ILMU BERKHOTBAH/ HOMILETIKA
Pdt. Elson Lingga
1. Tugas dan batasan ilmu Berkotbah
Homiletika adalah tugas
gereja. Homiletika berasal dari istilah Yunani dikatakan homileo kepada pekerjaan berkhotbah, dan kata
Homilia untuk khotbah (materi khotbah). Dalam bahasa Latin dan Inggris disebut
sermon dalam gereja lama homiletika artinya ialah ilmu berkotbah, yaitu tughas
gereja atau kristiani. Di samping kuasa
Roh Kudus, homiletika jua harus disinari ilmu theologia. Sehingga homiletika
merupakan sentrum theologia praktika.
Schleiermacher seorang
tokoh yang membangkitkan kesadaran bahwa pekerjaan khotbah adalah masalah ilmiah. Dialah bapak homiletikan tentang khotbah dalam masa illmiah.
Homiletika juga
berarti memelihara kebiasaan atau
mengadakan kontak (mutual talking = dialog). Walaupun jemaat diam dalam mendengarkan kotbagh tetapi dia saling menjawab. Pada
dasarnya homiletika itu adalah dialog,
dan pada dasarnya ilmu berkhotaaah merupakan ukurand ari aktualitas dan buah
yang nampak dari pada theologia dalam suatu zaman.
Khotbah merupakan titik pertemuan,
kekuatan atau magnit antra jemaat sepanjang khotbah itu. Disbanding dengan ilmu
theologia lainya homiletika merupakan bagian theolgia yang susah. Karena
semua disiplin theologia lainnya
terdapat dalam Alkitab seperti:dogmatika, sejarah gereja dll. Tetapi khotbah
dan metodenya tidak ada.
Uilmu brkhotbah itu langsung dengan gerak (moving). Khotbah bukan
hanya sebagian illmu berkotbah yang di dokumentasikan, sedang khotbah yang
sebenarnya masih lebiah baik dari situ.
Ingatlah: suara, mimik, situasi-kondisi, raut muka dll. Ilmu berkhotbah tidak tergantung pada dogmatika, tetapi
mengikat diri dengan dogmatika.
- Tradisi Berkhotbah
Apakah pengertian
Berkhotbah? Berkhotbah sebenarnya adalah
penyampaian Berita Sukacita
(evangelium) yang di sampaikan seseorang kepada pendengar. Seseorang
tidak bisa disebut berkhotbah kalau dia tidak mengungkapkan kebenaran
Allah sebagaimana didasarkan dalam
Alkitab. Kalau dia hanya berbicara mengenai soal-soal fenomena masyarakat
seperti politik ekonomi pertanian, mata pencaharian itu adalah berceramah dan
berpidato, bukan berkhotbah.
Apakah isi khotbah?
Ada tertulis dalam Yes 40:6 “Ada suara yang b erkata:
“Berserulah!” Dan Yesaya menjawab Apakah yang harus kuserukan? – yang harus dia
serukan (khotbahkan) ialah Berita
sukacita berita khabar baik dari Tuhan
untuk manusia. Tentu juga mengenai kasih setia Tuhan kepada
dunia ini, yang telah menganugerahkan Anak Tunggalnya ke
dalam maut untuk keselamatan kita semua. Dia telah mati di kayu salib untuk mendamaikan kita dengan Allah Bapa;
tapi Dia juga bangkit pada hari ke 3 dan naik ke surga untuk mempersiapkan
rumah bagi orang yang percaya kepadaNya. Walaupun mereka mati dan meninggalkan
bumi ini, Tuhan akan membangkitkan mereka kelak agar mereka mewarisi kehidupan
yang kekal.
Paulus menyimpulkan isi
Berita sukacita itu dalam 2 ungkapan: pertobatan
kepada Tuhan dan kepercayaan kepada Yesus ( Kis 20:21).
Firman Tuhan senantiasa memiliki kuasa menasehati, menegor, memperbaiki dan
meneguhkan dalam kebenaran (2 Tim 3:16).
Dalam sejarahnya kita
mengetahui bahwa orang Israel dibentuk
melalui khotbah dan ditopang olehnya. Syema, Israel “dengarkanlah hai Israel”,
(Ul 6:4; Ul 4:1) bagaikan sebuah tiang tenda proklamasi itu tumbuh dan subur
ditengah perkembangan umat. Mereka suka sekali mendengarkan sejarah hubungan
mereka dengan Allah, mulai dari pemanggilan Abraham, kelahiran seorang putra
dari kandungan Sara yang sudah lanjut usia
pengorbanan Ishak, kecerdikan Yakub, penjualan Yusuf, kelahiran dan tampilnya Musa,
masa-masa di padang Gurun, penaklukan Yerikho, pemilihan Saul. Semua sejarah
itu sudah pasti terbungkus dalam suatu tradisi khotbah pada saat nilai nilai
cerita itu akan diturun wariskan kepada generasi Israel.
Pasanglah terlinga anda pada Perjanjian Lama dan dengarkanlah . anda akan
mendengarkannya laksana desiran air laut sepanjang alan melalui: pengisahan ulang,
frasa yang sama dimainkan berulang-ulang:
Tuhan mengangkat kita
ketika kita masih budak,
Memberi kita pemimpin
Dan membawa kita ke tanah
ini,
Ia memampukan kita untuk menguasainya.
Bahkan ditengah padang
gurun
Ia membentuk kita sebagai
suatu bangsa,
Memberi kita tauratNya
Ketika kit bertaut
padaNya dengan setia, memelihara orang
miskin dan lemah diantara kita
Ia memberkati kita dengan
kedamaian dan kemenangan.
Ketika kita tidak taat, dan mencari jalan kita
sendiri,
Ia menghukum kita.
Sungguh ia adalah Allah
yang besar;
Perjanjiannya adalah
untuk selama-lamanya dan kita adalah umat kepunyaannya.
Kutipan di atas merupakan
rangkaian khotbah, dan hal serupa misalnya bisa kita lihat dalam khotbah petrus
yang menyentak dan mencengangkan pada gereja mula-mula. Namun yang jelas
pemberitaan Firman lewat khotbah akan bergerak seirama dengan jaman yang
menyertainya. Pada masa abad pertengahan dengan berkembangnya penginjlan hingga
ke Roma, mengakibatkan pemberitaan lebih menuju kepada penyebaran missi, dan
terbungkus indah dengan budaya latin dengan menggeser posisi khotbah berisi
tradisi-tradisi Yahudi sebagaimana pusat penyiaran juga berpindah dari yerusalem
ke Roma. Pada masa Reformasi kita
melihat khotbah Luther yang meneguhkan pembenaran oleh karena iman menjadi kata
kunci bagi khotbah-khotbahnya. Pada masa
Wyclif, Hus, Zwingli, Calvin dan Luther sendiri Alkitab telah bisa dibaca
sebagai konsumsi rohani sehari-hari
semakin memperkaya khotbah.
Kalau kita melihat
khotbah sekarang ini, seorang penulis mengatakan bahwa warna Injil Sosial
adalah bagian besar yang tidak terluput dari setiap pengkhotbah.
Dari uraian di atas kita
bisa melihat pengkhotbah tidak pernah terlepas dari persekutuan atau situasi
pendengar yang sedang mereka alami.
Artinya persekutuan itulah yang menentukan. Kita adalah bagian dari suatu
persekutuan besar. Kita tidak boleh berpijak hanya kepada program kita sendiri
tanpa melihat bagaimana kondisi jemaat kita.
Persekutuan adalah batu
ujian yang menentukan khotbah. Gagasan persekutuan kita lihat dalam 1 Korintus
12-14, dimana Paulus memberikan komentarnya kalau kakrunia-karunia itu tidak
membangun jemaat maka sebenarnya karunia itu kurang efektif. Dan dalam 1
Korintus 13, amat jelas paulus berbicara mengenai kasih sebagai kunci dari
kesemua tindakan dan karunia kita.
Sehubungan dengan
itu panggilan pertama untuk
pengkhobah adalah mengasihi. Jika tidak
pengkhotbah tidak akan mengerti keadaan jemaat dan tidak ada yang dapat di khotbahkan. Tidak cukup jhika seorang yang ingin berkhotbah hanya
mencintai khotbah, bahkan tidak cukup hanya mengasihi Tuhan, tetapi kita juga
harus mengasihi jemaat kita. Kita harus mengasihi jemaat dan mencintai visi Tuhan tentang jemaat.
- Pengkhotbah
Dari segenap pelayanan
kepada jemaat maka untuk memberikan kekuatan justru khotbahlah yang paling
besar. Mulai dari PL pada waktu masa nabi-nabi
mereka memakai khotbah untuk menyampaikan keinginan-keinginan Allah, dan
Yesus sendiripun waktu masih tinggal
bersama dengan murid-muridnya di bumi senantiasa menyampaikan keinginan Allah
sering juga melalui khotbah. Demikian juga para Rasul mereka berulangkali menekankan:
keinginan-keinginan Allah dan mereka adalah yang ditugasi menyampaikan Firman
Tuhan (2 Kor 5:20).
Kalau memang pengkhotbah
adalah orang yang menyampaikan Firman Tuhan maka kita bisa mengerti bahwa
mereka adalah: wakil atau utusan Allah untuk menyampaikan FirmanNya kepada
manusia. Setiap duta yang dibangkitkan mendapat kuasa demikian juga pengkhotah
yang dibangkitkan akan mendapat kuasa. Mereka adalah orang-orang yang
terpanggil untuk menyampaikan Firman Tuhan. Pengkhotbah yang terpanggil dan
terpilihah yang akan menerima kuasa, wibawa menyampaikan Firman Tuhan.
Kita bisa mengingat
mereka yang terpanggil dalam Alkitab, seperti Musa, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel
dan para Rasul.
Kalau Allah memanggil
pengkhotbah dia sering menolak dengan alas an , misalnya Musa mengatakan: saya
tidak pandai berkata-kata, Yesaya mengatakan : Bibirku penuh kenajisan, dan
Yeremia mengatakan : saya masih terlalu muda. Yehezkiel mengatakan :Saya tidak
tahan berdiri. Kenapa mereka memberikan alas an penolakan? Karena mengingat
betapa beratnya tanggungjawab pelayanan itu
yang disampaikan Allah kepada mereka. barulah setelah Allah
menyelesaikan kesulitan-kesulitan itu
sehingga mereka mau dan setia menyampaikan Firman Tuhan.
Kalau memang orang yg
terpanggil dan terpilihlah yang menjadi pembawa Firman Tuhan, maka mudahlah
kita mengerti bahwa seeorang pengkhotbah
adalah orang yang telah bertobat, yang
telah mengenal dan percaya kepada Allah. Ada orang mengatakan : Firman Tuhan
itu memiliki kekuatan dari dalam dirinya sendiri, bukanlah manusia yang membuat
Firman Tuhan itu berkuasa dan berwibawa. Oleh karena itu walaupun seorang yang
tidak percaya, dia bisa menyampaikan firman Tuhan, seperti tertulis dalam
Konfessi Augusburg Fasal 8): “Pekerjaan kemuliaan Tuhan (termasuk berkhotbah)
memiliki kuasa karena Kristus telah mengamanahkanya. Walaupun seorang pendeta kurang mengerti tentang
pekerjaan kemuliaan Tuhan”.
Ada juga selisih pendapat
diantara ahli teologia tentang hal itu. Teolog dari Pietisme seperti Spener
mengatakan:”Hanya pendeta dan pelayan jemaat yang telah merasakan kekuatan Firman Tuhan yang akan berwibawa
berkhotbah. Khotbah dan orang yang tidak lahir keduakali, tidak memiliki kuasa
dan kekuatan walaupun dia benar menyampaikannya”.
Kemudian tuan Locher dari
kaum ortodox membantanya dan mengatakan: “Firman Tuhan akan tetap punya wibawa
dan kekuatan walaupun yang menyampaikan belum lahir keduakali, asalkan sesuai
dengan keinginan Tuhan dia menyampaikan, karena kekuatan Firman Tuhan bukanlah
dalam diri pengkhotbah, tetapi dalam firman itu sendirilah kekuatannya”.
Dalam menanggapi kedua
pendapat itu kita meyakini bahwa perilaku pengkhotbah bisa menjadi
batusandungan bagi khotbah yang dia sampaikan. Allah tidak menginginkan dia
seperti tertulis dalam Luk 16:15; Tit 1:16. Karena itulah Tuhan berkata kepada
pengkhotbah yang tidak memiliki iman:
Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman;”Apakah urusanmu menyelidiki ketetapanKu, dan
menyebut-nyebut perjanjianku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran,
dan mengesampingkan FirmanKu” (Mzr 50:16-17). Oleh karena itu makin berlipat
gandalah kekuatan Firman Tuhan kaulau disampaikan pengkhotbah yang memiliki perangai yang sesuai dengan
keinginan Tuhan. Tapi kekuatan Firman Tuhan akan berkurang kalau yang
menyampaikan adalah orang yang buruk perangainya.
4. Khotbah dan Alkitab
Pemberitaan adalah tugas
sebah persekutuan jemaat, bukan semata mata tugas ribadi. Dalam cara yang sama
Alkitab yang darinya kita mengambil
bahan-bahan untuk khotbah kita, adalah suatu kitab jemaat. Ia menjadi
milik umat Allah. Persekutuan itulah
yang membentuknya, persekutuan itu hidup dari padanya, persekutuan
menafsirkannya. Jika kita ingin mewakili persekutuan itu dalam pembicaraan kita maka kita harus
menyerakan diri kita ke dalam tiap
halaman kitab itu.
Pengklhotbah besar selalu
adalah orang-orang yang cinta pada Alkitab. Orang-orang yang mendasarkan
khotbah mereka kepada bacaan lain
seperti mas medya atau pendapat sendiri akan
akan berlalu dengan cepat dari ingatan, seolah-olah mereka mendasarkan
khotbah-khotbah mereka di atas rawa-rawa. Tetapi sebaliknya mereka yang
mendasarkan khotbah mereka dari perikop-perikop Alkitab akan diingat dan
dikenang sepanjang masa.
Alkitab adalah kitab Jemaat dan pendeta yang akan
berkhotbah harus mencintainya, harus hidup dari isi alkitab dari hari ke hari,
dan dari tahun ke tahun, hingga benar-benar menyelimuti keberadaannya. Ia
selayaknya mencurahkan perhatiannya seperti cara orang melihat kembali album-album keluarga masa
lalu, mencari akar-akar keberadaan mereka pada wajah-wajah itu dan keadaan
lingkungan masa lalu serta mengamati masa kini dan masa depan dalam terang masa
lalu itu.
Memang bisa saja kita tidak menemukan dengan gamblang
persoalan jaman kita dalam Alkitab tetapi kita akan melihat bagaimana ayat-ayat
itu bisa mengacu kepada penafsiran yang benar dan mengenai persoalan kita
sekarang. Misalnya masalah perang? Alkitab kaya akan hal tersebut. Ekologi?
Dalam kitab Para nabi dikenal tanggungjawab tanah dan di dalam Perjanjian Baru
sebagai pengurus tanah. Kesejahteraan
social, ditemkan di kitab Taurat,
Nabi-nabi dan surat-surat kiriman. Kehancuran Ruhan tangga? Bacalah Hosea serta 1 dan 2 Korintus, serta surat
yakobus
4.
Kotbah
berpusat pada Allah
Hal penting tentang Alkitab adalah bahwa ia berpusat
pada Allah. Oleh karena itu ketika kita membicarakan tema atau masalah
kehidupan apapun dan mencari kaitannya
dengan thema dalam Alkitab kita tidak bisa menghindari pengungkapan
dimensi telogisnya. Hal inilah yang memberikan karakter khusus pada khotbah
itu. Alkitab adalah kitab tentang Persekutuan, tetapi ia juga mengenai Tuhan.
Oleh karena itu khotbah harus menagbdi kepada Allah. Pengkhotbah yang berhenti
berbicara tentang Allah telah meninggalkan dasar kehidupan kita.
Dahulu kala ketika Bus dari Medan masih satu dan datang
sekali dalam seminggu ke kampung kami, orang akan berkumpul saat bus itu tiba. Mereka ingin mengetahui apakah ada
berita dari anak-anak mereka yang bersekolah dan merantau ke Medan. Orangtua-orang tua akan bertanya
:Apakah ada berita?” mereka akan kecewa ketika sopir atau penumpang bus itu
mengatakan tidak ada berita. Wajah mereka akan sedih dan ada sesuatu gairah
yang hilang dari diri mereka. Pengkotbah juga demikian, jemaat sebenarnya ingin
mendengarkan berita dari Allah apakah itu tegoran, nasehat, penghiburan dan
yang lain. Kalau mereka datang ke gereja tetapi ternyata penghotah tidak
membawakan berita, maka mereka akan kecewa.
Martih Luther secara teratur dan terus menerus menekankan pengajaran
Firman Tuhan. Ia menegaskan kepada para mahasiswanya di bidang khotbah,”Kamu
harus mengakarkan dirimu pada suatu
pernyataan yang kuat dari Kitab Suci
yang jelas, transparan, sehingga kamu dapat berpegang pada dasarnya”.
Dalam konfessio “Helvetia”Pastoralia (Swiss) dikaktakan:
Predicatio verbi divini est vervi divinum”, artinya :Mengklhotbahkan Firman
Allah berarti Firman Ilahi. Firman yang
ilahi adalah Firman Allah bukan hasil pikiran manusia. Hubungan antara Firman
Allah dengan Firman yang dikhotbahkan adalah indirect. Bukan Allah yang secara
langsung berbicara, tetapi adalah secara
tidak langsung Allah berbicara lewat pengkhotbah.
5.
Bahasa
Khotbah
Bahasa khotbah bukanlah hanya alat dari pemikiran
pengkhotbah saja, tetapi bahasa firman yang bersifat transcendent, yang artinya
mengatasi kemampuan kita dan kelemahan kita sendiri. Bahasa khotbah bukanlah
bahasa sejarah, dan bukan bahasa diplomasi, tetapi bahasa Allah sendiri yang diberikan melalui mulut manusia. Memang
kita memakai bahasa manusia, tetapi Allah memakai bahasaNya yang transcendent
itu untuk mengatasi bahasa manusia itu. Di dalam khotbah yang kita khotbahkan
Allah akan tetap sebagai subjek.
Bahasa khotbah adalah bahasa “liturgy” (= tatacara,
suatu keadaan pembicaraan antara jemaat dengan Allah, perhadapan manusia dengan
Allah). Liturgy bukanlah suatu
pembicaraan ilmuwan dengan audiens, tetapi adalah suatu pembicaraan Allah yang
langsung kepada manusia. Memang kedengarannya bahasa khotbah adalah bahasa
manusia saja, tetapi bahasa liturgy mempunyai kuasa kalau disampaikan begitu
rupa (dilaksanakan sebaik mungkin) sehingga merupakan bahasa Ilahi.
Gerhard Von Rad mengatakan, bahwa Firman Allah itu terjadi
dalam liturgia, dimana Allah dan manusia terlibat dalam satu tatap muka
dalam pembicaraan. Transendensi bahasa kebaktian hanya mungkin terjadi dalam
kenyataan peristiwa dengan adanya hubungan Allah dengan manusia secara
langsung.
6.
Elemen
khotbah
Khotbah memilii 4 elemen utama
a.
Elemen
doksologi, artinya “memuji Tuhan”, nampaknya keagungan Tuhan dalam pelayanan
khotbah itu memperkenalkan Allah. Hal ini tidak boleh dilupakan, walaupun hingga
kini banyak dilupakan. Banyak bahasa khotbah yang bukan memuliakan Allah tetapi
justru memuliakan diri pengkhotbah itu sendiri, sehingga uraian demi uraian
khotbahnya, yang diingat orang bukan lagi bagaimana khotbahnya menyadarkan
orang akan kemuliaan Allah tetapi justru mengukuhkan dirinya sebagai
pengkhotbah yang menurutnya hebat. Tetapi khotah seperti itu akan cepat
dilupakan orang.
b.
Elemen
ajaran, yakni “Ajaran Alkitab” dari ruangan iman yang ditransfer dalam bentuk
dogmatika dan etika dari gereja itu. Khotbah
bukan bertitik tolah dari ajaran
gereja, melainkan hanya menjadikan suatu pengajaran baru bagi pendengar, karena khotbah itu bukanlah
ulangan suatu pengajaran, tetapi pengajaran Tuhan secara langsung kepada
manusia.
c.
Elemen
Soteriologi
Yang paling banyak dari khotbah kita
adalah ulasan hidup sehari-hari bahkan
perbuatan baik. Khotbah dikatakan berhasil kalau dia bisa membuat orang menjadi
baik. Ini juga salah, sebab sebenarnya khotbah haruslah mencakup soteriologi
atau keselamatan yang dikerjakan Yesus bagi kita. Khotbah belum menyentuh
intinya kalau belum berbicara mengenai keselamatan. Bagaimana dengan khotbah
dalam Perjanjian Lama? Sama, dari sana juga harus bersuara Yesus yang
menyelamatkan. Maka Dr. Andar Lumbantobing mengatakan, khotbah tanpa
memperdengarkan Yesus dan karya penyelamatannya bagi pendengar bukanlah khotbah
tetapi jual koyok.
d. Elemen praktika, yakni seruan Allah terhadap
kehidupan si pendengar yang secara kongkret berlaku sebagai peringatan,
penguatan atau penghiburan.
Ke empat
elemen inilah sebagai basis khotbah dan yang
harus dipertimbangkan sipengkhotbah
dan menjadi isi khotbahnya.
Sehubungan
dengan itu ada dua masalah dalam khotbah:
a.
Masalah
homiletika, kita harus bergumul untuk mampu membawa khotbah itu di dalam
homiletika yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, yang walaupun berkhotbah itu secara sederhana tetapi
dibaliknya harus ada pertanggungjawaban homiletika secara ilmiah.
b.
Yang
berhubungn dengan hidup pengkhotbah sendiri, yaitu pengkhotbah sebagai pendengar
yang pertama dari khotbahnya sendiri, maksudnya mendengar dalam pengalaman
kehidupannya sendiri. Dialah yang pertama mengolah dalam kehidupannya, yang
kemudian diinterpretasikan kepada jemaat.
7.
Teologia
diantara teks dan khotbah
A. Di dalam embukaan khotbah selalu dikatakan Firman
Tuhan untuk kita hari ini. Pemahaman
kita tentang hal itu adalah bahwa yang kita sampaikan adalah firman bukan
ulasan. Dalam Yer 1:2 dikatakan “…datanglah Firman Tuhan…” berarti bukanlah
kita yang menceritakan tentang firman Tuhan melainkan Tuhan sendiri yang berbicara ( in acta), yang
hadir. Disinilah luar biasanya Firman Tuhan. Tuhan tidak pernah memberikan
kesempatan agar orang lain yang menyampaikan melainkan Dialahlah yang lansung
berbicara (berfirman).
Dalam Mazmur 33:9 “Sebab Dia berfirman...”, tetapi kini
Dia memberikan FirmanNya dalam mulut
manusia dan mulut pengkhotbah, bukabn lagi kepada nabi-nabi. Pendeta-pendeta
atau pengkhotbah bukanlah nabi (nabi = perantara “Unittelbar”(perantara)).
Firman Tuhan diberikan bukan untuk dikutip, tetapi untuk diteruskan, dimana
kita meletakkan dalam situasi masa kini. Dalam pekerjaan ini pendeta adalah
sebagai pendengar pertama dan saksi pertama.
Hanya pengkhotbah sebagai orang pertama mendengar kesaksian dan memberi
Firman Allah mengalir melalui hati sipengkhotbah, dan dia dapat melakukan
ekerjaan dan menjadi saksi yang dipercaya.
Demikianlah kita membedakan seorang pengkhotbah
“Evangelium dan penafsir Alkitab”. Di podium dia disebut theology, pengkhotbah.
Pengkhobah bukan hanya pembicara, tetapi
melalui pembicaraan khotbahnya terjadilah seperti apa yang dikatakan oleh
Yesaya (55:11):”Demikianlah firmanKu yang keluar dari mulutKu, ia tidak akan
kembali kepadaKu dengan sia-sia…”. Karena itu
sebelum kita lakukah khotbah, kita harus terlebih dahulu berdoa, karena
khotbah itu tidak berada dalam kuasa kita
dengan alas an:
1). Khotbah yang kita berikan berada dalam surat suci
Alkitab, berarti kita mempunyai banyak saksi tentang kejadian yang kita
beritakanm dimana Allah melalau firmanNya bertindak kepada manusia, dan di
dalam kesaksian dan perjanjian, perbuatan Tuhan sedang berlaku, dan kita tidak
kmempunyai hak mutlak.
2). Kita mempunyai penugasan dan kuasa di dalam tugas
menyaksikan.
3). Kita menerima perjanjian bahwa Yesus Kristus dan
Firman yang telah menjadi daging itu sebagai subjek yang hendak bertindak.
4).Kita menerima perjanjian bahwa Roh Kudus memberi kepada kita
kemungkinan untukk mampu mendengar Firman Tuhan, karena itu sepatutnyalah
setiap pengkhotbah harus bergumul dan berdoa sebelum berkhotbah.
B. Kita dalam berkhotbah dan tugas berkhotbah membawakan
Firman Allah yang bukan terjadi seccara “ex Opere Operato” (bukan secara
sendirinya) sejak mulai, bekerja dan berfungsi karena:
1.
Kita
hrus melihat rahasia Allah dengan kuasanya memilih dan memberi berkat Tuhan itu
melalui FirmanNya, yang kita harapkan berada dekat kita, bukan keinginan kita
yang terlaksana, melainkan keinginanNya. Dengan kata lain Tuhanlagh yang
menentukan nilai khotbah yang kita berikan.
2.
Memang
kita juga mempunyai kemampuan yang terbatas sebagai orang yang kepada mulutnya
diberikan FirmanNya.
3.
Janji
bahwa Tuhan yang bekerja dalam firman yang kita sampaikan bukan membuat kita
lemah. Orang yang mendengar Firman Tuhan harus melakukan dua hal yaitu:
a.
Explicatio,
yaitu “pembentangan, penuraian, dan pengertian” akan bunyi yang kita dengar
dari saksi-saksi itu. Explicatio sebagai tugas pertama dari pengkhotbah yang
exegetis, bukan sebagai eisegetis.
b.
Applicatio,
yaitu “Penyampaian Firman Tuhan secara tepat dan terarah ke dalam situasi
pendengar
Dalam bahasa sederhana dahulu seorang
teolog mengatakan rangkaian persiapan itu adalah:
Oratio, Meditatio dan tentatio, yang
artinya: berdoa, memikirkan dan mempergumulkan
Catatan:
-
Homiletika : Ditelan dan dimasukkan dalam hati
-
Retorika : Boleh digantungkan pada bibir
-
Eksegetis : Dari dalam teks keluar pengertian
-
Eisegese : Ke dalam teks dimasukkan pengertian
C. Janji Allah yang diberikan di
dalam, bersama dan oleh kesaksian Alkitab, mengharapkan kita akan pengenalan
akan teks dengan jelas.
Hal ini menuntut theologia yang tidak
sepintas lalu, tetapi medalam mendasar, dengan satu renungan akan makna Firman
itu. Ada baiknya sebelum menyampaikan Firman
itu termasuk dalam tugas-tugas lain di persekutuan haruslah terlebih dahulu bermeditasi untuk
bersatu dengan Allah Bapa.
Melalui
pendengar yang setia akan kesaksian
Firman itu dengan membiarkannya mengalir ke seluruh tubuh kita dan bahkan pada hati kita, namun juga menggali kandungan
Firman (theologia).
Jelaslah
bahwa kotbah adalah suatu proses perjalanan pikiran dan pemahaman dari exegee
melalui suatu terowongan (meditasi) yang kemudian menjadi khotbah
Exegese
…………… meditasi…………..khotbah
Exegese
tentu telah kita ketahui dengan metode penggalian isi alkitab atau isi natas
sehingga kita bisa melihat pesan-pesan rohani yang amat kaya itu..
8.
Persiapan
khotbah
Sekarang
sampailah kita kepada ujian yang sesungguhnya, pengabdian pengkhotbah pada
tugas pemberitaan – apakah ia sungguh-sungguh berusaha untuk pengembangan khotbah yang sebenarnya. Adalah suatu hal
unuk memiliki angan-angan yang
luhur tentang berkhotbah yang mampu
dilakukan seseorang. Namun merupakan hal yang sama sekali lain dalam kesiapan
mengolahnya membawanya dalam suatu pemikiran siang dan malam, mengotakngatik
garis besar atau rancangan khotbah
sampaui mantap, bekerja kekras dengan susunan kata sampai benar-benar hidup dan tepat, dan akhirnya
menyimpannya semua dalam benak untuk dikhotbahkan.
Beberapa
pengkhotbah memiliki kecemerlangan atau
kecakapan seperti james Pike, uskup
California yang ternama yang pernah mengalami kesulitan pendekatan sederhana
untuk berkhotbah. Pike mengatakan ia memikirkan bahan khotbah pada hari Sabtu
malam, menyimak sejumlah buku tafsir dan menyususn semacam garis besar dalam
pikirannya. Ia merefleksikan kerangka itu setelah berada di atas tempat tidur
dan melakukannya lagi pada keesokan harinya. Kemudian ia naik ke atas mimbar dan berkhotbah tanpa
membawa catatan apapun.
Namun
para pengkhotbah besar jarang melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Pike.
Para pengkhotbah itu lebih cenderung menuliskan khotbah mereka secara lengkap
yang merupakan haisl penggalian pengayaan dengan bahan bacaan dan penghayatan
realitas social, sehingga ada beberapa pengkhotbah yang menuliskan khotbahnya
hingga 4 – 5 jam. Seperti apa yang dilakukan
George Butrick yang dengan
telaten menuliskan khotah-khotbahnya dengan baik. Ada banyak juga orang yang
tidak setuju dengan sikap seperti itu seolah-olah, menurut mereka menghilangkan
pekerjaan Roh Kudus. Tetapi seorang yang menulis khotbahnya dengan baik, akan
semakin diperkaya pada suatu saat bila membacanya kembali dan perbendaharaan
pesannya semakin baik. Hal itu sangat lebih menguntungkan dibanding jika kita
tidak menuliskan apa-apa dan kemudian jemaat
kecewa manakala kita tidak membawa apa apa untuk mereka.
a)
Mengambil
thema
Arti thema
disini adalah kesimpulan khotbah
bukan kesimpulan nats. Kegunaan maka kita membuat thema adalah agar
lebih mudah ditangkap pendengar dan agar mudah didalam ingatan pengkhotbah.
Maka tugas pengkhotab yang penting juga adalah mencari thema dari penafsiran
yang diat buat dari nats yang dia pergumulkan. Bisa saja bermacam thema diambil
orang dari satu perikop khotbah, sebab itu tergantung kepada pemahaman dan
tujuan pelayanan khotbah tersebut.
Tetapi
kita harus mengetahui bahwa thema itu
tidak boleh dari luar nats, thea itu harus merangkul seluruh isi nats. Kalau
kalimat thema, bisa diambil dari sebagian isi nats, tetapi bisa juga atas
karangan kita sendiri.
Thema
dan bagian-bagiannya disebut disposisi. Jadi kita bukan hanya membuat thema
tetapi juga bigian bagian yang sangat penting. Kalau thema merupakan pokok,
maka bagian bagiannya seperti cabang dan ranting-rantingnya. Itu sangat
penting, sebab kalau kita tidak membuat disposisi yang jelas maka khotbah akan
kacau dan bisa bolak-balik membahas satu topik sehingga menimbulkan kejenuhan
kepada pendengar.
Inilah
sebagian lagi yang penting diingat:
Kalau
kita membuat thema dalam bentuk pertanyaan maka datanglah bagian-bagiannya
dalam bentuk jawaban.
Misalnya
: Thema: Siapakah yang masuk kedalam sorga itu? Jawabnya:
1).
Orang yang percya
2). Yang
tunduk dan menuruti Firman Tuhan
Kalau
thema berupa kesaksian maka bagian-bagiannya adalah keterangan. Misalnya:
Thema: Yesus
adalah raja alam semesta! Bagiannya adalah:
1)
Karena
dia adalah pencipta langit dan bumi dan segala isinya
2)
Karena
dia juga yang akan menghakimi segenap manusia
Maka
thema dan bagian-bagiannya harus menunjukkan satu kesatuan.
b)
pendahuluan
Pendahuluan
bagi sebuah khotbah adalah penting,
karena bagian itu akan tetap mengingatkan
kita kepada bagian khotbah.
Biasanya orang membuat pendahuluan dengan lebih dahulu membaca nats, tetapi bisa
juga sebelum nats dibaca. Pendahuluan tidak perlu terlalu panjang, yang jelas
dia merupakan bagian yang membuka jalan kepada khotbah. Sama seperti MC yang
memberi komentar kepada masuknya tamu, setelah tamu muncul dia mengundurkan
diri. Demikianlah pendahuluan yang singkat namun mengena memperkenalkan
khotbah.
c)
Penutup
(epilog)
Agar
khotbah itu bulat maka sangat penting kita membuat penutup. Penutup juga harus
pendek. Bisa saja kita kembali mengungkapkan dengan singkat apa yang telah kita
ulas dalam khotbah. Bisa juga kita mengungkapkan thema dan bagian-bagiannya
itu, seperti menokokkan paku yang telah menembus papan, agar mengingatkan
khotbah itu kepada pendengar. Bisa juga penutup menjadi ajakan pengambilan
keputusan kepada pendengar dengan bentuk nasehat atau bujukan. Ini yang sering
dilakuan pengkhotbah.
Mengenai
ilstrasi dalam khotbah inilah yang perlu kita ingat, kalau ilstrasi itu benar-benar bisa
menjelaskan dengan mudah khotbah itu maka ilustrasi itu penting. Ingat harus
menjelaskan, bukan menjadi bagian utama, atau menjadi sisi yang berbeda dari
khotbah yang disampaikan.
Mengenai
panjangnya waktu khotbah pada hari minggu sebaiknya cukuplah 25-30 menit, ini
terlebih bagi masyarakat perkotaan. Tetapi kalau masyarakat di desa, sebaiknya
lebih panjang dari waktu tersebut ntara 30-45 menit.
Pengkotbah
harus menghindari kata-kata kehormatan,
misalnya: “Saudara-saudara yang terhormat” sebab dalam khotbah hanya Allahlah
yang mendapat kehormatan. Kata yang paling baik untuk kmenyapa pendengar adalah
“saudara yang kekasih dalam Yesus Tuhan kita”. Kata kata asaing yang tidak
dimengerti oleh pendengar juga perlu dihindarkan. Kalau memang harus, maka kita
juga perlu menjelaskannya dengan sesederhana mungkin hingga dimengerti
pendengar.
9.
Cara
mengungkapkan khotbah
Sebab
yang di sampaikan itu adalah Firman Tuhan, maka pengkhotbah tidak boleh
main-main dengan ungkapan-ungkapannya. Dia harus menunjukkan pribadi yang berwibawa. Janganlah meniru suara dan gaya
pengkhotbah lain. Sebab kalau kita meniru suara dan gaya orang sementara
sehari-hari kita tidak seperti itu maka orang membuat kita menjadi bahan
tertawaan. Alangkah baiknya kalau pengkhotbah mampu memperhatikan apakah
pendengar mengikuti apa yang dia khotbahkan. Seorang pengkhotbah bernama Klaus
Harms mengatakan pengkhotbah harus bersuara “kuat, lambat dan lemah lembut”.
Kuat tetapi jangat seperti suara histeris, Lambat, tetapi jangan
terseret-seret, lemah lembut tetapi jangan hanya enak didengar telinga.
Waktu
berkhotbah seorang pengkhotbah perlu melihat pendengarnya, jangan hanya melihat
ke langit-langit atau keluar sebab mata pengkhotbah bisa menjadi alat penolong
bagi jemaat untuk mengerti pesan Tuhan. Tapi janganlah melihat hanya kepada
seorang saja, sebab tindakan seperti itu bisa dinilai lain oleh jemaat yang
lain.
10. Berabagai jenis Khotbah
Kini
kita sampai pada pokok masalah memutuskan bentuk khotbah yang akan diambil.
Sebagian besar pengkhotbah mengambil
bentuk tunggal untuk tujuan mereka dan menggunakannya dengan hanya sedikit
variasi untuk sisa pelayanan mereka. namun ada banyak gaya dan bermacam-macam
bentuk homiletika dan seorng pengkhotbah yan kreatif meskipun berpegang
terutama pada satu bentuk, kadang-kadang akan mencoba bentuk-bentuk lain,
semata-mata untuk mempertinggi proses komunikasi. Percobaan secara periodic
menawarkan kesegaran dan keanekaragaman
bagi orang-orang yang mendengarkan khotbah-khotbah kita dari minggu ke minggu,
tambahan pula memberikan kepad kita perspektif2
baru pada bahan yang sedang kita
khotbahkan, memperbolehkan kita untuk membuat penilaian berharga tentang
bentuk-bentuk dan metode-metode yang
biasanya kita pakai.
Ada
berbagai bentuk khotbah sepanjang zaman
sehingga mustahil untuk medaftar semuanya . namun setidaknya
kita mencatat beberapa 1) khotbah impressionistic 2) khotbah
perkembangan 3) khotbah urian 4) khotbah klasifikasi 5) khotbah faceting 6) khotbah ekperimental.
1)
Khotbah
impressionistic
Hampir
aneh menyebutnya sebuah bentuk khotbah, karena ini merupakan salah satu dari khotbah-khotbah yang paling
tidak berbentuk yang terutama
terdiri dari pandangan-pandangan sederhana dari
pendeta itu, disajikan dengan
sedikit usaha pada struktur. Dalam wujudnya pendeta hanya memberikan beberapa
kalimat atau beberapa pragraf tentang suatu thema, gagasan atau kesan.
Banyak
pengkhotbah yang mengambil bentuk seperti ini pada kurun 1960 – 1970 an; mereka
berpendapat bahwa hal itu meruipakan cra yang lebih alamiah untuk berkhotbah dan karena itu lebih dapat diterima dari pada khotbah-khotbah tradisionil.
Khotbah ini biasanya tidak meletakkan
pertimbangan –pertimbangan gaya antara
refleksi doa dan penyampaian khotbah kepada jemaat. Dan orang lain mendukungnya karena dari semua bentuk khotbah , bentuk
inilah yang paling hemat untuk waktu dan persiapan.
2)
Khotbah
perkembangan
Khotbah
ini memiliki gagasan utama atau tujuan pengendalian yang dikerjakan melalui
suatu seri persiapan. Khotbah inilah
yang paling banyak diajarkan di bangku teologi terutama pada abad 19. Dia
adalah hasil dari sebuah kerangka berfikir, cara berfikir yang cenderung
menghasilkan khobah berbentuk pengantar beberapa pokok, inti beberapa pokok
kemudian kesimpulan. Sejak abad 19 samapai
sekarang bentuk ini sangat banyak ditemukan , sebab merupakan sebuah cara
menyiapkan dan menyampaikan berita yang dengan nyata dilayankan .
3)
Khotbah
uraian
Bentuk
khotbah ini seperti yang disiratkan dalam namanya, meliputi penyampaian uraian
tafsiran langsung tentang teks alkitab. Khotbah ini sangat popular terutama
dalam gereja-gereja konservatif dan tradisional, dan jarang dipergunakan
sekarang ini, mungkin karena sebuah
generasi pengkhotbah yang peka secara
alkitabiah lebih sadar akan baghaya-bahasa eisegese atau membacakan arti-arti
yang tidak terjamin kebenarannya ke dalam kata-kata dan kalimat-kalimat Alkitab.
Clovis Chappel, yang menggembalakan gereja-gereja Metodis di Amerika merupakan
pengkhotbah uraian (expository preacher) yang terkemuka yang memiliki kelengkapan untuk menjadikan perikop-perikop
dan siatusi dalam Alkitab menjadi hidup untuk jemaat. Inilah kutipan
khotbahnya dari khotbah berjudul
“sekilas tentang Kehidupan selanjutnya” tentang pengkajian ulang dari Lukas 16:19-31, tentang orang Kaya
dan Lazarus:
“Ada
seorang kaya tertentu” – apakah artinya? Seorng kaya – menonjolkan kekuatan, kapasitas dan kemampuan melayani.
“dan ada seorang pengemis yang berbaring dekat pintu rumah orang kaya penuh
dengan borok” – yang berarti membutuhkan. Dan demikianlah kita mempunyai disini kemampuan untuk melayani dan kebutuhan
akan pelayanan dihadirkan bersama-sama. Orang miskin berada di pintu rumah
orang kaya itu. .hal itu berati orang miskin adalah tanggungjawab si orang
kaya. Ia adalah kesempatan bagi si orang kaya itu. Saya tidak tau tanggungjawab
apa yang diletakkan pada pintu
masukseseorang di seberang jalan itu, namun tanggung jawab orang kaya
ini sudah jelas. Panggilan untuk menolong itu terdengar keras, dan
bertubi-tubi. Inilah kesempatannya. Di sinilah lemari besi yang di
dalamnya ia dapat memasukkan deposito untuk kekekalan”.
Keuntungan besar dari khotbah bentuk seperti ini adalah
penggalian Alkitab yang dalam dan mengajarkannya kepada pendengar. Ada keadaan
yang sekarang semakin memprihatinkan, yakni kurangnya pengajaran isi Alkitab
yang mendalam. Untuk itu khotbah seperti ini sangat berfaedah.
Tetapi
bagi pengkhotbah yang baru perlu mempertimbangkan khotbah jenis ini,
karena sangat sulit untuk di kuasai. Ia
nampak sederhana padahal sangat sulit. Ia menuntut pengetahuan yang akurat
terhadap teks, yang harus dicapai dengan tafsiran dan kajian yang seksama. Kemudian ia menuntut
pengetahuan yang cukup luas akan hakikat dan pengalaman hidup manusia sehingga
uraian itu dapat diakhiri kepada kesimpulan yang bermakna bagi pendengar.
4) Khotbah Klasifikasi
Khotbah
ini lebih cenderung mengklasifikasi gagasan-gagasan pemikiran. Mereka misalnya
mengatakan : “dunia ini berada dalam dua sisi kehidupan, baik dan jahat”.
Mereka suka memperlakukan sebuah teks menurut apa yang dikatakannya kepada anak
muda, kaum dewasa dan orang tua. Mereka cenderung mengkai sebuah cerita seperti
kisah seorang penguasa kaya yang mendatangai Yesus, yang dapat dirasakan oleh
kaum miskin, oleh kelompok yang cukup berada dan oleh orng-orang kaya. Mereka
memikirkan sebuah berita tetentu sebagaimana
ia ditujukan kepada gereja
persekutuan luar greja dan kepada dunia.
Memang mereka sangat menarik dan rapi, dalam mengklasifikasi khotbahnya. Namun
khotbah seperti ini cepat kurng kmenarik. Misalnya waktu pengkhotbah mengulas
masalah pemuda, pemuda akan antusias mendengarkannya, tetapi waktu pengkhotbah
berpindah kepada orang tua, pemuda tadi
merasa bahwa khotbah itu bukan bagian mereka lagi.
5)
Khotbah Faceting
Nama
bentuk khotbah ini diberkan oleh WE. Sangster yang meminjamnya dari tukang
pengasah batu berharga. Pemilahan (faceting = diberi segi) itu adalah yang
dikekrjakan oleh tukang itu terhadap batu-batu berharga setelah batu-batu itu
dibelah: mereka memotong permukaan batu-batu itu sehingga keindahan mereka lebih dengan mudah
dapat dinikmati. Sebelum sebuah permata dipilah, ia kasar dan tidak menarik,
keindahannya terkurung. Namun ketika tukang berlian itu memotong dan
mengasahnya pertama dari satu sisi
kemudia ke sisi lainnya, sehingga seluruh permata itu bercahaya seperti batu
permata, dengan setiap sudutnya menyinari kebenaran agung yang telah
diperkenalkan pada permulaan tadi.
Seorang pengkhotbah bernama Philip Brooks sangat
suka dengan metode ini. Ia sering
mengingkapkan suatu kebenaran tau
wawasan pokok pada permulaan khotbahnya,
kemudian menghabiskan sisa waktunya dengan menkaji kebenaran itu dari pelbagai
sudut. Contohnya ia menyampaikan khotbah bertajuk “Beridiri di hadapan Tuhan”
dengan bacaan:”Dan aku melihat orang-orang mati, besar berdiri di hadapan tahta
tiu” (Why 20:12). Kata p[engantarnya berbicara tentang kerinduan manusia
mengetahui apa yang terjadi setelah kematian dan memberitahukan bahwa Yohanes,
penulis kitab Wahyu, mempunyai sekilas pandang
tentang hal itu. Pokok utama, segi utama permata itu, ialah bahwa kita
semua akan berdiri dihadapan Tuhan dalam
persekutuan orang-orang yang dilihat Yohanes dan akan dihakimi oleh Allah itu
seprti seorang anak kecil dihakimi ayahnya, seperti seorang seniman dinilai
dari kecantikannya, atau seperti seorang cendikiawan dinilai dari kebenarannya.
Setelah memantapkan nilai ini, Brooks meneruskan untuk menekuninya,menambahinya
dengan segi-segi berikut ini:
- Ketika
kita berdiri di hadapan Tuhan pertanyaan tentang kebenaran menjadi sangat pokok
melebihi semua perkara lainnya, termasuk kesenangan popularitas dan keuntungan.
- Kektika
Yohanes melihat orang mati, besar kecil, berdiri di hadapan Tuhan, kita akan berdiri pada
tingkat yang sama setelah kematian, tidak peduli dengan perbedaan-perbedaan
pada masa lalu.
-
Seperti semua generasi yang terlihat berdiri bersama, kita memperoleh gambaran hakikat Tuhan yang tak terbatas yang mampu mengumpulkan
semua orang dari segala zaman.
-
Yohanes melihat tempat kemana jiwa-jiwa itu akan pergi. Kita hanya melihat tempat dari mana mereka akan pergi.
Akan menolong jika kita dapat melihat
yang ia lihat.
- Kita
tidak perlu mati berdiri di hadapan Tuhan; pengalaman indah melihat Tuhan dapat
dimulai sekarang.
Khotbah
faceting adalah suatu khotbah pengajaran yang bagus karena ia menampilkan satu
pemikiran yang pokok dan kemudian
memperkuatnya kembali dalam beberapa cara.
6) Khotbah eksperimental
Khotbah
eksperimental biasanya seperti:
1)
Khotbah-khotbah
Dialogis
2)
Percakapan-percakapan
tunggal dramatis
3)
hotbah-khotah
dari surat-surat
4)
Khotbah-khotbah
perumpamaan
5)
Khotbh-khotbah
dari novel dan drama
6)
Khotbah-khotbah dalam ayat
7)
Khotbah-khotbah dengan mimik wajah
8)
Pertunjukan
silide
9)
Khobtah-khotbah
laporan berita
10) Khotbah-khotbah musical
11) Dll
Khotbah-khotbah seperti ini cocok
untuk pendengar dan pengkhotbah
sendiri, sebab ada kalanya pendengar jemu dengan bentuk tradisional, sehingga
khotbah eksperimental ini bisa menjadi alternatif. Kita sungguh merasakan Injil
itu dengan cara baru ketika kita menghidangkannya dalam bentuk-bentuk baru.
Methode eksperimental individual
memiliki beberapa keuntungan ada dirinya sendiri. Media khotbah-khotbah
menggunakan drama, slide film dan yang lain memampukan orang melihat dan juga
mendengar, sebab membawa injil ke dalam
otak sebelah kanan dan sebelah kiri, dimana gambaran-gambaran menarik
orang-orang dan menolong dalam pertobatan. Khotbah laporan berita berkenan
dengan masalah-masalah sekarang yang ada dalam benak orang-orang mempunyai
nilai kesezamanan yan sulit dikalahkan. Khotah-khotah dialogis biasanya antara dua orang, namun kadang-kadang
antara pengkhotbah dan seorang teman karib, mengijinkan munculnya titik pandang yang bertentangan dalam cara-cara yang bermanfaat dan kreatif.
Khotbah-khotbah surat mempunyai semacam keintiman yang berguna dalam menghadapi
persoalan-persoalan tentu. Berikut ini contoh khotbah surat yang diperankan Dr. Barnes yang menjadi
Gembala Gereja Universitas Baptis di Shawnee Oklahoma Amerika:
Semasa
perang Vietnam, ada sebuah pabrik
mesiu dekat Shawnee, dan banyak anggota Gereja Universitas Baptis yang
bekerja di pabrik itu. Banyak juga mahasiswa yang kerja di pabrik itu tetapi
mereka anti perang. Para pekerja pabrik
mesiu yang membiayai sebagian besar
rekening gereja, tidak dapat mengerti sikap anti perang dan marah terhadap keberadaan para mahasiswa di
tengah-tengah mereka. Dalam upaya untuk
menengahi pengertian dan menghindari suatu konfrontasi berbahaya yang potensial, Dr. Barnes
mengampaikan sebuah khotbah natal berjudul “Sebuah surat pada Malam Natal”. Setelah
mendengarkan tape rekaman bunyi
peluru-peluru berdesingan, tembakan meriam dan pemboman secara sporadic dan
diiringi dengan permainan lembut
piano dari lagu “saya mendengar
lonceng pada hari Natal” Dr. Barnes
membacakan sebuah surat dari seorang tentara muda kepada orangtuanya yang di
dalamnya ia menjabarkan kesia-siaan
perang yang ia saksikan dan berbicara
tetapi ia ingin sekali pulang ke rumah. Kemudian sebuah surat dari ibu anak
muda itu dibacakan, mengomentari kesejahateraan rakyat di sekitar pabrik mesiu,
memberitahukan tentang ruangan baru yang mereka tambahkan ke rumah dari uang hasil kerja lembur sang
ayah, dan secara umum rugi karena tidak dapat berkomunikasi secara nyata dengan putranya. Akhirnya ada sebuah berita singkat dari departemen Pertahanan, mengumumkan kepada orangtuah bahwa
anak laki-laki mereka telah tewas. Setelah pelayanan ibadah menyusul sebuah forum diskusi tentang persoalan-persoalan yang diangkat dalam khotbah itu. Baik
orang-orang pabrik mesiu dan para
mahasiswa saling memahami dengan lebih baik, dan hubungan mereka dalam gereja nyata sekali diperbaiki.
11. Jamita Kasual
Khotbah
kasual, ialah kotbah yang lain dari biasanya yang dikhotbahkan di hari minggu,
sebab khotbah di hari minggu telah memiliki aturan yang baku (diberbagai gereja
ada agenda khusus yang memuat nats-nats setiap minggu) khotbah kasual ialah
disebabkan adanya suatu peristiwa atau yang terjadi dan mengundang kita untuk
berkhotbah. Misalnya waktu ada acara baptisan, pemberkatan nikah dan khotbah
penguburan. Juga khotbah pada acara pesta panen, ulang tahun, jubileum dll.
Melalui khotbah kasual pengkhotbah memberikan pengertia tentang tindakan Allah agar kita jangat berputus asa waktu terjadi dukacita,
dan agar kita jangat sombong manakala kita mendapatkan suatu peruntungan atau
sukacita. Berbagai khotbah kasual itu misalnya:
a)
Khotbah
pesta Gereja
Pesta
Gereja tujuannya adalah menunjukkan betapa banyak yang diperbuat Tuhan ditengah-tengah jemaat, sebab Dia telah
berkenan memberkati jemaat hingga mampu mendirikan Rumah ibadah. Tentu
kesemuanya itu berkat yang diterima masing-masing anggota jemaat setiap hari
sehingga mereka mampu bersama-sama mendirikan rumah ibadah (Gerejanya).
Tuhan
senantiasa membuat mujizat ditengah-tenga umatnya agar mereka teguh dan kuat dalam iman
percayanya. Sehingga jemaat memiliki kesatuan hati mengadakan pesta sekali
setahun. Biasanya membina rasa cinta terhadap berdirinya jemaat agak susah
ditanamkan kepada generasi muda, terlebih setelah pendiri-pendiri gereja telah
meninggal.
Oleh
sebab itulah maka khotbah pada waktu pesta gereja seharusnya mengikat hati
setiap anggota jemaat untuk mencintai gerejanya. Ayat yang biasanya dipakai
pada waktu itu adalah: Mat 16:18; Luk 12:32-36
Yoh 7:17 Kis 2:42 1 Kor 15:58; Ep
1:3; 2 Petr 1:19; Ibr 10:23-25.
b).
Khotbah pada waktu memperingati orang meninggal
Di
berbagai gereja acara ini dilakukan setelah minggu-minggu biasa dan menjelang
minggu advent dilakukan, diantaranya ada satu minggu yang disebut minggu akhir
tahun gereja dan pada saat itu biasa dilakukan memperingati orang-orang yang
meninggal dalam satu tahun. Pada kesempatan itu hati keluarga yang ditinggalkan
masih mudah terkenang dan sedih. Kesempatan itu perlu ditekankan bahwa ternyata
semuanya akan berakhir. Di Eropa pada minggu inilah dipakai kesempatan
membersihkan kuburan keluarganya. Biasanya mereka pergi ke kuburan sebelum
berangkat ke gereja. Biasanya di kuburan mereka menyanyi dan berdoa. Ada juga
kalanya mereka mengundang pendeta dalam acara tersebut untu mennyampaikan
khotbah.pendeta berkhotbah singkat.
Setelah itu mereka pergi ke gereja mengikuti ibadah. Tujuan protestan
mengadakan itu adalah:
I.
Gereja
mengingat anggota jemaatnya yang meninggal dalam satu tahun itu
II.
Agar
segenap jemaat mengingat bahwa pada waktunya semuanya juga akan mati.
Kedua
hal itulah yang harus terdengar dalam ibadah tersebut. Orang Kristen itu adalah
manusia yang merasakan kepedihan atau
menangis waktu anggota keluarganya meninggal dunia. Tidak ada dalam Alkitab
dikatakan bawa kita tidak boleh bersedih kalau ada keluarga yang meninggal.
Tetapi kelebihan orang Kristen adalah bahwa walaupun mereka bersedih, tetapi
Yesus telah menjanjikan kebangkitan daging dan pada waktunya kita juga akan
berjumpa dengan orang-orang yang kita kasihi pada masa kebangkitan itu.
Jadi yang hidup diingatkan agar
merindukan perjumpaan itu, dan sudah barang tentu itu bisa terjadi kalau mereka
percaya kepada Yesus.
Yang
kekdua perlu diingatkan tentang kematian kita masing-masing. Banyak hal bisa
katakana untuk mengingatkan kita tentang akhir hidup seluruh manusia, agar
semuanya bersiap menerima panggilan Tuhan. Jadi adalah menjadi kesempatan
mengingatkan jemaat tentang akhir hidupnya khotbah yang disampaikan.
Nats:
Kej 49:29; 50:1; Ayub 1:21 Mzr 122; Yes 40:6-14; Hos 13:14; Mat 24:13; Luk
7:11-17 Yoh 11:25-26 Ibr 4:9-11 Why 41:13
c).
Pesta panen
Banyak gereja yang melaksanakan pesta
ini, yang mengingtkan jemaat betapa besar kasih Tuhan yang memberikan beratnya
hingga pertaniannya berhasil dengan baik. Perlu diingat mereka yang bertani
sangat menikmati pesta ini dari pada para jemaat yang menerima gaji setiap
bulan. Mereka memahami bagaimana Tuhan memberkati tanah dan benih yang mereka
tanam hingga mendatangkan hasil untuk kehidupanya. Oleh sebab itu setelah
selesai panen alangkah baiknya jemat mengadakan pesta panen. Dibeberapa jemaat
pesta itu tidak harus pada hari minggu. Biasanya anggota jemaat membawa hasil
panennya dan meletakkannya disekitar
altar gereja untuk menjelaskan bahwa
semua yang mereka terima itu adalah datangnya dari Tuhan saja. Pesta itu tentu
bertujuan untuk mengucapkan terimakasih kepada Tuhan atas segala pemberiannya
yang tak ternilai itu. Danmengajari mereka untuk senantiasa mengucapkan syukur
kepada Tuhan. Biasanya anggota jemaat juga membawa makanan seperti kue kue
untuk dimakan bersama, tetapi juga ada yang membuat acara makan bersama di
gereja. Bagi sebagain gereja kesempatan itulah dipakai untuk mengumpulkan
perbelanjaan kepada pelayan-pelayannya. Khotbah pada waktu itu bisa diambil
dari: Mzr 145:15-16 Gal 6:7-8 2 Kor 9:6 Kis 20:35; Yak 1:17 Luk 17:11-19.
d).
Khotbah pada sekolah minggu
Permulaan
dari sekolah minggu adalah kira-kira tahun 1780 yang diprakarsai oleh Robert
Reikes di Inggris. Adapun penyebab maka sekolah minggu muncul adalah: karena
dia melihat betapa banyak anak-anak di London yang tidak bersekolah, terlebih
lagi mereka tidak mengetahui Firman Tuhan. Jadi dia memilih beberapa orng yang
memberi hatinya dan mau mengajari anak-anak tersebut pada hari minggu. Keadaan
itu berkembang sangat cepat ke seluruh inggris bahkan ke seluruh Eropa. Reikes
mengajakan pengetahuan dari Alkitab melalui mengajari lewat khotbah dari PL dan PB menghapal
ayat-ayat, nyayian dan doa. Dan itulah menjadi tujuan sekolah minggu sekarang.
Seharusya
pendeta, dan pelaya yang lain turut serta terlibat dalam pelayanan sekolah
minggu, sebab mereka merupakan penerus yang akan penanggungjawab bagi gereja
pada masanya nanti. Yang paling penting sebenarnya adala bahwa pengajar sekolah
minggu mengerti tentang kejiwaan (Psikologi) dan perkembangan anak-anak.
Disesuaikan dengan itulah seluruh pelayanan sekolah minggu. Pengkhotbah yang
baik utuk sekolah minggu adalah pengkhotbah yang memakai berbagai metode,
termasuk metode katekese dimana pengkhotbah membuat pertanyaan-pertanyaan atau
kuiz untuk memancing perhatian mereia. Nats : Ul 33:3 1 Sam 1:24-28 Yes 40:11;
Mat 18:4-10; 19:14.
e).
Khotbah waktu baptisan Anak-anak
Nats:
Mzm 121:8;Mat 18:1-3; Luk 1:66 1 Joh 3:1; 1 Sam 1:11; Ul 32:46-47; Mrk 10:14;
Yes 49:15-16 Kis 2:39
f).
Waktu baptisan dewasa
Nats:
Mat 6:33; 7:13-14; 7:21-22; Mrk 16:16 Yoh 3:1-6; 3:16 dll
g).
Khotbah kepada yang akan mnerima perjamuan kudus
Nats:
Luk 22:19-20 1 Kor 11:23-31; Mazmur yang
berbicara tentang permohonan pengampunan dosa Yeh 33:11; Luk 18:9-14 Mat
11:28-30; Mat 5:3-4; 6:8 Mat 22:1-14 Rom 12:1-2 dll.
h). Khotbah waktu penguburan orang meninggal
Ada yang
harus dihindari seorang pengkhotbah pada kesempatan ini yakni yang memujii yang
meninggal. Tetapi juga janganlah yang meninggal itu dicaci. Tuhanlah yang
memberikan penghukuman dan Dialah yang berhak memuji atau menghakimi yang
meninggal tersebut. Oleh karena itu khotbah adalah penghiburan kepada keluarga
yang sifatnya tulus.
Nats:
Yoh 12:25; Rom 14:7-8 Yoh 14:2; 11:4; 5:28-29; 2 Kor 5:1; Mat 9:18-26 Kis 2:10;
14:13; Gal 4:7 1 Kor 15:17; 41-44 Rom 6:23; 8,11,18,23; 31-32; 38:39.
I).
Khotbah waktu memasuki Gereja Baru
Alangkah
lebih baik kalau pengkhotbah terlebih dahulu mengajak jemaat mengucapkan
terimakasih kepada Tuhan yang telah memberkati hingga tahapan pembangunan itu
selesai. Pengkhotbah perlu menjelaskan bahwa gereja itu adalah “Rumah Allah”
dengan demikian gereja itu harus menjadi tempat kudus bagi seluruh anggota
jemaat. Perlu juga diketahui bahwa melalui gereja itu segenap warganya bisa
menyatu untuk menerima berkat Tuhan oleh karena itu alangkah pentingnya menekankan
kecintaan jemaat kepada gerejanya.
Nats: 1
Raja 8; Mzr 24; Mzr 84 Mzr 90:17; Mat 18:20; Luk 11:28 Yoh 4:24.
j).
Khotbah ketika menanam padi
Nats:
Mzr 127:1 Mzr 121 Mzr 118:25 Gal 6:7-8.
K).
Khotbah pada ibadah akhir tahun (31 Desember)
Ada 3
yang perlu diingat pada waktu itu:
1.
Kita
menerima banyak yang baik pada tahun ini oleh karena itu kita patut bersyukur.
2.
Kita
juga sering melakukan dosa, oleh karna itu kita perlu memohon pengampunan dosa
kepada Tuhan.
3.
Kita
juga diingatkan akan akhir hidup kita;
dan kita tidak tahu kapan Tuhan memanggil kita.
Nats:
Mzr 90; 103; 23; 2 Petr 3:15 Luk 13:6-9 Ibr 13:14 Piilpi 3:2021.
L).
Beberapa peristiwa dan nats yang berkenaan
a)
meletakkan
batu pertama pembangunan gereja
Kkej
28:22 1 Sam 7:12 2 Sam 7:11 1 Kron 23:1
Ezra 3:10 Neh 2:17 ff Mat 16:18 Kis 4:11-12 1 Kor 3:11 1 Petr 2:5-6
b)
Bencana
alam
-
Kerusuhan
: Ul 4:12 1 Sam 3:18 Mzr 33:20; 37:5 66:12-13; 77:16-21; 93; 103:10; 127:1 Yes
43:2-3 Dan 9:18 dll
-
Waktu
Banjir
1 Sam 3:18 Ayub 5:8-11 Mzm 33:20;
37:5; 42:7-8
Turut membangun pemahaman kami. Terimakasih banyak.
BalasHapus