Kamis, 07 Februari 2013



PENTINGNYA  ANALISA SOSIAL BAGI  SEORANG PENYULUH  KRISTEN
Pdt. Elson Lingga, MTh[1]

1.      Pendahuluan:
Seorang penyuluh Kristen apakah dia sebagai seorang guru, penatua atau bahkan Pendeta adalah sosok problem solver, pemecah masalah ditengah semakin semrawut dan sulitnya kehidupan selama sekarang ini. Memang kalau menghitung jumlah permasalahan terlebih menyangkut social ekonomi berupa susahnya mendapatkan kehidupan yang layak, semakin menurunnya kualitas lingkungan, meningkatnya tuntutan pemberdayaan diri agar bisa mengikuti persaingan global, penyakit kemiskinan, ketidak adilan, penindasan dan segala macam  yanglain tentu mengakibatkan munculnya individu yang stress, putus asa dan bentuk penyakit lainnya. Sedihnya, sering sekali justru gejala yang nampak mengambil rupa fenomena kanker, Nampak hanya sedikit saja tetapi justru akar selnya telah merambah kemana-mana, dan amat sulitlah untuk melihat akar permasalah sekaligus titik awal penyelesaian.
Seorang penyuluh atau jelasnya pembawa obor terkadang harus melebihi muatan  kata penyluh itu sendiri. Kalau kita sepintas menganalisanya, penyuluh tak lebih dari orang yang membawa obor ditengah kegelapan. Tetapi seorang penyuluh bukan saja hanya pembawa suluh tetapi juga pencari jalan keluar, pemecah masalah, atau bahkan penyembuh (healer). Maka benarlah kata Yesus, bahwa orang Kristen disamping disebut sebagai garam, juga sebagai terang. Kalau terang menjadi penunjuk jalan, sementara garam akan member rasa, mengawetkan dan menyembuhkan. Thn 2004 yang lalu pda siding raya gereja-gereja anggota LWF di kota Winnipeg Kanada, jelas disebutkan bahwa orang Kristen harus menjadi pembawa kesembuhan (penyembuh= healer) bagi dunia. Tegasnya dikatakan :”Gereja terpanggil menjadi penyembuh bagi dunia”. Thema ini diinspirasi oleh ayat yang tertulis dalam Wahyu 22:2 “Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa”. Buah yang dimaksud, juga sebagaimana dikatakan dalam Yoh 15:16 yang berbunyi “ Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu”.
Dari kutipan nas diatas maka jelaslah Tuhan kita memiliki harapan besar tentang peranorang Kristen menjadi pembaharu, pembawa berkat, bahkan penyembuh bagi dunia yang sedang mengalami persoalan-persoalan berat belakangan ini. Secara khusus bagi penyuluh maka buah yang harus kita hasilkan bukanlah sembarang buah yang akan dinikmati danpenyembuh kepada orang lain, tetapi harus memiliki makna dalam persoalan pribadi atau kelompok yang membutuhkan.
2.      Bagaimanakah seorang penyuluh yang berbuah?
Banyak orang berpendapat seorang penyuluh adalah seorang bijak yang kata-tanya menjadi penyejuk dan perilakunya bisa diteladani. Dia seorang bijaksana yang membuat orang lain sembuh dari penyakin yang dideritanya. Tapi bagaimanakan seorang penyuluh yang berbuah? Ini adalah sebuah “proses  menjadi”, bukan proses yang instan. Kalau proses instan, seperti fastfood atau makanan siap saji bak “pop mie” begitu disedu dengn ari panas tunggu 10 menit maka tersajilah makanan yang “nampaknya” lejat pada hal tidak menyehatkan. Atau seperti hamburger, hot dog, pizza yang memang menggoda mata, tetapi ternyata paling banyak mengakibatkan manusia obesitas, dan akhirnya mengalami gagal jantung. Seorang berfikiran instant tentu tidak akan bisa memberikan kesejukan ketentraman, dan kesejahteraan. Apa yang dia katakana adalah semu, bahkan pada saatnya akan diketahui kebohongan yang ada di dalamnya. Tetapi bagi seorang penyuluh yang mengupayakan “proses menjadi” dia akan mampu diingat dan seperti oase di gurun tandus dia senantiasa dirindukan para musafir yang kehausan. Apakah yang dimaksud dengan proses menjadi? Tentu sebuah proses dimana sipenyuluh  akan berupaya secara mendalam, luas, mengetahui segala sesuatu akar masalah dan kemudian menentukan terapi apa yang paling tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk itulah dibutuhkan pisau operasi bernama Analisa Masalah, yang sering disebut “ansos”
3.      Analisa Sosial
Analisis sosial atau yang lebih akrab disapa ansos ini merupakan sebuah proses atau mekanisme yang akan membahas problematika-probelmatika yang terjadi pada sebuah objek analisa dan pada akhirnya akan menghasilkan apa sebenarnya yang menjadi akar permasalahan atas problematika-problematika tersebut. Dari sana, kita dapat menentukan apa sebenarnya yang dibutuhkan untuk dicarikan solusi yang tepat. Inilah yang acapkali tidak dilalui oleh para problem solver. Mereka seringkali menghasilkan solusi atas problematika yang hadir bukan berdasarkan hasil analisis mendalam namun hanya bedasarkan dugaan yang argumentasinya lemah atau bahkan hanya berdasarkan pada kemauannya saja. Mungkin permasalahan yang nyata di lapangan akan terselesaikan, namun karena ia tak akan menyentuh sampai ke akarnya maka akan hadir permasalah-permasalah baru atau bahkan permasalahan yang nyata tersebut tidak hilang sama sekali. Ada sebuah analogi yang tepat untuk menggambarkan bagaimana pentingnya analisis sosial. Ada seorang pasien yang berkonsultasi tentang sakit yang dideritanya kepada seorang dokter. Dokter tersebut lalu melakukan diagnosis. Berdasarkan hasil diagnosis diketahui bahwa ia menderita migrain. Dokter tersebut lalu memberikan sebuah resep berupa obat migrain. Lalu, setelah selang waktu tertentu, sembuhlah pasien tersebut. Namun, apa jadi jadinya jika sang dokter salah melakukan diagnosis dan menyatakan bahwa pasien menderita radang usus. Otomatis, resep yang diberikan adalah obat radang usus. Bukannya membuat pasien tersebut sembuh, malah mungkin akan muncul penyakit-penyakit baru.
4.  Identifikasi masalah
Sebelum melakukan identifikasi masalah, kita harus mampu mendefinisikan terlebih dahulu apa itu masalah dan kacamata apa yang kita gunakan ketika kita menyebutkan itu adalah sebuah masalah atau bukan. Masalah adalah segala realita yang bertolak belakang dengan idealita. Sedangkan kacamata apa yang kita gunakan akan sangat menentukan apakah sebuah fenomena sosial dapat dianggap sebagai masalah atau bukan karena jika berbeda kacamata mungkin pula akan berbeda hasilnya. Sebagi contoh adalah fenomena sosial masyarakat sekitar hutan kemenyaan. Jika kita menggunakan kacamata sederhana jelas bahwa adanya masyarakat sekitar hutan kemenyaan  adalah sebuah  kenyataan. Namun sering sekali kita melihat adanya kemiskinan diantara mayoritas perkemenjen. Ini sangat jelas karena wilayah kita Pakpak Bharat adalah wilayah yang dahulu kala hingga 20 tahun lalu masih menjadi primadona penghasilan negeri pakpak simalem ini. Tetapi kenapa walau para petani kemenyaan itu memiliki hasil panen melimpah, ekonominya tetap seperti jaman dahulu, rumahnya masih kumuh, tidak mampu menyekolahkan anaknya, atau boleh jadi belum sampai usia 70 tahun telah meninggal dan persoalan lain. Nah identifikasi masalahnya adalah, rumah kumuh, anaknya tidak bersekolah, usia pendek dll. Setelah itu, kita melakukan pengamatan terhadap fenomena-fenomena sosial yang nyata pada segmen kita. Kita tentukan apakah fenomena-fenomena tersebut adalah masalah berdasarkan kacamata yang kita pakai. Itulah identifikasi masalah.
4.        Menemukan akar permasalahan

Kalau kita telah mengidentifikasi masalah, sekarang tibalah saatnya memecahkan masalah tersebut. Pada prinsipnya dalam pemecahan masalah, perlu diingat kita hanya membantu dia untuk memecahkan masalah. Pokok peramasalah yang bisa kita temukan bisa ditemukan dengan urut-urutan permasalahan yang disebut dengan pohon masalah. Setelah kita menentukan persoalan maka kita bisa menemukan akar persoalannya, apakah karena dia malas mengerjakan pekerjaan lain sehingga dia miskin? Atau harga jual kemenyaan yang memang sangat rendah? Penulis pernah membuat penelitian kecil dengan membuat wawancara, dapat saya katakana bahwa factor pemiskin bagi petani kemenyaan adalah system agen. Sewaktu mereka akan berangkat ke hutan, mereka telah mendapat suntikan dana dari agen untuk bekal selama di hutan, tetapi setelah panen nanti hasil akan dijual kepadanya. Disinilah agen menetukan kehidupan produsen, karena di akhir agen akan menghitung segala pengeluarannya dengan keuntungan yang berlipat ganda.

5.        Unsur-unsur analisis sosial
Ada empat unsur dalam melakukan analisa sosial:
1.    Dimensi historis, masalah terpenting darimanapun juga adalah masalah sejarah; dari mana kita berangkat, dan dari mana kita pergi. Walaupun terkadang kita memakai juga nonhistoris tetapi langkah ini merupakan pendekatan yang berorientasi pada kemapanan (status quo) karena mengangkat apa yang lepas dari konteks.
2.   Struktural, yang dimaksud struktural adalah struktur masyarakat dimana, disana ada pemerintahan, hukum, perdagangan, gereja, masjid, keluarga dan sebagainya. Keadilan sosial sendiri merupakan masalah struktural bukan pribadi.
3.    Pembagian masyarakat. Bagaimanapun juga analisis sosial memungkinkan kita untuk melihat pembagian masyarakat menurut, ras, sex, umur, kelas, etnis, agama dan lain-lain.
4.    Level (tingakatan) masalah yang ada, yaitu mengenai masalah itu lokal, regional, nasional atau internasional.
5. Memahami perubahan dengan Analisa sosial
Memahami analisis sosial bukanlah menyelesaikan masalah tetapi bagaimana kita bisa memahami perubahan. Maka setelah kita melakukan analisa sosial kita bisa memahami perubahan dari akar persoalan dan melakukan indentifikasi. Sampai saat ini, ada tiga madzhab dalam melihat perubahan sosial dengan analisa sosial, yaitu:
1. Konservatif, yang melihat/menganggap:

Struktur sosial
Sebagai Hasil konsensus. Untuk itu struktur sosial yang ada harus dipertahankan
Stratifikasi sosial
Disebabkan oleh perbedaan bakat seseorang, jika seorang berjasa dan berkarya maka dia akan mendapatkan. Didasarkan pada asas ketidaksamarataan
Kepemimpinan
Dinilai sangat hakiki, untuk itu yang sekarang
harus dipertahankan
Pertentangan kelas
Cenderung menutup adanya konflik kelas, menekankan persatuan
Kemiskinan
Dikarenakan kesalahan orang itu sendiri
Usaha mengatasi kemiskinan
Hanya dibiarkan, dan banyak melakukan himbauan moral
Aktor perubahan
Orang itu sendiri

2. Liberal, Cara pandang ini beranggapan bahwa: 
Struktur sosial
Sebagai Hasil konsensus. Untuk itu struktur sosial yang ada harus dipertahankan
Stratifikasi sosial
Disebabkan oleh perbedaan bakat seseorang, jika seorang berjasa dabn berkarya maka dia akan mendapatkan. Didasarkan pada asas ketidaksamarataan
Kepemimpinan
Dinilai sangat hakiki, untuk itu yang sekarang
harus diper tahankan
Pertentangan kelas
Cenderung menutup adanya konflik kelas, menekankan persatuan
Kemiskinan
Dikarenakan tidak adanya kesempatan bagi orang miskin
Usaha mengatasi kemiskinan
Menyediakan dan memperluas kesempatan berusaha bagi orang miskin
Aktor perubahan
Pemerintah/elite

3. Konflik, menganggap bahwa: 
Struktur sosial
Adalah buatan sekelompok kecil orang, yang dipaksakan kepada mayoritas orang. Struktur sosial harus selalu dimasalahkan
Stratifikasi sosial
Adalah hasil buatan penguasa. Hak milik menurut madzhab ini bersifat relatif dan memiliki fungsi sosial, dan menekankan azas kesamarataan.
Kepemimpinan
Harus selalu dikritisi, karena kekuasaan akan cenderung mementingkan diri sendiri
Pertentangan kelas
Selalu membuka konflik kelas, menekankan persatuan yang berkeadilan
Kemiskinan
Disebabkan oleh struktur sosial yang diciptakan
Usaha mengatasi kemiskinan
Merubah struktur sosial, Kedaulatan rakyat
Aktor perubahan
Aktor utama perubahan adalah orang miskin itu sendiri


6.      Kesimpulan:
Kenapa kita perlu memahami analisa social? Tentu sebagai penyuluh yang memahami dirinya sebagai problem solver, perlu memahami latar belakang orang yang kita layani, bahkan persoalan mendalam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya. Hanya dengan memberikan solusi atau pencerahanlah kita berfungsi sebagai penyuluh sejati. Penyuluh yang membebaskan danmembawa kabar sukacita : "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Lukas 4:18-19).









[1] Disajikan dalam pelatihan penyuluh masyarakat Kristen, oleh pembimas Kristen kementerian Agama kabupaten Pakpak Bharat, tgl 15 Mei 2012 di Hotel Lolona, Salak, Pakpak Bharat.

0 komentar:

Posting Komentar