Selasa, 23 April 2013


ALLAH TELAH MEROBOHKAN TEMBOK PEMISAH ITU
Ketika Jerman Timur membangun tembok pemisah dengan saudaranya yang tinggal di Jerman Barat (yang disebut dengan tembok Berlin) tgl 13 Agustus 1961 tujuan utamanya adalah untuk memisahkan diri dan menjaga agar warga dari Berlin Barat yang ada di Jerman Barat tidak bisa menyeberang. Maka lihatlah, di tembok tersebut terdapat banyak menara penjaga yang dikawal tentara  agar mereka bisa mengawasi dengan seksama penduduk yang menyeberang. Bahkan di berbagai tempat dipasang ranjau yang akan membunuh mereka yang melewatinya. 


Tembok Berlin masih utuh (atas) dan masyarakat kedua Negara meruntuhkannya (bawah)

Willy Brandt dari Jerman Barat justru menamakan tembok itu sebagai “Tembok memalukan” karena membatasi orang bergerak, sebab warga kedua Negara pada umunya masih memiliki kaitan kekerabatan. Tapi untunglah kemudian tembok itu dirobohkan tgl 3 Oktober 1990, yang mendesaknya adalah warga sendiri yang memiliki kerinduan untuk berjumpa dengan saudaranya, diantara mereka kasih itu tidak pernah pudar. Politiklah yang membuat mereka berpisah, bukan karena keinginan mereka sendiri namun kerinduan, kasih dan perjuanganlah yang merobohkannya.
Memang manusia paling senang membangun tembok pemisah, walaupun bukan terbuat dari batu, atau baja. Bangsa bangsa sering membangun sikap negative bahwa dirinya lebih unggul dari bangsa lain sama seperti bangsa Israel yang merasa dirinya sebagai bangsa yang sangat unggul melampaui bangsa lain sebab pernyataan Allah bahwa mereka umat pilihan. Muncullah kata kafir sebagai pemisah. Bangsa diluar diri mereka yang tidak seturut dengan peraturan agama dan tata kehidupan  dianggap kafir. Orang yang dianggap mengganggu keselamatan dan kekudusannya adalah kafir, dan untuk itu mereka harus diperangi.
Petrus dan rasul-rasul lainnya pun pada awalnya masih berkutat dalam manusia lama yang belum mendapat pencerahan dan diperbaharui. Dimata mereka bangsa non Yahudi seperti Kornelius perwira itu juga kafir walau dia sangat banyak bersedekah kepada orang Yahudi. Bayangkan sedekahnya diterima tetapi dia dianggap kafir…hehehe…lucu ya. Biasanya kalau kita menerima sumbangan atau bantuan orang lain, kita menganggap orang itu baik, mampu, tentu tidak pas kalau menganggap kita lebih benar dai dia. Bila penting kita akan membalas kunjungannya datang ke rumahnya untuk berterimakasih. Tetapi itulah yang terlihat dalam konteks  hubungan Kornelius dan umat Yahudi.
Lihatlah ayat di bawah ini:
10:1 Di Kaisarea ada seorang yang bernama Kornelius, seorang perwira pasukan yang disebut pasukan Italia. 10:2 Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah.
Lalu waktu Petrus masuk ke rumah Kornelius apa kata orang Yahudi yang lain?
11:2 Ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat berselisih pendapat dengan dia. 11:3 Kata mereka: "Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka."
Bagi orang-orang Yahudi walaupun seseorang saleh, baik dan mau memberi sedekah kepada mereka, tetapi ji ka yang berbuat demikian adalah orang tak bersunat mereka tidak diperbolehkan bergaul apalagi makan dan minum bersamanya. Tetapi untunglah Petrus telah mendapat pencerahan dari Tuhan, bahwa Allah juga mengasihi orang yang tidak bersunat (cerita ini jelas di pasal 10).
Barulah Petrus bercerita bagaimana Allah mengasihi bangsa yang mereka anggap kafir itu. Allah sendiri yang menunjukkan tanda dengan diturunkannya keranjang berisi banyak binatang yang menurut mereka haram tetapi Allah mengatakan tidak. Dia ceritakan bagaimana Roh kudus berada di tengah mereka ketika bersama makan dan minum di rumah Kornelius hingga membaptis mereka. Barulah mereka sadar bahwa Allah telah merobohkan tembok pemisah itu agar kemanusiaan mereka dipulihkan dan bersama seluruh  umat dimuka bumi ini berarak-arakan memuliakan Tuhan.
Saya  bisa membayangkan kalau Allah tidak merobohkan tembok itu, dan Kristus hanya diterima oleh orang-orang Yahudi. Dunia in akan terus menerus dilanda kecemasan akan pengharapan hidup yang kekal, sebab tidak ada jaminan akan keselamatan dalam agama agama yang lain. Bangsa-bangsa terus berada dalam permusuhan, sebab tidak ada yang menyatukan mereka. Perang, perbudakan, pelecehan hidup manusia akan terjadi. Tetapi itulah karunia Allah, yang mengasihi seluruh umat manusia. Dia tidak membedakan orang Yahudi dan bukan Yahudi, orang bersunat dan yang bukan bersunat. Sebab bagi dia manusia secara utuh adalah ciptaanNya yang segambar dengan Dia, walaupun kemudian dosa merusak kesegambaran itu. Dan pemulihan itu juga menyangkut seluruh umat manusia tanpa dikotak oleh suku bangsa, ras atau segala pembatasan.
Maka pekerjaan RohNya juga menyapa keluarga Kornelius, tanpa melihat bahwa dia bukanlah Yahudi yang bersunat, atau orang yang menghapal seluruh hukum taurat Musa. Di rumangnya juga kasih karunia Allah ada, sama seperti rumah-rumah lainnya, termasuk kita yang amat jauh dari keyahudian itu.
Kalau tembok itu masih berdiri maka bangsa Indonesia tidak akan melihat cahaya bintang Daud yang bersinar di kegelapan itu. Salib Kristus memberikan cahaya, bahwa kasihNya mengangkat kita manusia yang berdosa ini menjadi anak-anaknya. Dosa yang dulunya memisahkan kita dengan Bapa (Yes 59:1-2) kini didamaikan oleh Pengorbanan Yesus. Roh Kudus juga bekerja di Indonesia, di tengah bangsa kita, di suu kitadan marga marga kita untuk menuntun kita bahwa Allah itu baik kepada semua orang.
Tinggalnya bagaimanakah kita menjawab sukacita yang besar ini? Apakah yang ibu bapa akan lakukan? Minggu kita hari ini bernama Kantate yang berarti : Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan. Dr. Andar Lumban Tobing pernah mengatakan: Sorga tidak akan sempurna nanti kalau lagu Batak tidak ada disana. Beliau mau mengatakan bahwa orang-orang Batak harus menyanyi bagi kemuliaan Tuhan. Tentu bukan semata nyanyian yang dikarang seorang komponis tetapi nyanyian kehidupan yang menggema dalam setiap pribadi.
Oh ya…saya hampir lupa memberitahu bahwa 3 minggu lalu (tepatnya 1 April 2013) Pdt. Pensilwenlly telah meninggal dunia. Anda tahu siapa dia? Namanya sebenarnya Pdt. Waldemar Silitonga. Beliau adalah mantan dosen music kami tahun 1987-1988 di STT HKBP Pematangsiantar. Satu lagu yang dia karang dan kami peragakan dulu adalah lagu “ Dison adong huboan Tuhan…” lagu tersebut berirama Batak yang sangat merdu dan paling enak kalau ditarikan juga, berbicara mmengenai orang Kristen yang membawa persembahan bagi Tuhan. Persembahan itu tidak seberapa kalau dibanding dengan kasih karuniaNya yang kita terima sehari-hari. Sebelum mengajarkan beliau bercerita tentang latar belakangnya sebagai seorang pendeta tentara. Jadi beliau bertugas untuk member konseling bagi anggota tentara yang mengalami persoalan dan beban berat. Salah satu kasus tentara itu adalah ketegangan saat akan menjadi penerjun payung. Kekuatiran akan payung tidak mengembang…sangat menekan mereka. Tetapi kemudian tentara-tentara itu bersukacita saat mendarat dengan baik,dengan payung mengembang. Memang tak bisa dibayangkan kalau tombol tidak bbekerja dan payung tidak terbuka, kematianlah akhirnya.
Beliau mengatakan kehidupan ini, tanpa anugerah Tuhan tak ada sama sekali. Mungkin kita telah dilumat bencana semalam, katanya. Oleh karena itu kita harus menyanyikan ucapan syukur penuh penghayatan disertai perbuatan nyata. Tuhan itu memang baik.



0 komentar:

Posting Komentar