Kamis, 11 April 2013

Tuaian Memang Banyak Tetapi Pekerja Sedikit

Dalam satu pentahbisan pendeta di GKPI tahun 1986, Pdt. Dr. Andar Lumban Tobing mengambil teks ini sebagai teks renungan. Saya yang mengikuti ibadah tersebut mendengarkan rekomendasi-rekomendasi dari pak Bishop ini agar setiap pendeta yang akan ditahbiskan menyadari bahwa: pendeta itu adalah teman sekerja Allah, berarti apa yang dikerjakan seorng pendeta hendaknya menyadari bahwa pelayanan-pelayanannya adalah melanjutkan tujuan-tujuan Allah. Menjadi pembawa damai, dan jalan keluar bagi permasalahan yang dialami warga. Ini mengingat banyak juga pendeta yang menjadi pembawa masalah bukan pembawa jalan keluar.  Bukan jadi solution maker tetapi jadi trouble maker.

Apa yang diungkapkan dalam khotbah itu  bersumber dari pengalaman Yesus pada waktu melayani di Galilea.  Yesus dalam renungan ini melihat segala pergumulan yang dialami oleh orang Israel setelah masa blusukanNya berkeliling  dari satu desa ke desa yang lain, dari satu gang ke gang lain (ay 1 dan 35) maka dia melihat betapa banyaknya orang yang rindu mendengarkan pengajarannya tentang kerajaan Sorga. Di samping itu kemiskinan, penyakit dan rupa persoalan lain terlihat jelas. Ada dua hal yang mengakibatkan penderitaan itu, pertama kondisi masayarakat Israel yang telah lama dibawah jajahan bangsa lain satu persoalan utama dn berakibat hilangnya hak-hak rakyat mendapatkan kesejahteraan hidup sebab pajak yang tinggi telah mengakibatkan pemerintahan Nampak bengis dan terkesan memaksakan kehendak walaupun rakyat tidak mampu sebenrnya. Persoalan kedua, pemimpin agama juga tidak perduli dengan kondisi-kondisi kemiskinan itu. Jadi Baik pemerintah maupun agama tidak peduli dengan kondisi itu.

Agama sebagai benteng terakhir moral manusia, kalau sudah bobol, akan berakibat fatal. Kalau pun seseorng gagal mencapai cita-cita kesejahteraan sosialnya, kalau firman Tuhan menyapanya, kalau kerohaniannya dikuatkan maka dia tidak akan patah. Di Israel kegagalan mendapat kesejahteraan itu telah terjadi, tapi  mereka tidak mendapatkan sapaan Firman Tuhan dan doa-doa menyejukkan, yang akan menguatkan kakinya untuk terus menjalani liku-liku kehiupan itu, juga tidak ada. Inilah kondisi sangat menyedihkan….seolah-olah tidak ada lagi yang peduli dan menghargainya.

Yesus menjawab situasi mereka dengan memberi mereka makan hingga kenyang. Yesus menyembuhkan mereka dari segala penyakit yang mereka derita. Yesus memberikan pengajaran dan penghiburan bagi hati yang remuk redam. Tapi apakah itu telah cukup? Yesus melihat yang paling penting bagi hidup. Bagi Yesus, pemulihan citra manusia dari akibat dosa adalah lebih penting sehingga:

Mereka bisa melihat dunia tanpa kelaparan, mereka melihat dunia tanpa penyakit, tanpa air mata. mereka perlu melihat dunia yang baru tanpa hutang, tanpa kecemburuan karena kita akan menikmati kemurahan dan kelimpahan bapa kita. semuanya itu akan kita terima di sorga, sebab Wahyu 21:3-4 berbunyi: "Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." Semua pemenuhan rasa lapar kita, kesembuhan kita, kebahagiaan dan kesempurnaan sukacita kita hanya ada di sorga, tidak di dunia ini.... 

Oleh karena itulah Yesus mengatakan :” "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sediki”.  Memang semakin hari tuaian itu semakin banyak dan lebar, ibarat hamparan persawahan padi sudah menguning dan siap untuk dituai (Yoh 4:35-36) namun penuai-penuai sangat dibutuhkan. Pekerja-pekerja sangat dibutuhkan. Dijaman yang sangat maju ini peran teknologi sangat menonjol, bisa saja satu tuaian yang luas dikerjakan oleh sangat sedikit orang, dengan mesin-mesinnya yang bekerja secara otomatis. Tetapi Yesus melihat tuaian lain yang tidak bisa diganti oleh teknologi, yakni pemberitaan Firman Tuhan.

Yesus lebih melihat pekerjaan penuaian itu dari sisi bagaimana pekerja membawakan syalom Allah ke tengat-tengah dunia yang semakin dijejali bermacam penderitaan berupa persoalan persoalan kemiskinan, penyakit, ketidak adilan, pengabaian terhadap orang yang tergilas arus jaman dan hal-hal lain ditengah masyarakat Israel.  Pekerja-pekerja yang diharapkan Tuhan adalah orang yang mampu memulihkan mereka yang lelah dan terlantar seperti domba tanpa gembala. Menhadirkan kerajaan Allah sama dengan apa yang dia sebutkan dalam Lukas 4:18-19 : “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Semuanya perjuangan kita di muka bumi ini adalah pendahuluan keadaan di sorga yang akan membahagiakan kita.

Tugas utama itulah yang akan dikerjakan orang yang terpanggil sebagai pekerja-pekerja di lading Tuhan. Kemudian di fasal 10 terpanggillah murid-murid Yesus. Kita adalah bagian dari Murid Yesus sebagai hasil tuaian terdahulu, setelah Yesus mengembalikan citra diri kita kembali kepada gambaran Allah yang sesungguhnya, setelah dia menebus serta memulihkan kita dari luka dan ruam pekerjaan dosa. Olah bilur-bilur Kristus kita telah disembuhkan. Kita adalah orang yang sangat beruntung telah mendengarkan berita sukacita tersebut serta menerima Dia sebagai juru slamat. Ketika Yesus meminta supaya Allah mengutus pekerja-pekerja di ladangnya  maka siapakah yang rela di utus?

Suatu hari Crisler pemain biola yang sangat handal dan penderma itu berjalan pulang dari pekerjaannya ke rumahnya. Di tengah jalan dia melihat seorang penjual biola bekas. Karena baru saja dia memberikan uangnya untuk membantu orang miskin di kotanya dia tidak mampu membayar jumlah uang yang diminta. Dia pulang ke rumahnya dengana tangan hampa. Beberapa hari kemudian barulah dia pergi lagi ke penjual itu, tapi saying biola itu tidak ada lagi telah dibeli seorang kolektor dengan harga mahal. Crisler kemudian menjumpai kolektor kaya itu dan meminta agar sudi menjual biola itu kepadanya. Kollektor itu tidak mau. Sekali lagi Crisler memohon: “Kalau tuan tidak mau menjualnya, biarlah saya memainkan sebentar saja sebelum anda menyimpannhya”.  Ditangan Krisler biola itu kemudian mengalunkan lagu yang sangat merdu dan menghibur, hingga kolektor itu tertegun dan merobah oendiriannya. Tuan Crisler, biarlah biola itu sama anda saja, di rumahku dia akan  diam sebagai pajangan tapi di tangan anda dia akan bersuara indah.

Terkadang kita sama dengan kolektor, menyimpan Firman Tuhan yang menyelamatkan itu hanya  sebagai koleksi, Tidak ada nada, tidak ada nasehat, atau penghiburan bagii orang lain. Tapi bisakah kita memerankan Crisler? Menyanyikan dengan sangat menghibur dan menguatkan?  Dalam hal ini saya mengajak kita benar-benar menyadari apa yang telah kita terima dari Tuhan kemudian menjawab tantangan ini. Tuaian memang banyak tetapi pekerja sangat sedikit. Kalaupun anda tidak memiliki kesempatan sebagai pemimbar, jadilah anda sebagai donateur untuk pelayanan gereja.

0 komentar:

Posting Komentar