Tuaian
Memang Banyak Tetapi Pekerja Sedikit
Dalam satu pentahbisan pendeta di GKPI tahun 1986,
Pdt. Dr. Andar Lumban Tobing mengambil teks ini sebagai teks renungan. Saya
yang mengikuti ibadah tersebut mendengarkan rekomendasi-rekomendasi dari pak
Bishop ini agar setiap pendeta yang akan ditahbiskan menyadari bahwa: pendeta
itu adalah teman sekerja Allah, berarti apa yang dikerjakan seorng pendeta
hendaknya menyadari bahwa pelayanan-pelayanannya adalah melanjutkan
tujuan-tujuan Allah. Menjadi pembawa damai, dan jalan keluar bagi permasalahan
yang dialami warga. Ini mengingat banyak juga pendeta yang menjadi pembawa
masalah bukan pembawa jalan keluar.
Bukan jadi solution maker tetapi jadi trouble maker.
Apa yang diungkapkan dalam khotbah itu bersumber dari pengalaman Yesus pada waktu
melayani di Galilea. Yesus dalam
renungan ini melihat segala pergumulan yang dialami oleh orang Israel setelah
masa blusukanNya berkeliling dari satu
desa ke desa yang lain, dari satu gang ke gang lain (ay 1 dan 35) maka dia
melihat betapa banyaknya orang yang rindu mendengarkan pengajarannya tentang
kerajaan Sorga. Di samping itu kemiskinan, penyakit dan rupa persoalan lain
terlihat jelas. Ada dua hal yang mengakibatkan penderitaan itu, pertama kondisi
masayarakat Israel yang telah lama dibawah jajahan bangsa lain satu persoalan
utama dn berakibat hilangnya hak-hak rakyat mendapatkan kesejahteraan hidup
sebab pajak yang tinggi telah mengakibatkan pemerintahan Nampak bengis dan
terkesan memaksakan kehendak walaupun rakyat tidak mampu sebenrnya. Persoalan
kedua, pemimpin agama juga tidak perduli dengan kondisi-kondisi kemiskinan itu.
Jadi Baik pemerintah maupun agama tidak peduli dengan kondisi itu.
Agama sebagai benteng terakhir moral manusia,
kalau sudah bobol, akan berakibat fatal. Kalau pun seseorng gagal mencapai
cita-cita kesejahteraan sosialnya, kalau firman Tuhan menyapanya, kalau
kerohaniannya dikuatkan maka dia tidak akan patah. Di Israel kegagalan mendapat
kesejahteraan itu telah terjadi, tapi
mereka tidak mendapatkan sapaan Firman Tuhan dan doa-doa menyejukkan,
yang akan menguatkan kakinya untuk terus menjalani liku-liku kehiupan itu, juga
tidak ada. Inilah kondisi sangat menyedihkan….seolah-olah tidak ada lagi yang
peduli dan menghargainya.
Yesus menjawab situasi mereka dengan memberi mereka makan hingga kenyang. Yesus menyembuhkan mereka dari segala penyakit yang mereka derita. Yesus memberikan pengajaran dan penghiburan bagi hati yang remuk redam. Tapi apakah itu telah cukup? Yesus melihat yang paling penting bagi hidup. Bagi Yesus, pemulihan citra manusia dari akibat dosa adalah lebih penting sehingga:
Mereka bisa melihat dunia tanpa kelaparan, mereka melihat dunia tanpa penyakit, tanpa air mata. mereka perlu melihat dunia yang baru tanpa hutang, tanpa kecemburuan karena kita akan menikmati kemurahan dan kelimpahan bapa kita. semuanya itu akan kita terima di sorga, sebab Wahyu 21:3-4 berbunyi: "Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." Semua pemenuhan rasa lapar kita, kesembuhan kita, kebahagiaan dan kesempurnaan sukacita kita hanya ada di sorga, tidak di dunia ini....
Oleh karena itulah Yesus mengatakan :”
"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sediki”. Memang semakin hari tuaian itu semakin banyak
dan lebar, ibarat hamparan persawahan padi sudah menguning dan siap untuk
dituai (Yoh 4:35-36) namun penuai-penuai sangat dibutuhkan. Pekerja-pekerja
sangat dibutuhkan. Dijaman yang sangat maju ini peran teknologi sangat
menonjol, bisa saja satu tuaian yang luas dikerjakan oleh sangat sedikit orang,
dengan mesin-mesinnya yang bekerja secara otomatis. Tetapi Yesus melihat tuaian
lain yang tidak bisa diganti oleh teknologi, yakni pemberitaan Firman Tuhan.
Yesus lebih melihat pekerjaan penuaian itu dari
sisi bagaimana pekerja membawakan syalom Allah ke tengat-tengah dunia yang
semakin dijejali bermacam penderitaan berupa persoalan persoalan kemiskinan,
penyakit, ketidak adilan, pengabaian terhadap orang yang tergilas arus jaman
dan hal-hal lain ditengah masyarakat Israel.
Pekerja-pekerja yang diharapkan Tuhan adalah orang yang mampu memulihkan
mereka yang lelah dan terlantar seperti domba tanpa gembala. Menhadirkan
kerajaan Allah sama dengan apa yang dia sebutkan dalam Lukas 4:18-19 : “Roh
Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar
baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta,
untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang." Semuanya perjuangan kita di muka bumi ini adalah pendahuluan keadaan di sorga yang akan membahagiakan kita.
Tugas utama itulah yang akan dikerjakan orang
yang terpanggil sebagai pekerja-pekerja di lading Tuhan. Kemudian di fasal 10
terpanggillah murid-murid Yesus. Kita adalah bagian dari Murid Yesus sebagai
hasil tuaian terdahulu, setelah Yesus mengembalikan citra diri kita kembali
kepada gambaran Allah yang sesungguhnya, setelah dia menebus serta memulihkan
kita dari luka dan ruam pekerjaan dosa. Olah bilur-bilur Kristus kita telah
disembuhkan. Kita adalah orang yang sangat beruntung telah mendengarkan berita
sukacita tersebut serta menerima Dia sebagai juru slamat. Ketika Yesus meminta
supaya Allah mengutus pekerja-pekerja di ladangnya maka siapakah yang rela di utus?
Suatu hari Crisler pemain biola yang sangat
handal dan penderma itu berjalan pulang dari pekerjaannya ke rumahnya. Di
tengah jalan dia melihat seorang penjual biola bekas. Karena baru saja dia
memberikan uangnya untuk membantu orang miskin di kotanya dia tidak mampu
membayar jumlah uang yang diminta. Dia pulang ke rumahnya dengana tangan hampa.
Beberapa hari kemudian barulah dia pergi lagi ke penjual itu, tapi saying biola
itu tidak ada lagi telah dibeli seorang kolektor dengan harga mahal. Crisler
kemudian menjumpai kolektor kaya itu dan meminta agar sudi menjual biola itu
kepadanya. Kollektor itu tidak mau. Sekali lagi Crisler memohon: “Kalau tuan
tidak mau menjualnya, biarlah saya memainkan sebentar saja sebelum anda
menyimpannhya”. Ditangan Krisler biola
itu kemudian mengalunkan lagu yang sangat merdu dan menghibur, hingga kolektor
itu tertegun dan merobah oendiriannya. Tuan Crisler, biarlah biola itu sama
anda saja, di rumahku dia akan diam
sebagai pajangan tapi di tangan anda dia akan bersuara indah.
Terkadang kita sama dengan kolektor, menyimpan
Firman Tuhan yang menyelamatkan itu hanya
sebagai koleksi, Tidak ada nada, tidak ada nasehat, atau penghiburan
bagii orang lain. Tapi bisakah kita memerankan Crisler? Menyanyikan dengan
sangat menghibur dan menguatkan? Dalam hal
ini saya mengajak kita benar-benar menyadari apa yang telah kita terima dari
Tuhan kemudian menjawab tantangan ini. Tuaian memang banyak tetapi pekerja
sangat sedikit. Kalaupun anda tidak memiliki kesempatan sebagai pemimbar,
jadilah anda sebagai donateur untuk pelayanan gereja.
0 komentar:
Posting Komentar