya tersentak dan tak tahan atas malapetaka itu. Tinggallah sekarang mertuaku s br Sirait dan kami anak anaknya.. tetapi itulah hidup... (anda...kami persilahkan membaca bab 2, dengdengdeng)
                                   Inilah kuburan amang mertua...boru dan pahoppunya ada disekitar

0 komentar:

Posting Komentar