Kamis, 07 Februari 2013



ILMU BERKHOTBAH/ HOMILETIKA
Pdt. Elson Lingga
1. Tugas dan batasan ilmu Berkotbah
Homiletika adalah tugas gereja. Homiletika berasal dari istilah Yunani dikatakan  homileo kepada pekerjaan berkhotbah, dan kata Homilia untuk khotbah (materi khotbah). Dalam bahasa Latin dan Inggris disebut sermon  dalam gereja lama homiletika  artinya ialah ilmu berkotbah, yaitu tughas gereja  atau kristiani. Di samping kuasa Roh Kudus, homiletika jua harus disinari ilmu theologia. Sehingga homiletika merupakan sentrum theologia praktika.
Schleiermacher seorang tokoh yang membangkitkan kesadaran bahwa pekerjaan khotbah   adalah masalah ilmiah.  Dialah bapak homiletikan tentang khotbah  dalam masa illmiah.
Homiletika juga berarti   memelihara kebiasaan atau mengadakan kontak (mutual talking = dialog). Walaupun jemaat diam  dalam mendengarkan  kotbagh tetapi dia saling menjawab. Pada dasarnya  homiletika itu adalah dialog, dan pada dasarnya  ilmu berkhotaaah  merupakan ukurand ari aktualitas dan buah yang nampak dari pada theologia dalam suatu zaman.
Khotbah merupakan titik pertemuan, kekuatan atau magnit antra jemaat sepanjang khotbah itu. Disbanding dengan ilmu theologia lainya homiletika merupakan bagian theolgia yang susah. Karena semua  disiplin theologia lainnya terdapat dalam Alkitab seperti:dogmatika, sejarah gereja dll. Tetapi khotbah dan metodenya tidak ada.
Uilmu brkhotbah itu  langsung dengan gerak (moving). Khotbah bukan hanya sebagian illmu berkotbah yang di dokumentasikan, sedang khotbah yang sebenarnya  masih lebiah baik dari situ. Ingatlah: suara, mimik, situasi-kondisi, raut muka dll. Ilmu berkhotbah  tidak tergantung pada dogmatika, tetapi mengikat diri dengan dogmatika.
  1. Tradisi Berkhotbah
Apakah pengertian Berkhotbah? Berkhotbah sebenarnya adalah  penyampaian Berita Sukacita  (evangelium) yang di sampaikan seseorang kepada pendengar. Seseorang tidak bisa disebut berkhotbah kalau dia tidak mengungkapkan kebenaran Allah  sebagaimana didasarkan dalam Alkitab. Kalau dia hanya berbicara mengenai soal-soal fenomena masyarakat seperti politik ekonomi pertanian, mata pencaharian itu adalah berceramah dan berpidato, bukan berkhotbah.
Apakah isi khotbah?
Ada tertulis dalam Yes 40:6 “Ada suara yang b erkata: “Berserulah!” Dan Yesaya menjawab Apakah yang harus kuserukan? – yang harus dia serukan (khotbahkan)  ialah Berita sukacita berita  khabar baik dari Tuhan untuk manusia. Tentu juga mengenai kasih setia Tuhan  kepada

dunia ini, yang telah menganugerahkan Anak Tunggalnya ke dalam maut untuk keselamatan kita semua. Dia telah mati di kayu salib  untuk mendamaikan kita dengan Allah Bapa; tapi Dia juga bangkit pada hari ke 3 dan naik ke surga untuk mempersiapkan rumah bagi orang yang percaya kepadaNya. Walaupun mereka mati dan meninggalkan bumi ini, Tuhan akan membangkitkan mereka kelak agar mereka mewarisi kehidupan yang kekal.
Paulus menyimpulkan isi Berita sukacita itu dalam 2 ungkapan:  pertobatan kepada Tuhan dan kepercayaan kepada Yesus ( Kis 20:21). Firman Tuhan senantiasa memiliki kuasa menasehati, menegor, memperbaiki dan meneguhkan dalam kebenaran (2 Tim 3:16).
Dalam sejarahnya kita mengetahui bahwa orang Israel  dibentuk melalui khotbah dan ditopang olehnya. Syema, Israel “dengarkanlah hai Israel”, (Ul 6:4; Ul 4:1) bagaikan sebuah tiang tenda proklamasi itu tumbuh dan subur ditengah perkembangan umat. Mereka suka sekali mendengarkan sejarah hubungan mereka dengan Allah, mulai dari pemanggilan Abraham, kelahiran seorang putra dari kandungan Sara yang sudah lanjut usia  pengorbanan Ishak, kecerdikan Yakub, penjualan  Yusuf, kelahiran dan tampilnya Musa, masa-masa di padang Gurun, penaklukan Yerikho, pemilihan Saul. Semua sejarah itu sudah pasti terbungkus dalam suatu tradisi khotbah pada saat nilai nilai cerita itu akan diturun wariskan kepada generasi Israel.
     Pasanglah terlinga anda pada Perjanjian Lama  dan dengarkanlah . anda akan mendengarkannya  laksana  desiran air laut   sepanjang alan melalui: pengisahan ulang, frasa yang sama dimainkan berulang-ulang:
Tuhan mengangkat kita ketika kita masih budak,
Memberi kita pemimpin
Dan membawa kita ke tanah ini,
Ia  memampukan kita untuk menguasainya.
Bahkan ditengah padang gurun



Ia membentuk kita sebagai suatu bangsa,
Memberi kita tauratNya
Ketika kit bertaut padaNya dengan setia, memelihara  orang miskin  dan lemah diantara kita
Ia memberkati kita dengan kedamaian dan kemenangan.
Ketika  kita tidak taat, dan mencari jalan kita sendiri,
Ia menghukum kita.
Sungguh ia adalah Allah yang besar;
Perjanjiannya adalah untuk selama-lamanya dan kita adalah umat kepunyaannya.

Kutipan di atas merupakan rangkaian khotbah, dan hal serupa misalnya bisa kita lihat dalam khotbah petrus yang menyentak dan mencengangkan pada gereja mula-mula. Namun yang jelas pemberitaan Firman lewat khotbah akan bergerak seirama dengan jaman yang menyertainya. Pada masa abad pertengahan dengan berkembangnya penginjlan hingga ke Roma, mengakibatkan pemberitaan lebih menuju kepada penyebaran missi, dan terbungkus indah dengan budaya latin dengan menggeser posisi khotbah berisi tradisi-tradisi Yahudi sebagaimana pusat penyiaran juga berpindah dari yerusalem ke Roma.  Pada masa Reformasi kita melihat khotbah Luther yang meneguhkan pembenaran oleh karena iman menjadi kata kunci bagi khotbah-khotbahnya.  Pada masa Wyclif, Hus, Zwingli, Calvin dan Luther sendiri Alkitab telah bisa dibaca sebagai konsumsi rohani sehari-hari  semakin memperkaya khotbah.
Kalau kita melihat khotbah sekarang ini, seorang penulis mengatakan bahwa warna Injil Sosial adalah bagian besar yang tidak terluput dari setiap pengkhotbah.
Dari uraian di atas kita bisa melihat pengkhotbah tidak pernah terlepas dari persekutuan atau situasi pendengar yang  sedang mereka alami. Artinya persekutuan itulah yang menentukan. Kita adalah bagian dari suatu persekutuan besar. Kita tidak boleh berpijak hanya kepada program kita sendiri tanpa melihat bagaimana kondisi jemaat kita.
Persekutuan adalah batu ujian yang menentukan khotbah. Gagasan persekutuan kita lihat dalam 1 Korintus 12-14, dimana Paulus memberikan komentarnya kalau kakrunia-karunia itu tidak membangun jemaat maka sebenarnya karunia itu kurang efektif. Dan dalam 1 Korintus 13, amat jelas paulus berbicara mengenai kasih sebagai kunci dari kesemua tindakan dan karunia kita.
Sehubungan dengan itu  panggilan pertama untuk pengkhobah  adalah mengasihi. Jika tidak pengkhotbah tidak akan mengerti keadaan jemaat dan tidak ada  yang dapat di khotbahkan. Tidak cukup  jhika seorang yang ingin berkhotbah hanya mencintai khotbah, bahkan tidak cukup hanya mengasihi Tuhan, tetapi kita juga harus mengasihi jemaat kita. Kita harus mengasihi jemaat dan  mencintai visi Tuhan  tentang jemaat.
  1. Pengkhotbah
Dari segenap pelayanan kepada jemaat maka untuk memberikan kekuatan justru khotbahlah yang paling besar. Mulai dari PL pada waktu masa nabi-nabi  mereka memakai khotbah untuk menyampaikan keinginan-keinginan Allah, dan Yesus sendiripun  waktu masih tinggal bersama dengan murid-muridnya di bumi senantiasa menyampaikan keinginan Allah sering juga melalui khotbah. Demikian juga para Rasul  mereka berulangkali menekankan: keinginan-keinginan Allah dan mereka adalah yang ditugasi menyampaikan Firman Tuhan (2 Kor 5:20).
Kalau memang pengkhotbah adalah orang yang menyampaikan Firman Tuhan maka kita bisa mengerti bahwa mereka adalah: wakil atau utusan Allah untuk menyampaikan FirmanNya kepada manusia. Setiap duta yang dibangkitkan mendapat kuasa demikian juga pengkhotah yang dibangkitkan akan mendapat kuasa. Mereka adalah orang-orang yang terpanggil untuk menyampaikan Firman Tuhan. Pengkhotbah yang terpanggil dan terpilihah yang akan menerima kuasa, wibawa menyampaikan Firman Tuhan.
Kita bisa mengingat mereka yang terpanggil dalam Alkitab, seperti Musa, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dan para Rasul.
Kalau Allah memanggil pengkhotbah dia sering menolak dengan alas an , misalnya Musa mengatakan: saya tidak pandai berkata-kata, Yesaya mengatakan : Bibirku penuh kenajisan, dan Yeremia mengatakan : saya masih terlalu muda. Yehezkiel mengatakan :Saya tidak tahan berdiri. Kenapa mereka memberikan alas an penolakan? Karena mengingat betapa beratnya tanggungjawab pelayanan itu  yang disampaikan Allah kepada mereka. barulah setelah Allah menyelesaikan kesulitan-kesulitan itu  sehingga mereka mau dan setia menyampaikan Firman Tuhan.
Kalau memang orang yg terpanggil dan terpilihlah yang menjadi pembawa Firman Tuhan, maka mudahlah kita mengerti  bahwa seeorang pengkhotbah adalah  orang yang telah bertobat, yang telah mengenal dan percaya kepada Allah. Ada orang mengatakan : Firman Tuhan itu memiliki kekuatan dari dalam dirinya sendiri, bukanlah manusia yang membuat Firman Tuhan itu berkuasa dan berwibawa. Oleh karena itu walaupun seorang yang tidak percaya, dia bisa menyampaikan firman Tuhan, seperti tertulis dalam Konfessi Augusburg Fasal 8): “Pekerjaan kemuliaan Tuhan (termasuk berkhotbah) memiliki kuasa karena Kristus telah mengamanahkanya. Walaupun  seorang pendeta kurang mengerti tentang pekerjaan kemuliaan Tuhan”.
Ada juga selisih pendapat diantara ahli teologia tentang hal itu. Teolog dari Pietisme seperti Spener mengatakan:”Hanya pendeta dan pelayan jemaat yang telah merasakan  kekuatan Firman Tuhan yang akan berwibawa berkhotbah. Khotbah dan orang yang tidak lahir keduakali, tidak memiliki kuasa dan kekuatan walaupun dia benar menyampaikannya”.
Kemudian tuan Locher dari kaum ortodox membantanya dan mengatakan: “Firman Tuhan akan tetap punya wibawa dan kekuatan walaupun yang menyampaikan belum lahir keduakali, asalkan sesuai dengan keinginan Tuhan dia menyampaikan, karena kekuatan Firman Tuhan bukanlah dalam diri pengkhotbah, tetapi dalam firman itu sendirilah kekuatannya”.
Dalam menanggapi kedua pendapat itu kita meyakini bahwa perilaku pengkhotbah bisa menjadi batusandungan bagi khotbah yang dia sampaikan. Allah tidak menginginkan dia seperti tertulis dalam Luk 16:15; Tit 1:16. Karena itulah Tuhan berkata kepada pengkhotbah yang tidak memiliki iman:  Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman;”Apakah  urusanmu menyelidiki ketetapanKu, dan menyebut-nyebut perjanjianku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan FirmanKu” (Mzr 50:16-17). Oleh karena itu makin berlipat gandalah kekuatan Firman Tuhan kaulau disampaikan pengkhotbah yang  memiliki perangai yang sesuai dengan keinginan Tuhan. Tapi kekuatan Firman Tuhan akan berkurang kalau yang menyampaikan adalah orang yang buruk perangainya.


4.  Khotbah dan Alkitab
Pemberitaan adalah tugas sebah persekutuan jemaat, bukan semata mata tugas ribadi. Dalam cara yang sama Alkitab yang darinya kita mengambil  bahan-bahan untuk khotbah kita, adalah suatu kitab jemaat. Ia menjadi milik umat Allah.  Persekutuan itulah yang membentuknya, persekutuan itu hidup dari padanya, persekutuan menafsirkannya. Jika kita ingin mewakili persekutuan  itu dalam pembicaraan kita maka kita harus menyerakan diri kita  ke dalam tiap halaman kitab itu.
Pengklhotbah besar selalu adalah orang-orang yang cinta pada Alkitab. Orang-orang yang mendasarkan khotbah mereka  kepada bacaan lain seperti mas medya atau pendapat sendiri akan  akan berlalu dengan cepat dari ingatan, seolah-olah mereka mendasarkan khotbah-khotbah mereka di atas rawa-rawa. Tetapi sebaliknya mereka yang mendasarkan khotbah mereka dari perikop-perikop Alkitab akan diingat dan dikenang sepanjang masa.
Alkitab adalah kitab Jemaat dan pendeta yang akan berkhotbah harus mencintainya, harus hidup dari isi alkitab dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, hingga benar-benar menyelimuti keberadaannya. Ia selayaknya  mencurahkan perhatiannya  seperti cara orang  melihat kembali album-album keluarga masa lalu, mencari akar-akar keberadaan mereka pada wajah-wajah itu dan keadaan lingkungan masa lalu serta mengamati masa kini dan masa depan dalam terang masa lalu itu.
Memang bisa saja kita tidak menemukan dengan gamblang persoalan jaman kita dalam Alkitab tetapi kita akan melihat bagaimana ayat-ayat itu bisa mengacu kepada penafsiran yang benar dan mengenai persoalan kita sekarang. Misalnya masalah perang? Alkitab kaya akan hal tersebut. Ekologi? Dalam kitab Para nabi dikenal tanggungjawab tanah dan di dalam Perjanjian Baru sebagai  pengurus tanah. Kesejahteraan social, ditemkan di kitab  Taurat, Nabi-nabi dan surat-surat kiriman. Kehancuran Ruhan tangga? Bacalah  Hosea serta 1 dan 2 Korintus, serta surat yakobus
4.    Kotbah berpusat pada Allah
Hal penting tentang Alkitab adalah bahwa ia berpusat pada Allah. Oleh karena itu ketika kita membicarakan tema atau masalah kehidupan apapun dan mencari kaitannya  dengan thema dalam Alkitab kita tidak bisa menghindari pengungkapan dimensi telogisnya. Hal inilah yang memberikan karakter khusus pada khotbah itu. Alkitab adalah kitab tentang Persekutuan, tetapi ia juga mengenai Tuhan. Oleh karena itu khotbah harus menagbdi kepada Allah. Pengkhotbah yang berhenti berbicara tentang Allah telah meninggalkan dasar kehidupan kita.
Dahulu kala ketika Bus dari Medan masih satu dan datang sekali dalam seminggu ke kampung kami, orang akan berkumpul saat bus  itu tiba. Mereka ingin mengetahui apakah ada berita dari anak-anak mereka yang bersekolah dan merantau  ke Medan. Orangtua-orang tua akan bertanya :Apakah ada berita?” mereka akan kecewa ketika sopir atau penumpang bus itu mengatakan tidak ada berita. Wajah mereka akan sedih dan ada sesuatu gairah yang hilang dari diri mereka. Pengkotbah juga demikian, jemaat sebenarnya ingin mendengarkan berita dari Allah apakah itu tegoran, nasehat, penghiburan dan yang lain. Kalau mereka datang ke gereja tetapi ternyata penghotah tidak membawakan berita, maka mereka akan kecewa.
Martih Luther secara teratur  dan terus menerus menekankan pengajaran Firman Tuhan. Ia menegaskan kepada para mahasiswanya di bidang khotbah,”Kamu harus mengakarkan  dirimu pada suatu pernyataan  yang kuat dari Kitab Suci yang jelas, transparan, sehingga kamu dapat berpegang pada dasarnya”.
Dalam konfessio “Helvetia”Pastoralia (Swiss) dikaktakan: Predicatio verbi divini est vervi divinum”, artinya :Mengklhotbahkan Firman Allah berarti  Firman Ilahi. Firman yang ilahi adalah Firman Allah bukan hasil pikiran manusia. Hubungan antara Firman Allah dengan Firman yang dikhotbahkan adalah indirect. Bukan Allah yang secara langsung berbicara, tetapi  adalah secara tidak langsung Allah berbicara lewat pengkhotbah.

5.    Bahasa Khotbah
Bahasa khotbah bukanlah hanya alat dari pemikiran pengkhotbah saja, tetapi bahasa firman yang bersifat transcendent, yang artinya mengatasi kemampuan kita dan kelemahan kita sendiri. Bahasa khotbah bukanlah bahasa sejarah, dan bukan bahasa diplomasi, tetapi  bahasa Allah sendiri  yang diberikan melalui mulut manusia. Memang kita memakai bahasa manusia, tetapi Allah memakai bahasaNya yang transcendent itu untuk mengatasi bahasa manusia itu. Di dalam khotbah yang kita khotbahkan Allah akan tetap sebagai subjek.
Bahasa khotbah adalah bahasa “liturgy” (= tatacara, suatu keadaan pembicaraan antara jemaat dengan Allah, perhadapan manusia dengan Allah). Liturgy bukanlah  suatu pembicaraan ilmuwan dengan audiens, tetapi adalah suatu pembicaraan Allah yang langsung kepada manusia. Memang kedengarannya bahasa khotbah adalah bahasa manusia saja, tetapi bahasa liturgy mempunyai kuasa kalau disampaikan  begitu  rupa (dilaksanakan sebaik mungkin) sehingga merupakan bahasa Ilahi.
Gerhard Von Rad mengatakan, bahwa Firman Allah itu  terjadi  dalam liturgia, dimana Allah dan manusia terlibat dalam satu tatap muka dalam pembicaraan. Transendensi bahasa kebaktian hanya mungkin terjadi dalam kenyataan peristiwa dengan adanya hubungan Allah dengan manusia secara langsung.
6.    Elemen khotbah
Khotbah memilii 4 elemen utama
a.    Elemen doksologi, artinya “memuji Tuhan”, nampaknya keagungan Tuhan dalam pelayanan khotbah itu memperkenalkan Allah. Hal ini tidak boleh dilupakan, walaupun hingga kini banyak dilupakan. Banyak bahasa khotbah yang bukan memuliakan Allah tetapi justru memuliakan diri pengkhotbah itu sendiri, sehingga uraian demi uraian khotbahnya, yang diingat orang bukan lagi bagaimana khotbahnya menyadarkan orang akan kemuliaan Allah tetapi justru mengukuhkan dirinya sebagai pengkhotbah yang menurutnya hebat. Tetapi khotah seperti itu akan cepat dilupakan orang.
b.    Elemen ajaran, yakni “Ajaran Alkitab” dari ruangan iman yang ditransfer dalam bentuk dogmatika dan etika dari gereja itu. Khotbah  bukan bertitik  tolah dari ajaran gereja, melainkan  hanya  menjadikan suatu pengajaran baru  bagi pendengar, karena khotbah itu bukanlah ulangan suatu pengajaran, tetapi pengajaran Tuhan secara langsung kepada manusia.
c.    Elemen Soteriologi
     Yang paling banyak dari khotbah kita adalah  ulasan hidup sehari-hari bahkan perbuatan baik. Khotbah dikatakan berhasil kalau dia bisa membuat orang menjadi baik. Ini juga salah, sebab sebenarnya khotbah haruslah mencakup soteriologi atau keselamatan yang dikerjakan Yesus bagi kita. Khotbah belum menyentuh intinya kalau belum berbicara mengenai keselamatan. Bagaimana dengan khotbah dalam Perjanjian Lama? Sama, dari sana juga harus bersuara Yesus yang menyelamatkan. Maka Dr. Andar Lumbantobing mengatakan, khotbah tanpa memperdengarkan Yesus dan karya penyelamatannya bagi pendengar bukanlah khotbah tetapi jual koyok.
d.  Elemen praktika, yakni seruan Allah terhadap kehidupan si pendengar yang secara kongkret berlaku sebagai peringatan, penguatan atau penghiburan.
Ke empat elemen inilah sebagai basis khotbah dan yang  harus dipertimbangkan sipengkhotbah  dan menjadi isi khotbahnya.
Sehubungan dengan itu ada dua masalah dalam khotbah:
a.    Masalah homiletika, kita harus bergumul untuk mampu membawa khotbah itu di dalam homiletika yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, yang walaupun  berkhotbah itu secara sederhana tetapi dibaliknya harus ada pertanggungjawaban homiletika secara ilmiah.
b.    Yang berhubungn dengan hidup pengkhotbah sendiri, yaitu pengkhotbah sebagai pendengar yang pertama dari khotbahnya sendiri, maksudnya mendengar dalam pengalaman kehidupannya sendiri. Dialah yang pertama mengolah dalam kehidupannya, yang kemudian diinterpretasikan kepada jemaat.
7.    Teologia diantara teks dan khotbah
A. Di dalam embukaan khotbah selalu dikatakan Firman Tuhan untuk kita hari ini.  Pemahaman kita tentang hal itu adalah bahwa yang kita sampaikan adalah firman bukan ulasan. Dalam Yer 1:2 dikatakan “…datanglah Firman Tuhan…” berarti bukanlah kita yang menceritakan tentang firman Tuhan melainkan  Tuhan sendiri yang berbicara ( in acta), yang hadir. Disinilah luar biasanya Firman Tuhan. Tuhan tidak pernah memberikan kesempatan agar orang lain yang menyampaikan melainkan Dialahlah yang lansung berbicara (berfirman).
Dalam Mazmur 33:9 “Sebab Dia berfirman...”, tetapi kini Dia memberikan FirmanNya  dalam mulut manusia dan mulut pengkhotbah, bukabn lagi kepada nabi-nabi. Pendeta-pendeta atau pengkhotbah bukanlah nabi (nabi = perantara “Unittelbar”(perantara)). Firman Tuhan diberikan bukan untuk dikutip, tetapi untuk diteruskan, dimana kita meletakkan dalam situasi masa kini. Dalam pekerjaan ini pendeta adalah sebagai pendengar pertama dan saksi pertama.  Hanya pengkhotbah sebagai orang pertama mendengar kesaksian dan memberi Firman Allah mengalir melalui hati sipengkhotbah, dan dia dapat melakukan ekerjaan dan menjadi saksi yang dipercaya.
Demikianlah kita membedakan seorang pengkhotbah “Evangelium dan penafsir Alkitab”. Di podium dia disebut theology, pengkhotbah. Pengkhobah bukan hanya  pembicara, tetapi melalui pembicaraan khotbahnya terjadilah seperti apa yang dikatakan oleh Yesaya (55:11):”Demikianlah firmanKu yang keluar dari mulutKu, ia tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia…”. Karena itu  sebelum kita lakukah khotbah, kita harus terlebih dahulu berdoa, karena khotbah itu tidak berada dalam kuasa kita  dengan alas an:
1). Khotbah yang kita berikan berada dalam surat suci Alkitab, berarti kita mempunyai banyak saksi tentang kejadian yang kita beritakanm dimana Allah melalau firmanNya bertindak kepada manusia, dan di dalam kesaksian dan perjanjian, perbuatan Tuhan sedang berlaku, dan kita tidak kmempunyai hak mutlak.
2). Kita mempunyai penugasan dan kuasa di dalam tugas menyaksikan.
3). Kita menerima perjanjian bahwa Yesus Kristus dan Firman yang telah menjadi daging itu sebagai subjek yang hendak bertindak.
4).Kita menerima perjanjian  bahwa Roh Kudus memberi kepada kita kemungkinan untukk mampu mendengar Firman Tuhan, karena itu sepatutnyalah setiap pengkhotbah harus bergumul dan berdoa sebelum berkhotbah.
B. Kita dalam berkhotbah dan tugas berkhotbah membawakan Firman Allah yang bukan terjadi seccara “ex Opere Operato” (bukan secara sendirinya) sejak mulai, bekerja dan berfungsi karena:
1.        Kita hrus melihat rahasia Allah dengan kuasanya memilih dan memberi berkat Tuhan itu melalui FirmanNya, yang kita harapkan berada dekat kita, bukan keinginan kita yang terlaksana, melainkan keinginanNya. Dengan kata lain Tuhanlagh yang menentukan nilai khotbah yang kita berikan.
2.        Memang kita juga mempunyai kemampuan yang terbatas sebagai orang yang kepada mulutnya diberikan FirmanNya.
3.        Janji bahwa Tuhan yang bekerja dalam firman yang kita sampaikan bukan membuat kita lemah. Orang yang mendengar Firman Tuhan harus melakukan dua hal yaitu:
a.    Explicatio, yaitu “pembentangan, penuraian, dan pengertian” akan bunyi yang kita dengar dari saksi-saksi itu. Explicatio sebagai tugas pertama dari pengkhotbah yang exegetis, bukan sebagai eisegetis.
b.    Applicatio, yaitu “Penyampaian Firman Tuhan secara tepat dan terarah ke dalam situasi pendengar


 






Dalam bahasa sederhana dahulu seorang teolog mengatakan rangkaian persiapan itu adalah:
Oratio, Meditatio dan tentatio, yang artinya: berdoa, memikirkan dan mempergumulkan
     Catatan:
-                                                                      Homiletika         : Ditelan dan dimasukkan dalam hati
-                                                                      Retorika   : Boleh digantungkan pada bibir
-                                                                      Eksegetis : Dari dalam teks keluar pengertian
-                                                                      Eisegese  : Ke dalam teks dimasukkan pengertian

C. Janji Allah yang diberikan di dalam, bersama dan oleh kesaksian Alkitab, mengharapkan kita akan pengenalan akan teks dengan jelas.
Hal ini menuntut theologia yang tidak sepintas lalu, tetapi medalam mendasar, dengan satu renungan akan makna Firman itu. Ada baiknya sebelum menyampaikan Firman  itu termasuk dalam tugas-tugas lain di persekutuan  haruslah terlebih dahulu bermeditasi untuk bersatu dengan Allah Bapa.
Melalui pendengar  yang setia akan kesaksian Firman itu dengan membiarkannya mengalir ke seluruh tubuh kita dan bahkan  pada hati kita, namun juga menggali kandungan Firman (theologia).
Jelaslah bahwa kotbah adalah suatu proses perjalanan pikiran dan pemahaman dari exegee melalui suatu terowongan (meditasi) yang kemudian menjadi khotbah
Exegese …………… meditasi…………..khotbah
Exegese tentu telah kita ketahui dengan metode penggalian isi alkitab atau isi natas sehingga kita bisa melihat pesan-pesan rohani yang amat kaya itu..
8.   Persiapan khotbah
Sekarang sampailah kita kepada ujian yang sesungguhnya, pengabdian pengkhotbah pada tugas pemberitaan – apakah ia sungguh-sungguh berusaha untuk pengembangan  khotbah yang sebenarnya. Adalah suatu hal unuk memiliki angan-angan  yang luhur  tentang berkhotbah yang mampu dilakukan seseorang. Namun merupakan hal yang sama sekali lain dalam kesiapan mengolahnya membawanya dalam suatu pemikiran siang dan malam, mengotakngatik garis besar atau rancangan  khotbah sampaui mantap, bekerja kekras dengan susunan kata sampai  benar-benar hidup dan tepat, dan akhirnya menyimpannya semua dalam benak untuk dikhotbahkan.
Beberapa pengkhotbah memiliki kecemerlangan  atau kecakapan seperti james  Pike, uskup California yang ternama yang pernah mengalami kesulitan pendekatan sederhana untuk berkhotbah. Pike mengatakan ia memikirkan bahan khotbah pada hari Sabtu malam, menyimak sejumlah buku tafsir dan menyususn semacam garis besar dalam pikirannya. Ia merefleksikan kerangka itu setelah berada di atas tempat tidur dan melakukannya lagi pada keesokan harinya. Kemudian  ia naik ke atas mimbar dan berkhotbah tanpa membawa catatan apapun.
Namun para pengkhotbah besar jarang melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Pike. Para pengkhotbah itu lebih cenderung menuliskan khotbah mereka secara lengkap yang merupakan haisl penggalian pengayaan dengan bahan bacaan dan penghayatan realitas social, sehingga ada beberapa pengkhotbah yang menuliskan khotbahnya hingga 4 – 5 jam. Seperti apa yang dilakukan  George Butrick yang  dengan telaten menuliskan khotah-khotbahnya dengan baik. Ada banyak juga orang yang tidak setuju dengan sikap seperti itu seolah-olah, menurut mereka menghilangkan pekerjaan Roh Kudus. Tetapi seorang yang menulis khotbahnya dengan baik, akan semakin diperkaya pada suatu saat bila membacanya kembali dan perbendaharaan pesannya semakin baik. Hal itu sangat lebih menguntungkan dibanding jika kita tidak menuliskan apa-apa dan kemudian jemaat  kecewa manakala kita tidak membawa apa apa untuk mereka.
a)    Mengambil thema
     Arti thema  disini adalah kesimpulan khotbah  bukan kesimpulan nats. Kegunaan maka kita membuat thema adalah agar lebih mudah ditangkap pendengar dan agar mudah didalam ingatan pengkhotbah. Maka tugas pengkhotab yang penting juga adalah mencari thema dari penafsiran yang diat buat dari nats yang dia pergumulkan. Bisa saja bermacam thema diambil orang dari satu perikop khotbah, sebab itu tergantung kepada pemahaman dan tujuan pelayanan khotbah tersebut.
Tetapi kita harus mengetahui bahwa thema  itu tidak boleh dari luar nats, thea itu harus merangkul seluruh isi nats. Kalau kalimat thema, bisa diambil dari sebagian isi nats, tetapi bisa juga atas karangan kita sendiri.
Thema dan bagian-bagiannya disebut disposisi. Jadi kita bukan hanya membuat thema tetapi juga bigian bagian yang sangat penting. Kalau thema merupakan pokok, maka bagian bagiannya seperti cabang dan ranting-rantingnya. Itu sangat penting, sebab kalau kita tidak membuat disposisi yang jelas maka khotbah akan kacau dan bisa bolak-balik membahas satu topik sehingga menimbulkan kejenuhan kepada pendengar.
Bagian bagian disposisi itu harus mudah dimengerti dan jelas.
Inilah sebagian lagi yang penting diingat:
Kalau kita membuat thema dalam bentuk pertanyaan maka datanglah bagian-bagiannya dalam bentuk jawaban.
Misalnya : Thema: Siapakah yang masuk kedalam sorga itu? Jawabnya:
1). Orang yang percya
2). Yang tunduk dan menuruti Firman Tuhan 
Kalau thema berupa kesaksian maka bagian-bagiannya adalah keterangan. Misalnya:
Thema: Yesus adalah raja alam semesta! Bagiannya adalah:
1)   Karena dia adalah pencipta langit dan bumi dan segala isinya
2)   Karena dia juga yang akan menghakimi segenap manusia
Maka thema dan bagian-bagiannya harus menunjukkan satu kesatuan.
b)   pendahuluan
     Pendahuluan bagi sebuah khotbah adalah  penting, karena bagian itu akan tetap mengingatkan  kita kepada  bagian khotbah. Biasanya orang membuat pendahuluan dengan lebih dahulu membaca nats, tetapi bisa juga sebelum nats dibaca. Pendahuluan tidak perlu terlalu panjang, yang jelas dia merupakan bagian yang membuka jalan kepada khotbah. Sama seperti MC yang memberi komentar kepada masuknya tamu, setelah tamu muncul dia mengundurkan diri. Demikianlah pendahuluan yang singkat namun mengena memperkenalkan khotbah.
c)    Penutup (epilog)
Agar khotbah itu bulat maka sangat penting kita membuat penutup. Penutup juga harus pendek. Bisa saja kita kembali mengungkapkan dengan singkat apa yang telah kita ulas dalam khotbah. Bisa juga kita mengungkapkan thema dan bagian-bagiannya itu, seperti menokokkan paku yang telah menembus papan, agar mengingatkan khotbah itu kepada pendengar. Bisa juga penutup menjadi ajakan pengambilan keputusan kepada pendengar dengan bentuk nasehat atau bujukan. Ini yang sering dilakuan pengkhotbah.
Mengenai ilstrasi dalam khotbah inilah yang perlu kita ingat,  kalau ilstrasi itu benar-benar bisa menjelaskan dengan mudah khotbah itu maka ilustrasi itu penting. Ingat harus menjelaskan, bukan menjadi bagian utama, atau menjadi sisi yang berbeda dari khotbah yang disampaikan.
Mengenai panjangnya waktu khotbah pada hari minggu sebaiknya cukuplah 25-30 menit, ini terlebih bagi masyarakat perkotaan. Tetapi kalau masyarakat di desa, sebaiknya lebih panjang dari waktu tersebut ntara 30-45 menit.
Pengkotbah harus menghindari  kata-kata kehormatan, misalnya: “Saudara-saudara yang terhormat” sebab dalam khotbah hanya Allahlah yang mendapat kehormatan. Kata yang paling baik untuk kmenyapa pendengar adalah “saudara yang kekasih dalam Yesus Tuhan kita”. Kata kata asaing yang tidak dimengerti oleh pendengar juga perlu dihindarkan. Kalau memang harus, maka kita juga perlu menjelaskannya dengan sesederhana mungkin hingga dimengerti pendengar.
9.   Cara mengungkapkan khotbah
Sebab yang di sampaikan itu adalah Firman Tuhan, maka pengkhotbah tidak boleh main-main dengan ungkapan-ungkapannya. Dia harus menunjukkan pribadi yang  berwibawa. Janganlah meniru suara dan gaya pengkhotbah lain. Sebab kalau kita meniru suara dan gaya orang sementara sehari-hari kita tidak seperti itu maka orang membuat kita menjadi bahan tertawaan. Alangkah baiknya kalau pengkhotbah mampu memperhatikan apakah pendengar mengikuti apa yang dia khotbahkan. Seorang pengkhotbah bernama Klaus Harms mengatakan pengkhotbah harus bersuara “kuat, lambat dan lemah lembut”. Kuat tetapi jangat seperti suara histeris, Lambat, tetapi jangan terseret-seret, lemah lembut tetapi jangan hanya enak didengar telinga.
Waktu berkhotbah seorang pengkhotbah perlu melihat pendengarnya, jangan hanya melihat ke langit-langit atau keluar sebab mata pengkhotbah bisa menjadi alat penolong bagi jemaat untuk mengerti pesan Tuhan. Tapi janganlah melihat hanya kepada seorang saja, sebab tindakan seperti itu bisa dinilai lain oleh jemaat yang lain.
10.  Berabagai jenis Khotbah
Kini kita sampai pada pokok masalah memutuskan bentuk khotbah yang akan diambil. Sebagian  besar pengkhotbah mengambil bentuk tunggal untuk tujuan mereka dan menggunakannya dengan hanya sedikit variasi untuk sisa pelayanan mereka. namun ada banyak gaya dan bermacam-macam bentuk homiletika dan seorng pengkhotbah yan kreatif meskipun berpegang terutama pada satu bentuk, kadang-kadang akan mencoba bentuk-bentuk lain, semata-mata untuk mempertinggi proses komunikasi. Percobaan secara periodic menawarkan  kesegaran dan keanekaragaman bagi orang-orang yang mendengarkan khotbah-khotbah kita dari minggu ke minggu, tambahan pula memberikan  kepad kita perspektif2 baru  pada bahan yang sedang kita khotbahkan, memperbolehkan kita untuk membuat penilaian berharga tentang bentuk-bentuk dan metode-metode  yang biasanya kita pakai.
Ada berbagai bentuk khotbah sepanjang zaman  sehingga mustahil untuk medaftar semuanya . namun  setidaknya  kita mencatat beberapa 1) khotbah impressionistic 2) khotbah perkembangan 3) khotbah urian 4) khotbah klasifikasi 5) khotbah faceting  6) khotbah ekperimental.

1)   Khotbah impressionistic
Hampir aneh menyebutnya sebuah bentuk khotbah, karena ini merupakan  salah satu dari khotbah-khotbah yang paling tidak  berbentuk  yang terutama  terdiri dari pandangan-pandangan sederhana  dari  pendeta itu, disajikan  dengan sedikit usaha pada struktur. Dalam wujudnya pendeta hanya memberikan beberapa kalimat atau beberapa pragraf tentang suatu thema, gagasan  atau kesan.
Banyak pengkhotbah yang mengambil bentuk seperti ini pada kurun 1960 – 1970 an; mereka berpendapat  bahwa hal  itu meruipakan  cra yang lebih  alamiah untuk berkhotbah  dan karena itu  lebih dapat diterima  dari pada khotbah-khotbah tradisionil. Khotbah ini biasanya  tidak meletakkan pertimbangan –pertimbangan  gaya antara refleksi doa dan penyampaian khotbah kepada jemaat. Dan orang lain mendukungnya  karena dari semua bentuk khotbah , bentuk inilah yang paling hemat untuk waktu dan persiapan.
2)   Khotbah perkembangan
Khotbah ini memiliki gagasan utama atau tujuan pengendalian yang dikerjakan melalui suatu  seri persiapan. Khotbah inilah yang paling banyak diajarkan di bangku teologi terutama pada abad 19. Dia adalah hasil dari sebuah kerangka berfikir, cara berfikir yang cenderung menghasilkan  khobah berbentuk  pengantar beberapa pokok, inti beberapa pokok kemudian kesimpulan. Sejak abad 19  samapai sekarang bentuk ini sangat banyak ditemukan , sebab merupakan sebuah cara menyiapkan dan menyampaikan berita yang dengan nyata dilayankan .
3)   Khotbah uraian
Bentuk khotbah ini seperti yang disiratkan dalam namanya, meliputi penyampaian uraian tafsiran langsung tentang teks alkitab. Khotbah ini sangat popular terutama dalam gereja-gereja konservatif dan tradisional, dan jarang dipergunakan sekarang ini, mungkin karena  sebuah generasi pengkhotbah yang peka  secara alkitabiah lebih sadar akan baghaya-bahasa eisegese atau membacakan arti-arti yang tidak terjamin kebenarannya ke dalam kata-kata dan kalimat-kalimat Alkitab.
Clovis Chappel, yang menggembalakan  gereja-gereja Metodis di Amerika merupakan pengkhotbah uraian (expository preacher) yang terkemuka yang memiliki  kelengkapan untuk menjadikan perikop-perikop dan siatusi dalam Alkitab menjadi hidup untuk jemaat. Inilah kutipan khotbahnya  dari khotbah berjudul “sekilas tentang Kehidupan selanjutnya” tentang pengkajian  ulang dari Lukas 16:19-31, tentang orang Kaya dan Lazarus:
“Ada seorang kaya tertentu” – apakah artinya? Seorng kaya – menonjolkan  kekuatan, kapasitas dan kemampuan melayani. “dan ada seorang pengemis yang berbaring dekat pintu rumah orang kaya penuh dengan borok” – yang berarti membutuhkan. Dan demikianlah kita mempunyai  disini kemampuan untuk melayani dan kebutuhan akan pelayanan dihadirkan bersama-sama. Orang miskin berada di pintu rumah orang kaya itu. .hal itu berati orang miskin adalah tanggungjawab si orang kaya. Ia adalah kesempatan bagi si orang kaya itu. Saya tidak tau tanggungjawab apa yang diletakkan pada pintu  masukseseorang di seberang jalan itu, namun tanggung jawab orang kaya ini sudah jelas. Panggilan untuk menolong itu terdengar keras, dan bertubi-tubi. Inilah kesempatannya. Di sinilah lemari besi yang di dalamnya  ia dapat memasukkan  deposito untuk kekekalan”.
Keuntungan besar dari khotbah bentuk seperti ini adalah penggalian Alkitab yang dalam dan mengajarkannya kepada pendengar. Ada keadaan yang sekarang semakin memprihatinkan, yakni kurangnya pengajaran isi Alkitab yang mendalam. Untuk itu khotbah seperti ini sangat berfaedah.
Tetapi bagi pengkhotbah yang baru perlu mempertimbangkan khotbah jenis ini, karena  sangat sulit untuk di kuasai. Ia nampak sederhana padahal sangat sulit. Ia menuntut pengetahuan yang akurat terhadap teks, yang harus dicapai dengan tafsiran  dan kajian yang seksama. Kemudian ia menuntut pengetahuan yang cukup luas akan hakikat dan pengalaman hidup manusia sehingga uraian itu dapat diakhiri kepada kesimpulan yang bermakna bagi pendengar.
4)  Khotbah Klasifikasi
Khotbah ini lebih cenderung mengklasifikasi gagasan-gagasan pemikiran. Mereka misalnya mengatakan : “dunia ini berada dalam dua sisi kehidupan, baik dan jahat”. Mereka suka memperlakukan sebuah teks menurut apa yang dikatakannya kepada anak muda, kaum dewasa dan orang tua. Mereka cenderung mengkai sebuah cerita seperti kisah seorang penguasa kaya yang mendatangai Yesus, yang dapat dirasakan oleh kaum miskin, oleh kelompok yang cukup berada dan oleh orng-orang kaya. Mereka memikirkan sebuah berita tetentu sebagaimana  ia ditujukan  kepada gereja persekutuan luar greja  dan kepada dunia. Memang mereka sangat menarik dan rapi, dalam mengklasifikasi khotbahnya. Namun khotbah seperti ini cepat kurng kmenarik. Misalnya waktu pengkhotbah mengulas masalah pemuda, pemuda akan antusias mendengarkannya, tetapi waktu pengkhotbah berpindah kepada  orang tua, pemuda tadi merasa bahwa khotbah itu bukan bagian mereka lagi.
5) Khotbah Faceting
Nama bentuk khotbah ini diberkan oleh WE. Sangster yang meminjamnya dari tukang pengasah batu berharga. Pemilahan (faceting = diberi segi) itu adalah yang dikekrjakan oleh tukang itu terhadap batu-batu berharga setelah batu-batu itu dibelah: mereka memotong permukaan batu-batu itu  sehingga keindahan mereka lebih dengan mudah dapat dinikmati. Sebelum sebuah permata dipilah, ia kasar dan tidak menarik, keindahannya terkurung. Namun ketika tukang berlian itu memotong dan mengasahnya  pertama dari satu sisi kemudia ke sisi lainnya, sehingga seluruh permata itu bercahaya seperti batu permata, dengan setiap sudutnya menyinari kebenaran agung yang telah diperkenalkan pada permulaan tadi.
Seorang pengkhotbah bernama Philip Brooks sangat suka  dengan metode ini. Ia sering mengingkapkan  suatu kebenaran tau wawasan pokok pada permulaan  khotbahnya, kemudian menghabiskan sisa waktunya dengan menkaji kebenaran itu dari pelbagai sudut. Contohnya ia menyampaikan khotbah bertajuk “Beridiri di hadapan Tuhan” dengan bacaan:”Dan aku melihat orang-orang mati, besar berdiri di hadapan tahta tiu” (Why 20:12). Kata p[engantarnya berbicara tentang kerinduan manusia mengetahui apa yang terjadi setelah kematian dan memberitahukan bahwa Yohanes, penulis kitab Wahyu, mempunyai sekilas pandang  tentang hal itu. Pokok utama, segi utama permata itu, ialah bahwa kita semua akan berdiri dihadapan  Tuhan dalam persekutuan orang-orang yang dilihat Yohanes dan akan dihakimi oleh Allah itu seprti seorang anak kecil dihakimi ayahnya, seperti seorang seniman dinilai dari kecantikannya, atau seperti seorang cendikiawan dinilai dari kebenarannya. Setelah memantapkan nilai ini, Brooks meneruskan untuk menekuninya,menambahinya dengan segi-segi berikut ini:
- Ketika kita berdiri di hadapan Tuhan pertanyaan tentang kebenaran menjadi sangat pokok melebihi semua perkara lainnya, termasuk kesenangan popularitas dan keuntungan.
- Kektika Yohanes melihat orang mati, besar kecil, berdiri  di hadapan Tuhan, kita akan berdiri pada tingkat yang sama setelah kematian, tidak peduli dengan perbedaan-perbedaan pada masa lalu.
- Seperti semua generasi yang terlihat berdiri bersama, kita memperoleh  gambaran hakikat Tuhan  yang tak terbatas yang mampu mengumpulkan semua orang dari segala zaman.
- Yohanes melihat tempat kemana jiwa-jiwa itu akan pergi. Kita hanya  melihat tempat dari mana mereka akan pergi. Akan menolong jika  kita dapat melihat yang ia lihat.
- Kita tidak perlu mati berdiri di hadapan Tuhan; pengalaman indah melihat Tuhan dapat dimulai sekarang.
Khotbah faceting adalah suatu khotbah pengajaran yang bagus karena ia menampilkan satu pemikiran yang pokok dan kemudian  memperkuatnya kembali dalam beberapa cara.
6)  Khotbah eksperimental
Khotbah eksperimental biasanya seperti:
1)   Khotbah-khotbah Dialogis
2)   Percakapan-percakapan tunggal dramatis
3)   hotbah-khotah dari surat-surat
4)   Khotbah-khotbah perumpamaan
5)   Khotbh-khotbah dari novel dan drama
6)   Khotbah-khotbah  dalam ayat
7)   Khotbah-khotbah  dengan mimik wajah
8)   Pertunjukan silide
9)   Khobtah-khotbah laporan berita
10) Khotbah-khotbah musical
11) Dll
Khotbah-khotbah seperti ini cocok untuk pendengar dan   pengkhotbah sendiri, sebab ada kalanya pendengar jemu dengan bentuk tradisional, sehingga khotbah eksperimental ini bisa menjadi alternatif. Kita sungguh merasakan Injil itu dengan cara baru ketika kita menghidangkannya dalam bentuk-bentuk baru. Methode eksperimental individual  memiliki beberapa keuntungan ada dirinya sendiri. Media khotbah-khotbah menggunakan drama, slide film dan yang lain memampukan orang melihat dan juga mendengar, sebab membawa injil  ke dalam otak sebelah kanan dan sebelah kiri, dimana gambaran-gambaran menarik orang-orang dan menolong dalam pertobatan. Khotbah laporan berita berkenan dengan masalah-masalah sekarang yang ada dalam benak orang-orang mempunyai nilai kesezamanan yan sulit dikalahkan. Khotah-khotah dialogis  biasanya antara dua orang, namun kadang-kadang antara pengkhotbah dan seorang teman karib, mengijinkan munculnya  titik pandang yang bertentangan  dalam cara-cara yang bermanfaat dan kreatif. Khotbah-khotbah surat mempunyai semacam keintiman yang berguna dalam menghadapi persoalan-persoalan tentu. Berikut ini contoh khotbah surat  yang diperankan Dr. Barnes yang menjadi Gembala Gereja Universitas Baptis di Shawnee Oklahoma Amerika:
Semasa perang  Vietnam, ada  sebuah pabrik  mesiu dekat Shawnee, dan banyak anggota Gereja Universitas Baptis yang bekerja di pabrik itu. Banyak juga mahasiswa yang kerja di pabrik itu tetapi mereka  anti perang. Para pekerja pabrik mesiu yang membiayai  sebagian besar rekening gereja, tidak dapat mengerti sikap anti perang dan marah  terhadap keberadaan para mahasiswa di tengah-tengah mereka. Dalam upaya  untuk menengahi pengertian dan menghindari suatu konfrontasi  berbahaya yang potensial, Dr. Barnes mengampaikan sebuah khotbah natal berjudul “Sebuah surat pada Malam Natal”. Setelah mendengarkan  tape rekaman bunyi peluru-peluru berdesingan, tembakan meriam dan pemboman secara sporadic dan diiringi dengan permainan  lembut piano  dari lagu “saya mendengar lonceng  pada hari Natal” Dr. Barnes membacakan sebuah surat dari seorang tentara muda kepada orangtuanya yang di dalamnya  ia menjabarkan kesia-siaan perang yang ia saksikan  dan berbicara tetapi ia ingin sekali pulang ke rumah. Kemudian sebuah surat dari ibu anak muda itu dibacakan, mengomentari kesejahateraan rakyat di sekitar pabrik mesiu, memberitahukan tentang ruangan baru yang mereka tambahkan  ke rumah dari uang hasil kerja lembur sang ayah, dan secara umum rugi karena tidak dapat berkomunikasi  secara nyata dengan putranya. Akhirnya  ada sebuah berita singkat dari departemen  Pertahanan, mengumumkan  kepada orangtuah  bahwa  anak laki-laki mereka telah tewas. Setelah pelayanan ibadah  menyusul sebuah forum  diskusi tentang  persoalan-persoalan  yang diangkat dalam khotbah itu. Baik orang-orang pabrik  mesiu dan para mahasiswa saling memahami dengan lebih baik, dan hubungan mereka  dalam gereja nyata sekali diperbaiki.

11.  Jamita Kasual
     Khotbah kasual, ialah kotbah yang lain dari biasanya yang dikhotbahkan di hari minggu, sebab khotbah di hari minggu telah memiliki aturan yang baku (diberbagai gereja ada agenda khusus yang memuat nats-nats setiap minggu) khotbah kasual ialah disebabkan adanya suatu peristiwa atau yang terjadi dan mengundang kita untuk berkhotbah. Misalnya waktu ada acara baptisan, pemberkatan nikah dan khotbah penguburan. Juga khotbah pada acara pesta panen, ulang tahun, jubileum dll. Melalui khotbah kasual pengkhotbah memberikan pengertia  tentang tindakan Allah agar kita  jangat berputus asa waktu terjadi dukacita, dan agar kita jangat sombong manakala kita mendapatkan suatu peruntungan atau sukacita. Berbagai khotbah kasual itu misalnya:
a)    Khotbah pesta Gereja
Pesta Gereja tujuannya adalah menunjukkan betapa banyak yang diperbuat Tuhan  ditengah-tengah jemaat, sebab Dia telah berkenan memberkati jemaat hingga mampu mendirikan Rumah ibadah. Tentu kesemuanya itu berkat yang diterima masing-masing anggota jemaat setiap hari sehingga mereka mampu bersama-sama mendirikan rumah ibadah (Gerejanya).
Tuhan senantiasa membuat mujizat ditengah-tenga umatnya  agar mereka teguh dan kuat dalam iman percayanya. Sehingga jemaat memiliki kesatuan hati mengadakan pesta sekali setahun. Biasanya membina rasa cinta terhadap berdirinya jemaat agak susah ditanamkan kepada generasi muda, terlebih setelah pendiri-pendiri gereja telah meninggal.
Oleh sebab itulah maka khotbah pada waktu pesta gereja seharusnya mengikat hati setiap anggota jemaat untuk mencintai gerejanya. Ayat yang biasanya dipakai pada waktu itu adalah: Mat 16:18; Luk 12:32-36  Yoh 7:17 Kis 2:42  1 Kor 15:58; Ep 1:3; 2 Petr 1:19; Ibr 10:23-25.
b). Khotbah pada waktu memperingati orang meninggal
Di berbagai gereja acara ini dilakukan setelah minggu-minggu biasa dan menjelang minggu advent dilakukan, diantaranya ada satu minggu yang disebut minggu akhir tahun gereja dan pada saat itu biasa dilakukan memperingati orang-orang yang meninggal dalam satu tahun. Pada kesempatan itu hati keluarga yang ditinggalkan masih mudah terkenang dan sedih. Kesempatan itu perlu ditekankan bahwa ternyata semuanya akan berakhir. Di Eropa pada minggu inilah dipakai kesempatan membersihkan kuburan keluarganya. Biasanya mereka pergi ke kuburan sebelum berangkat ke gereja. Biasanya di kuburan mereka menyanyi dan berdoa. Ada juga kalanya mereka mengundang pendeta dalam acara tersebut untu mennyampaikan khotbah.pendeta berkhotbah singkat.  Setelah itu mereka pergi ke gereja mengikuti ibadah. Tujuan protestan mengadakan itu adalah:
I.             Gereja mengingat anggota jemaatnya yang meninggal dalam satu tahun itu
II.           Agar segenap jemaat mengingat bahwa pada waktunya semuanya juga akan mati.
Kedua hal itulah yang harus terdengar dalam ibadah tersebut. Orang Kristen itu adalah manusia yang merasakan kepedihan  atau menangis waktu anggota keluarganya meninggal dunia. Tidak ada dalam Alkitab dikatakan bawa kita tidak boleh bersedih kalau ada keluarga yang meninggal. Tetapi kelebihan orang Kristen adalah bahwa walaupun mereka bersedih, tetapi Yesus telah menjanjikan kebangkitan daging dan pada waktunya kita juga akan berjumpa dengan orang-orang yang kita kasihi pada masa kebangkitan itu. Jadi  yang hidup diingatkan agar merindukan perjumpaan itu, dan sudah barang tentu itu bisa terjadi kalau mereka percaya kepada Yesus.
Yang kekdua perlu diingatkan tentang kematian kita masing-masing. Banyak hal bisa katakana untuk mengingatkan kita tentang akhir hidup seluruh manusia, agar semuanya bersiap menerima panggilan Tuhan. Jadi adalah menjadi kesempatan mengingatkan jemaat tentang akhir hidupnya khotbah yang disampaikan.
Nats: Kej 49:29; 50:1; Ayub 1:21 Mzr 122; Yes 40:6-14; Hos 13:14; Mat 24:13; Luk 7:11-17 Yoh 11:25-26 Ibr 4:9-11 Why 41:13
c). Pesta panen
Banyak gereja yang melaksanakan pesta ini, yang mengingtkan jemaat betapa besar kasih Tuhan yang memberikan beratnya hingga pertaniannya berhasil dengan baik. Perlu diingat mereka yang bertani sangat menikmati pesta ini dari pada para jemaat yang menerima gaji setiap bulan. Mereka memahami bagaimana Tuhan memberkati tanah dan benih yang mereka tanam hingga mendatangkan hasil untuk kehidupanya. Oleh sebab itu setelah selesai panen alangkah baiknya jemat mengadakan pesta panen. Dibeberapa jemaat pesta itu tidak harus pada hari minggu. Biasanya anggota jemaat membawa hasil panennya  dan meletakkannya disekitar altar gereja  untuk menjelaskan bahwa semua yang mereka terima itu adalah datangnya dari Tuhan saja. Pesta itu tentu bertujuan untuk mengucapkan terimakasih kepada Tuhan atas segala pemberiannya yang tak ternilai itu. Danmengajari mereka untuk senantiasa mengucapkan syukur kepada Tuhan. Biasanya anggota jemaat juga membawa makanan seperti kue kue untuk dimakan bersama, tetapi juga ada yang membuat acara makan bersama di gereja. Bagi sebagain gereja kesempatan itulah dipakai untuk mengumpulkan perbelanjaan kepada pelayan-pelayannya. Khotbah pada waktu itu bisa diambil dari: Mzr 145:15-16 Gal 6:7-8 2 Kor 9:6 Kis 20:35; Yak 1:17 Luk 17:11-19.
d). Khotbah pada sekolah minggu
Permulaan dari sekolah minggu adalah kira-kira tahun 1780 yang diprakarsai oleh Robert Reikes di Inggris. Adapun penyebab maka sekolah minggu muncul adalah: karena dia melihat betapa banyak anak-anak di London yang tidak bersekolah, terlebih lagi mereka tidak mengetahui Firman Tuhan. Jadi dia memilih beberapa orng yang memberi hatinya dan mau mengajari anak-anak tersebut pada hari minggu. Keadaan itu berkembang sangat cepat ke seluruh inggris bahkan ke seluruh Eropa. Reikes mengajakan pengetahuan dari Alkitab melalui mengajari  lewat khotbah dari PL dan PB menghapal ayat-ayat, nyayian dan doa. Dan itulah menjadi tujuan sekolah minggu sekarang.
Seharusya pendeta, dan pelaya yang lain turut serta terlibat dalam pelayanan sekolah minggu, sebab mereka merupakan penerus yang akan penanggungjawab bagi gereja pada masanya nanti. Yang paling penting sebenarnya adala bahwa pengajar sekolah minggu mengerti tentang kejiwaan (Psikologi) dan perkembangan anak-anak. Disesuaikan dengan itulah seluruh pelayanan sekolah minggu. Pengkhotbah yang baik utuk sekolah minggu adalah pengkhotbah yang memakai berbagai metode, termasuk metode katekese dimana pengkhotbah membuat pertanyaan-pertanyaan atau kuiz untuk memancing perhatian mereia. Nats : Ul 33:3 1 Sam 1:24-28 Yes 40:11; Mat 18:4-10; 19:14.
e). Khotbah waktu baptisan Anak-anak
Nats: Mzm 121:8;Mat 18:1-3; Luk 1:66 1 Joh 3:1; 1 Sam 1:11; Ul 32:46-47; Mrk 10:14; Yes 49:15-16 Kis 2:39
f). Waktu baptisan dewasa
Nats: Mat 6:33; 7:13-14; 7:21-22; Mrk 16:16 Yoh 3:1-6; 3:16 dll
g). Khotbah kepada yang akan mnerima perjamuan kudus
Nats: Luk 22:19-20  1 Kor 11:23-31; Mazmur yang berbicara tentang permohonan pengampunan dosa Yeh 33:11; Luk 18:9-14 Mat 11:28-30; Mat 5:3-4; 6:8 Mat 22:1-14 Rom 12:1-2 dll.
h).  Khotbah waktu penguburan orang meninggal
Ada yang harus dihindari seorang pengkhotbah pada kesempatan ini yakni yang memujii yang meninggal. Tetapi juga janganlah yang meninggal itu dicaci. Tuhanlah yang memberikan penghukuman dan Dialah yang berhak memuji atau menghakimi yang meninggal tersebut. Oleh karena itu khotbah adalah penghiburan kepada keluarga yang sifatnya tulus.
Nats: Yoh 12:25; Rom 14:7-8 Yoh 14:2; 11:4; 5:28-29; 2 Kor 5:1; Mat 9:18-26 Kis 2:10; 14:13; Gal 4:7 1 Kor 15:17; 41-44 Rom 6:23; 8,11,18,23; 31-32; 38:39.
I). Khotbah waktu memasuki Gereja Baru
Alangkah lebih baik kalau pengkhotbah terlebih dahulu mengajak jemaat mengucapkan terimakasih kepada Tuhan yang telah memberkati hingga tahapan pembangunan itu selesai. Pengkhotbah perlu menjelaskan bahwa gereja itu adalah “Rumah Allah” dengan demikian gereja itu harus menjadi tempat kudus bagi seluruh anggota jemaat. Perlu juga diketahui bahwa melalui gereja itu segenap warganya bisa menyatu untuk menerima berkat Tuhan oleh karena itu alangkah pentingnya menekankan kecintaan jemaat kepada gerejanya.
Nats: 1 Raja 8; Mzr 24; Mzr 84 Mzr 90:17; Mat 18:20; Luk 11:28 Yoh 4:24.
j). Khotbah ketika menanam padi
Nats: Mzr 127:1 Mzr 121 Mzr 118:25 Gal 6:7-8.
K). Khotbah pada ibadah akhir tahun (31 Desember)
Ada 3 yang perlu diingat pada waktu itu:
1.    Kita menerima banyak yang baik pada tahun ini oleh karena itu kita patut bersyukur.
2.    Kita juga sering melakukan dosa, oleh karna itu kita perlu memohon pengampunan dosa kepada Tuhan.
3.    Kita juga diingatkan akan akhir  hidup kita; dan kita tidak tahu kapan Tuhan memanggil kita.
Nats: Mzr 90; 103; 23; 2 Petr 3:15 Luk 13:6-9 Ibr 13:14 Piilpi 3:2021.
L). Beberapa peristiwa dan nats yang berkenaan
a)    meletakkan batu pertama pembangunan gereja
Kkej 28:22 1 Sam 7:12 2 Sam 7:11 1 Kron  23:1 Ezra 3:10 Neh 2:17 ff Mat 16:18 Kis 4:11-12 1 Kor 3:11 1 Petr 2:5-6
b)   Bencana alam
-          Kerusuhan : Ul 4:12 1 Sam 3:18 Mzr 33:20; 37:5 66:12-13; 77:16-21; 93; 103:10; 127:1 Yes 43:2-3 Dan 9:18 dll
-          Waktu Banjir
          1 Sam 3:18 Ayub 5:8-11 Mzm 33:20; 37:5; 42:7-8
                            


    
    



1 komentar: