PENTINGNYA
ANALISA SOSIAL BAGI SEORANG
PENYULUH KRISTEN
Pdt. Elson
Lingga, MTh[1]
1. Pendahuluan:
Seorang
penyuluh Kristen apakah dia sebagai seorang guru, penatua atau bahkan Pendeta
adalah sosok problem solver, pemecah masalah ditengah semakin semrawut dan
sulitnya kehidupan selama sekarang ini. Memang kalau menghitung jumlah
permasalahan terlebih menyangkut social ekonomi berupa susahnya mendapatkan
kehidupan yang layak, semakin menurunnya kualitas lingkungan, meningkatnya
tuntutan pemberdayaan diri agar bisa mengikuti persaingan global, penyakit
kemiskinan, ketidak adilan, penindasan dan segala macam yanglain tentu mengakibatkan munculnya
individu yang stress, putus asa dan bentuk penyakit lainnya. Sedihnya, sering
sekali justru gejala yang nampak mengambil rupa fenomena kanker, Nampak hanya
sedikit saja tetapi justru akar selnya telah merambah kemana-mana, dan amat
sulitlah untuk melihat akar permasalah sekaligus titik awal penyelesaian.
Seorang
penyuluh atau jelasnya pembawa obor terkadang harus melebihi muatan kata penyluh itu sendiri. Kalau kita sepintas
menganalisanya, penyuluh tak lebih dari orang yang membawa obor ditengah
kegelapan. Tetapi seorang penyuluh bukan saja hanya pembawa suluh tetapi juga
pencari jalan keluar, pemecah masalah, atau bahkan penyembuh (healer). Maka
benarlah kata Yesus, bahwa orang Kristen disamping disebut sebagai garam, juga
sebagai terang. Kalau terang menjadi penunjuk jalan, sementara garam akan
member rasa, mengawetkan dan menyembuhkan. Thn 2004 yang lalu pda siding raya
gereja-gereja anggota LWF di kota Winnipeg Kanada, jelas disebutkan bahwa orang
Kristen harus menjadi pembawa kesembuhan (penyembuh= healer) bagi dunia.
Tegasnya dikatakan :”Gereja terpanggil menjadi penyembuh bagi dunia”. Thema ini
diinspirasi oleh ayat yang tertulis dalam Wahyu 22:2 “Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai
itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan
sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa”.
Buah yang dimaksud, juga sebagaimana dikatakan dalam Yoh 15:16 yang berbunyi “ Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah
yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan
menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa
dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu”.
Dari
kutipan nas diatas maka jelaslah Tuhan kita memiliki harapan besar tentang
peranorang Kristen menjadi pembaharu, pembawa berkat, bahkan penyembuh bagi
dunia yang sedang mengalami persoalan-persoalan berat belakangan ini. Secara
khusus bagi penyuluh maka buah yang harus kita hasilkan bukanlah sembarang buah
yang akan dinikmati danpenyembuh kepada orang lain, tetapi harus memiliki makna
dalam persoalan pribadi atau kelompok yang membutuhkan.
2. Bagaimanakah
seorang penyuluh yang berbuah?
Banyak
orang berpendapat seorang penyuluh adalah seorang bijak yang kata-tanya menjadi
penyejuk dan perilakunya bisa diteladani. Dia seorang bijaksana yang membuat
orang lain sembuh dari penyakin yang dideritanya. Tapi bagaimanakan seorang
penyuluh yang berbuah? Ini adalah sebuah “proses menjadi”, bukan proses yang instan. Kalau
proses instan, seperti fastfood atau makanan siap saji bak “pop mie” begitu
disedu dengn ari panas tunggu 10 menit maka tersajilah makanan yang “nampaknya”
lejat pada hal tidak menyehatkan. Atau seperti hamburger, hot dog, pizza yang memang menggoda mata, tetapi
ternyata paling banyak mengakibatkan manusia obesitas, dan akhirnya mengalami
gagal jantung. Seorang berfikiran instant tentu tidak akan bisa memberikan
kesejukan ketentraman, dan kesejahteraan. Apa yang dia katakana adalah semu,
bahkan pada saatnya akan diketahui kebohongan yang ada di dalamnya. Tetapi bagi
seorang penyuluh yang mengupayakan “proses menjadi” dia akan mampu diingat dan
seperti oase di gurun tandus dia senantiasa dirindukan para musafir yang
kehausan. Apakah yang dimaksud dengan proses menjadi? Tentu sebuah proses
dimana sipenyuluh akan berupaya secara
mendalam, luas, mengetahui segala sesuatu akar masalah dan kemudian menentukan
terapi apa yang paling tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk itulah
dibutuhkan pisau operasi bernama Analisa Masalah, yang sering disebut “ansos”
3. Analisa
Sosial
Analisis sosial atau yang lebih
akrab disapa ansos ini merupakan sebuah proses atau mekanisme yang akan
membahas problematika-probelmatika yang terjadi pada sebuah objek analisa dan
pada akhirnya akan menghasilkan apa sebenarnya yang menjadi akar permasalahan
atas problematika-problematika tersebut. Dari sana, kita dapat menentukan apa
sebenarnya yang dibutuhkan untuk dicarikan solusi yang tepat. Inilah yang acapkali
tidak dilalui oleh para problem solver. Mereka seringkali menghasilkan solusi
atas problematika yang hadir bukan berdasarkan hasil analisis mendalam namun
hanya bedasarkan dugaan yang argumentasinya lemah atau bahkan hanya berdasarkan
pada kemauannya saja. Mungkin permasalahan yang nyata di lapangan akan
terselesaikan, namun karena ia tak akan menyentuh sampai ke akarnya maka akan
hadir permasalah-permasalah baru atau bahkan permasalahan yang nyata tersebut
tidak hilang sama sekali. Ada sebuah analogi yang tepat untuk menggambarkan
bagaimana pentingnya analisis sosial. Ada seorang pasien yang berkonsultasi
tentang sakit yang dideritanya kepada seorang dokter. Dokter tersebut lalu
melakukan diagnosis. Berdasarkan hasil diagnosis diketahui bahwa ia menderita
migrain. Dokter tersebut lalu memberikan sebuah resep berupa obat migrain.
Lalu, setelah selang waktu tertentu, sembuhlah pasien tersebut. Namun, apa jadi
jadinya jika sang dokter salah melakukan diagnosis dan menyatakan bahwa pasien
menderita radang usus. Otomatis, resep yang diberikan adalah obat radang usus.
Bukannya membuat pasien tersebut sembuh, malah mungkin akan muncul
penyakit-penyakit baru.
4. Identifikasi
masalah
Sebelum melakukan identifikasi masalah, kita harus mampu
mendefinisikan terlebih dahulu apa itu masalah dan kacamata apa yang kita
gunakan ketika kita menyebutkan itu adalah sebuah masalah atau bukan. Masalah
adalah segala realita yang bertolak belakang dengan idealita. Sedangkan
kacamata apa yang kita gunakan akan sangat menentukan apakah sebuah fenomena
sosial dapat dianggap sebagai masalah atau bukan karena jika berbeda kacamata
mungkin pula akan berbeda hasilnya. Sebagi contoh adalah fenomena sosial masyarakat
sekitar hutan kemenyaan. Jika kita menggunakan kacamata sederhana jelas
bahwa adanya masyarakat sekitar hutan
kemenyaan adalah sebuah kenyataan. Namun sering sekali kita melihat
adanya kemiskinan diantara mayoritas perkemenjen. Ini sangat jelas karena
wilayah kita Pakpak Bharat adalah wilayah yang dahulu kala hingga 20 tahun lalu
masih menjadi primadona penghasilan negeri pakpak simalem ini. Tetapi kenapa
walau para petani kemenyaan itu memiliki hasil panen melimpah, ekonominya tetap
seperti jaman dahulu, rumahnya masih kumuh, tidak mampu menyekolahkan anaknya,
atau boleh jadi belum sampai usia 70 tahun telah meninggal dan persoalan lain.
Nah identifikasi masalahnya adalah, rumah kumuh, anaknya tidak bersekolah, usia
pendek dll. Setelah itu, kita melakukan pengamatan terhadap fenomena-fenomena
sosial yang nyata pada segmen kita. Kita tentukan apakah fenomena-fenomena
tersebut adalah masalah berdasarkan kacamata yang kita pakai. Itulah
identifikasi masalah.
4.
Menemukan
akar permasalahan
Kalau kita telah mengidentifikasi masalah, sekarang tibalah saatnya
memecahkan masalah tersebut. Pada prinsipnya dalam pemecahan masalah, perlu
diingat kita hanya membantu dia untuk memecahkan masalah. Pokok peramasalah
yang bisa kita temukan bisa ditemukan dengan urut-urutan permasalahan yang
disebut dengan pohon masalah. Setelah kita menentukan persoalan maka kita bisa
menemukan akar persoalannya, apakah karena dia malas mengerjakan pekerjaan lain
sehingga dia miskin? Atau harga jual kemenyaan yang memang sangat rendah?
Penulis pernah membuat penelitian kecil dengan membuat wawancara, dapat saya
katakana bahwa factor pemiskin bagi petani kemenyaan adalah system agen.
Sewaktu mereka akan berangkat ke hutan, mereka telah mendapat suntikan dana
dari agen untuk bekal selama di hutan, tetapi setelah panen nanti hasil akan
dijual kepadanya. Disinilah agen menetukan kehidupan produsen, karena di akhir
agen akan menghitung segala pengeluarannya dengan keuntungan yang berlipat
ganda.
5.
Unsur-unsur
analisis sosial
Ada
empat unsur dalam melakukan analisa sosial:
1. Dimensi
historis, masalah terpenting darimanapun juga adalah masalah sejarah; dari mana
kita berangkat, dan dari mana kita pergi. Walaupun terkadang kita memakai juga
nonhistoris tetapi langkah ini merupakan pendekatan yang berorientasi pada
kemapanan (status quo) karena mengangkat apa yang lepas dari konteks.
2. Struktural, yang
dimaksud struktural adalah struktur masyarakat dimana, disana ada pemerintahan,
hukum, perdagangan, gereja, masjid, keluarga dan sebagainya. Keadilan sosial
sendiri merupakan masalah struktural bukan pribadi.
3. Pembagian
masyarakat. Bagaimanapun juga analisis sosial memungkinkan kita untuk melihat
pembagian masyarakat menurut, ras, sex, umur, kelas, etnis, agama dan
lain-lain.
4. Level
(tingakatan) masalah yang ada, yaitu mengenai masalah itu lokal, regional,
nasional atau internasional.
5.
Memahami perubahan dengan Analisa sosial
Memahami
analisis sosial bukanlah menyelesaikan masalah tetapi bagaimana kita bisa
memahami perubahan. Maka setelah kita melakukan analisa sosial kita bisa
memahami perubahan dari akar persoalan dan melakukan indentifikasi. Sampai saat
ini, ada tiga madzhab dalam melihat perubahan sosial dengan analisa sosial,
yaitu:
1. Konservatif, yang melihat/menganggap:
Struktur sosial
|
Sebagai Hasil konsensus. Untuk itu
struktur sosial yang ada harus dipertahankan
|
Stratifikasi sosial
|
Disebabkan oleh perbedaan bakat
seseorang, jika seorang berjasa dan berkarya maka dia akan mendapatkan.
Didasarkan pada asas ketidaksamarataan
|
Kepemimpinan
|
Dinilai sangat hakiki, untuk itu
yang sekarang
harus dipertahankan
|
Pertentangan kelas
|
Cenderung menutup adanya konflik
kelas, menekankan persatuan
|
Kemiskinan
|
Dikarenakan kesalahan orang itu
sendiri
|
Usaha mengatasi kemiskinan
|
Hanya dibiarkan, dan banyak
melakukan himbauan moral
|
Aktor perubahan
|
Orang itu sendiri
|
2. Liberal, Cara pandang ini beranggapan bahwa:
Struktur sosial
|
Sebagai Hasil konsensus. Untuk itu
struktur sosial yang ada harus dipertahankan
|
Stratifikasi sosial
|
Disebabkan oleh perbedaan bakat
seseorang, jika seorang berjasa dabn berkarya maka dia akan mendapatkan.
Didasarkan pada asas ketidaksamarataan
|
Kepemimpinan
|
Dinilai sangat hakiki, untuk itu
yang sekarang
harus diper tahankan
|
Pertentangan kelas
|
Cenderung menutup adanya konflik
kelas, menekankan persatuan
|
Kemiskinan
|
Dikarenakan tidak adanya
kesempatan bagi orang miskin
|
Usaha mengatasi kemiskinan
|
Menyediakan dan memperluas
kesempatan berusaha bagi orang miskin
|
Aktor perubahan
|
Pemerintah/elite
|
3. Konflik, menganggap bahwa:
Struktur sosial
|
Adalah buatan sekelompok kecil
orang, yang dipaksakan kepada mayoritas orang. Struktur sosial harus selalu
dimasalahkan
|
Stratifikasi sosial
|
Adalah hasil buatan penguasa. Hak
milik menurut madzhab ini bersifat relatif dan memiliki fungsi sosial, dan
menekankan azas kesamarataan.
|
Kepemimpinan
|
Harus selalu dikritisi, karena
kekuasaan akan cenderung mementingkan diri sendiri
|
Pertentangan kelas
|
Selalu membuka konflik kelas,
menekankan persatuan yang berkeadilan
|
Kemiskinan
|
Disebabkan oleh struktur sosial
yang diciptakan
|
Usaha mengatasi kemiskinan
|
Merubah struktur sosial,
Kedaulatan rakyat
|
Aktor perubahan
|
Aktor utama perubahan adalah orang
miskin itu sendiri
|
6.
Kesimpulan:
Kenapa
kita perlu memahami analisa social? Tentu sebagai penyuluh yang memahami
dirinya sebagai problem solver, perlu memahami latar belakang orang yang kita
layani, bahkan persoalan mendalam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya.
Hanya dengan memberikan solusi atau pencerahanlah kita berfungsi sebagai
penyuluh sejati. Penyuluh yang membebaskan danmembawa kabar sukacita : "Roh
Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar
baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta,
untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang." (Lukas 4:18-19).
[1]
Disajikan dalam pelatihan penyuluh masyarakat Kristen, oleh pembimas Kristen
kementerian Agama kabupaten Pakpak Bharat, tgl 15 Mei 2012 di Hotel Lolona,
Salak, Pakpak Bharat.
0 komentar:
Posting Komentar