HIDUP
Datangnya
entah dari mana menuju ke tempat jauh di matahari terbenam
Menyusuri
gunung dan pantai berombak, panas terik dan berangin bahkan badai, yang
menambahi semakin tidak pastinya arah-arah jalan.
Melewati
sudut sepi desa hingga senyum
dan gelak tawa kota yang mengantarkanku beristirahat di kotamu wahai malam.
Semakin
menipisi baju kumalku ketika engkau mencabikinya dengan luka dan duka, walau
orang lain tergelak suka bahagia.
Kudapati
juga engkau di sisiku di terik matahari itu, Ketika kau peluk tubuh ringkihku
dengan aroma bunga kamboja. Terasa aneh
di hidungku aroma gelas berisi anggur hitam itu.
Godaanmu
wahai maut begitu asik, membuatku hampir menutup catatanku
Tapi…..
Belum.
Perjalanan
ini masih kulakukan…walau ada batu, lumpur, ilalang dan jerami bahkan ngarai
mengelilingi kemuncak gunung. Walau badanku bertelanjangan dan sepatu pemberianmu telah luka menganga. Aku masih lebih memilih bersama anak istriku
dalam kemiskinan ini, dari pada aroma kambojamu ya maut.
0 komentar:
Posting Komentar