Selasa, 19 Maret 2013

YESUS YANG BERKORBAN DEMI MANUSIA
Filipi 2:5-11
Pdt. Elson Lingga MTh
 
Kalau anda menemukan buku tebal yang halaman halamannya tipis, di sampulnya tertulis jelas ALKITAB, maka sudah pasti itu merupakan buku paling monumental di nunia, telah diterjemahkan ke dalam puluhan ribu bahasa di dunia. Buku yang menjadi inspirasi bagi para pemikir, untuk melakukan gerakan atau gagasan gagasannya. Sebagai buku paling laris di dunia, terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Berisi 66 buku, Perjanjian lama berisi 23214 ayat, Perjanjian Baru berisi 7957 ayat, sehingga jumlahnya 31171 ayat. Jumlah ayat yang begitu besar dibutuhkan untuk melukiskan satu hal: KASIH Allah.

Dalam penjabarannya kita melihat permulaan Alkitab yang dimulai dengan penciptaan alam semesta, dimana kemudian Bapa sorgawi kita menempatkan seluruh ciptaan di dalamnya tetapi  alam itu akan mengalami kebinasaan karena dosa manusia. Namun Allah menjanjikan bumi yang baru sebagai kelanjutan penempatan manusia ciptaanNya itu. Dia mempersiapkan rumah yang baka bagi setiap orang yang percaya (Yoh 14:1-6). Allah begitu mengasihi kita sehingga waktu kita menghianatiNya pun dia masih tetap menunggu kita kembali.

Paulus menggambarkan kasih itu sebagai kasih yang berkorban, itulah rangkuman khotbah hari ini. Dia mengatakan sorga dan tahta yang penuh sukacita, tidaklah menjadi pilihan bagi Yesus. walaupun Dia sebenarnya tidk harus meninggalkan tahtanya, namun karena kasihNya maka Dia memilih meninggalkan sorga dan mengambil rupa seorang manusia hina agar dia bisa memasuki ruang kemanusiaan yang kotor dan penuh dosa. Kita ingat peristiwa Betlehem, bahwa Dia lahir di kndang domba. jadi dia mengambil rupa seroang hamba yang hina, bahkan lebih hina dari kita-kita ini. Seorang hamba tak lebih dari pesuruh atau pelayan  bahkan lebih tepat dikatakan sebagai seorang budak. Budak yang harganya persis 30 keping uang perak. Harga yang diterima Yudas saat dia mencium Yesus untuk menyerahkannya ke tangan musuh-musuhnya.
Dia ada diantara kita melewati jalan pahit, mengganti rupa dan kemewahannya, meninggalkan jubah dan mahkota kekuasaannya. kalau di jaman ini orang berambisi bahkan mau menjual segalanya demi tahta atau kekuasaan, demi mempertahankan kekuasaan pun orang rela berkospirasi dengan pasukan pasukan, bahkan tidak perduli berapa ratus orang meregang nayawa. Kekuasaan sekarang ini direbut dengan tidak memiliki etika, apalagi berbicara masalah kasih.
Namun sebaliknyalah yang diambil Yesus. Dia meninggalkan itu semua untuk meraih kita orang berdosa ini. Para teolog sering mengungkapkan tindakan mengmbil rupa tersebut "kenosis". H. R Mackintosh, Charles Gore, PT. Forsyth, dan J. M Creed teolog dari Jerman dan dari Eropa lainnya  menjelaskan bagaimana 'Logos Ilahi oleh kasihnyNya telah melepaskan sifat keilahian-Nya, yaitu kemahatahuan dan kemahakuasaan, sehingga dalam hidup-Nya di dunia ini Oknum Ilahi semata-mata dinampakkan hanya melalui kesadaran seorang manusia'.  Thomasius dari Erlangen, Jerman, memberikan contoh kenosis yang sangat sederhana bagaimana Yesus melakukannya dengan mengambil teks  Kej 24:20, diaman Ribka mengosongkan air dari buyungnya  agar bisa diisi dengan air yang baru...Yesus mengosongkan dirinya, mengosongkah tahtaNya juga agar kita menjadi tebusanNya sekaligus pewaris kerajaanNya. Sebab tanpa pergantian wajah itu, kita tidak akan mengenal dia secara sempurna. Belajar dari sanalah para penginjil dunia memahami budaya setempat, mengetahui bahasanya, bahkan satu bau dulu dengan orang atau suku bangsa yang ditujunya barulah dia menyebarkan Firman Tuhan. kalau tidak dia akan gagal.
Renungan ini setidaknya menekankan 2 hal pokok besar sudara:
1) Paulus di ayat ke dua mengatakan: "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus". ayat ini berbicara mengenai kesegambaran antara kita umat Kristen dengan dia Penebus kita. Meniru isi Kristus itu sendiri. Tentu dalam hal pengorbanananya agar orang lain bisa selamat. Pengorbanan bermotif cinta kasih menampilkan karakter Yesus dalam kehidupan. Bagi Jemaat Filipi harapan harapan Paulus ini berhasil saudara. Mereka, walau bukan kelompok masyarakat kelas elit tetapi sedikitnya kita temuakan beberapa kali mereka mengirim bantuan: pertama, beberapa kali jemaat itu mengirim bantuan keuangan kepada Paulus (2 Kor 11:9; Fil 4:15-16) dan dengan bermurah hati memberi  persembahan yang dikumpulkannya untuk orang Kristen yang berkekurangan di Yerusalem (bnd. 2 Kor 8:1-9:15). Dalam catatan sejarah kita temukan pernah terjadi kelaparan di kalangan orang Kristen di Jerusalem. jemaat itu termasuk jauh dari Filipi. Tetapi hati mereka tergerak untuk memberikan bantuan. Ini tentu menjadi pelajaran bagi kita, tentang solidaritas kita terhadap penderitaan jemaat jemaat kita, bahkan terhadap orng lain yang tidak satu gereja bahkan tidak satu agama dengan kita. Laksana orang Samaria yang baik hati itu. walau dia tidak kenal, bahkan lawan bangsanya sendiri, namun semua itu dia kesampingkan untuk memberi hidup bagi orang yang tersamnun itu.
2) Renungan ini memberi keteladanan tentang kesetiaan kepada Bapa sorgawi. Yesus mengorbankan totalitas hidupnya di dlam kesetiaan dengan bapa. Walau pun itu jalan duri, walaupun itu penuh penderitaan namun Dia setia  hingga tersalib dan mati. Oleh karena kematiannya itulah kta sekarang beribadah di tempat ini. Luther mengatakan kekristenan bersumber dari salib (Theologia salib).Tetapi apakah kita juga setia terhadap Dia yang telah menebus kita? seringt sekali justru pemberontakanlah yang kita lakukan, yang mendukakan bapa di sorga. Nampaknya kita semakin samar di dunia ini.
Banyak orang Kristen memakai sistem meniru hewan mimikri, menjadi manusia bunglon. asal selamat biarlah iman tergadai...maka tidak ada bedanya lagi antara kita dengan orng yang tidak Kristen. ini perlu menjadikoreksi kepada kita semua. Atau seperti dikatakan Yusuf Roni, kita sering meniru Kapal selam bukan meniru Kristus. Kapal selam, hanya sesekali muncul di permukaan, 90 % hiduponya berada di lautan yang dalam. Banyak orang Kristen hanya sesekali muncul di kehidupan ini namun 90% hidupnya melalanglang buana di dunia gelap, entah apa yang dilakukan kita tidak tahu. Setelah ribuan tahungereja berdiri apakah semakin perduli atau tidak, semakin banyak berbuah atau tidak. Marilah kita berupaya agar kehadiran gereja bisa menjadi garam dan terang, bukan pula menjadi penghianat-penghianat Firman, tetapi semakin setia menuruti kehendak Bapa di Sorga.
Apakah ada upah kesetiaan kita? Yesus mendapatkan penghormatan besar duduk disebelah kanan Allah Bapa dan semua lidah mengaku Ialah Tuhan. Tentu upah kita juga akan besar di sorga.
Walaupun kita belum bisa seperti Kristus tetapi kita perlu berdoa agar kelak wajah kesegambaran kita semakin sempurna. Minggu Palmarum adalah minggu persiapan menjelang Paskah, ketika Anak doma Allah dikurbankan demi keselamatan kita dari dosa. Marilah kita mempersiapkan diri menyambut paskah yang agung.

0 komentar:

Posting Komentar