Senin, 29 April 2013


HIDUP

Datangnya entah dari mana menuju ke tempat jauh di matahari terbenam
Menyusuri gunung dan pantai berombak, panas terik dan berangin bahkan badai, yang menambahi semakin tidak pastinya arah-arah jalan.
Melewati sudut sepi  desa hingga   senyum dan gelak tawa kota yang mengantarkanku beristirahat di kotamu wahai malam.
Semakin menipisi baju kumalku ketika engkau mencabikinya dengan luka dan duka, walau orang lain tergelak suka  bahagia.
Kudapati juga engkau di sisiku di terik matahari itu, Ketika kau peluk tubuh ringkihku dengan aroma bunga kamboja.  Terasa aneh di hidungku aroma gelas berisi anggur hitam itu.
Godaanmu wahai maut begitu asik, membuatku hampir  menutup catatanku

Tapi…..
Belum.
Perjalanan ini masih kulakukan…walau ada batu, lumpur, ilalang dan jerami bahkan ngarai mengelilingi kemuncak gunung. Walau badanku bertelanjangan  dan sepatu pemberianmu telah luka menganga.  Aku masih lebih memilih bersama anak istriku dalam kemiskinan ini, dari pada aroma kambojamu ya maut.

0 komentar:

Posting Komentar