MENGASIHI DENGAN SUNGGUH
Paulus
sebagaimana juga diungkapkan maha gurunya Yesus Kristus bahwa kesatuan
gereja adalah rumus tak tertawar dan menentukan masa depannya di dunia ini.
Yesus telah mendoakan murid-muridnya agar hidup menyatu (Yoh 17) sebagai
anggota Tubuh Kristus yang berpusat dalam satu arus komando dari kepala yakni Yesus. Tidak rahasia lagi bahwa gereja
akan mengalami tantangan sepanjang jaman yang akan menyiksa membunuh hingga
pada akhirnya memadamkan gereja itu sendiri.
Keadaan itu telah terbukti
dalam sejarah gereja mula-mula bahwa mereka mengalami penghancuran dari
kaisar-kaisar di Roma. Atau hamper ditemukan di sejarah gereja wilayah manapun di
muka bumi dan sepanjang jaman bahwa mereka akan tertindas. Untuk kenyataaan
seperti itu tidak ada yang paling bisa diandalkan selain dari keesaan gereja
itu sendiri.
Paulus sebagaimana
juga sering kita temukan dalam surat-surat lain sering menekankan bahwa orang
Kristen itu adalah produk kesetiaan Allah yang konsisten mengasihi hingga peristiwa
salib merebut kembali orang percaya dari kekuasaan dosa dan menjadikannya
sebagai umat pilihan dan bangunan dalam kerajaan Allah. Sebab salib juga telah
menjadikan orang percaya sebagai umat pilihan keluarga kerajaan sorgawi. Tepatnya
Paulus dalam Efresus fasal 2 berkata:
19 Demikianlah kamu bukan lagi orang
asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan
anggota-anggota keluarga Allah, 20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan
para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. 21 Di dalam Dia tumbuh
seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.
22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di
dalam Roh. (Efesus 2:19-22)
Dengan
status yang baru itu, selayaknyalah orng Kristen itu menjadikan hidupnya
sebagai ibadah kepada Tuhan yang senantiasa dalam perubahan menuju manusia
sejati yang segambar dengan rupa Allah. Dalam ayat yang pertama dan kedua dari Rom 12 ini Paulus menginginkan sesuatu senantiasa tetap
terjadi dalam hidup itu sendiri. Dia berkata:
1 Karena itu, saudara-saudara, demi
kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu
sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu
adalah ibadahmu yang sejati.
2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan
dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah
dan yang sempurna.
Ayat inilah yang menafasi
rangkaian nasehat yang diungkapkan Paulus dalam ayat ayat dibawahnya termasuk
ayat 9-13 yang menjadi renungan ini. Paulus memiliki konsep hidup agar
menjadikan hidup sebagai ibadah kepada Tuhan.
Ini menjadi persoalan sepanjang masa bahwa banyak orang Kristen
tidak bisa menjadikan dirinya sebagai gambaran kemurahan Tuhan dengan segala
anugerah kasihnya di tengah kehidupan kita. Bahkan yang paling seringlah
yangkita lakukan, bahwa kita mengingkari
apa yang diharapkan Tuhan yang i. Kita tidak menghargakan statrus kita sebagai
satu anggota dalam warga kerajaan sorgawi. Bahkan banyak orng Kristen keluar
hingga tersesat dan tidak kembali, seperti nak domba yang terpisah dari
kawanannya hingga diterkam binatang buas. Olah karena itulah perlu ditekankan
kembali kesatuan orang percaya sebagai bagian dari anggota tubuh Kristus.
Dengan kesatuan yang ramah, rapi dan teratur sebagaimana masing masing
kemampuan yang dimiliki dikelola dengan baik menjadi talenta yang sangat kuat
dan mumpuni untuk mendukung kemajuan dari tubuh Kristus itu sendiri. Di
pastikan itulah kekuatanorang Kristen sepanjang masa menghadapi gejolak, masalah,
hantaman dari luar dan daari dalam.
Memang hal itu tidak mudah, tetapi untuk melem semua agar kuat dan
tangguh Paulus menasehati jemaat itu dalam bebera hal:
1. Memakai KASIH sebagai jaminan. Dia mengatakan agar Kristen hidup dalamikatan
kasih yang sungguh-sungguh bukan kasih yang didramakan sebagaimana ditunjukkan
dalam sinetron-sinetron. Para bintang menunjukkan indahnya kasih tetapi yang
mereka harapkan sebenarnya adalah uang dan
popularitas. Orang Kristen diharapkan sebagai pelaku-pelaku kasih tanpa
kepura-puraan. Kasih itu mendorong melakukan yang baik bukan yang jahat.
Sebagai pengajar
Sejarah gereja, saya sering menjelaskan kasih itu seperti yang dilakukan oleh
penginjil pertama ke tanah Batak. Bisakah kita bayangkan bahwa Nommensen yang
berangkat dari Jerman itu menghabiskan lebih dari 150 hari untuk mencapai tanah
batak? ( sama dengan 5 bulan di atas lautan dengan segala cuacanya) Dia yang
muda dan lahir di negeri maju bernama jerman? Apakah tidak sebagai kegilaan
saat itu kalau dia meninggalkan negerinya untuk menjadi orang Batak yang primitive
dan kolot? Kenapa dia tidak merasa takut, bahwa dahulu orang Batak yangmendiami
seputaran danau Toba adalah manusia belum beradab dan tergolong kanibalis? Bahkan
akhirnya lebih memilih mati di tanah Batak dari pada pulang ke tanah
leluhurnya? Tetapi itu dia lakukan untuk
meraih kita sebagai orang tebusan salib Kritus. Jadi kita sepatutnya terus
menerus mengingat pengorbanan itu.
2. Hidup saling menghotmati
Jaman yang
semakin semrawut penuh persoalan merumit ini, terkadang menimbulkansikap egoism
bahkan tidak menghormati orang lain. Akan tetapi sikap saling menghormati menjadikan sebuah masyarakat dan bangsa
menjadi besar. Kita bisa melihat bagaimana Jepang yang sangat maju itu tidak
pernah mengabaikan saling menghormati sesamanya termasuk orang lain. Ini terlihat
dari system antri yang patuh, memberikan tempat duduknya kepada yang lebih tua
kalau memang dibutuhkan, tidak merebut
hak orang lain walaupun dirinya sebenarnya masihkekurangan (seperti dalam antri
makanan waktu Tsunami menyerang). Tidak melanggar rambu-rambu lalulintas, Di
Indonesia bagaimana? Masih jauh tertinggal dari daerah lain, bahkan Jakarta
masih lebih baik disbanding dengan daerah lain. Tentu keteraturan dan saling
menghormati yang dimaksud Paulus disini adalah ketaraturan dan saling
menghormati dengan tulus tanpa kepura-puraan.
3. Paulus juga menasehetati agar hidup dalam
persekutuan dengan Tuhan serta melayani dia penuh semangat dan didalam roh.
Semakin sempit waktu dalam mengelola kehidupoan sehari hari. Itulah kenyataan
jaman ini. Tapi melayanin Tuhan adalah bagian dari menjadikan hidupo sebagai
ibadah seperti diungkapkan dalam yat 1. Saya rasa makna ayatn ini tidaklah kaku
dan mati, yang jelas melayani Tuhan adalah bersekutu dengan dia dalam kehidupan
kita. Jadi mari sisihkan waktu kita untuk Tuhan mendengarkan Dia dan melakukan kehendaknya.
4.
Ayat
terakhir dalam renungan ini berbunyi: Bersukacitalah dalam pengharapan,
sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa. Pengharapan adalah
kerinduan kita akan masa depan yang lebihbaik, lebih bahagia dan damai
sejahtera. Paulus menekankan hal tersebut walau dalam keadaan sulit. Bukankah abad
mula-mula itu sangat sulit? Sebab tidak ada jaminan bahw kita akan hidup besok,
karena tekanan hambatan dan
ancaman-ancaman. Tetapi Paulus menyatakan agar bersukacita dalam pengharapan. Tentu
sebab Allah akan mendengar doa-doa kita. Dan tidak ada yang mustahil bagi Dia
yang mendengar pengharapan pengharapan kita. Keadaan diatas berkaitan juga
dengan kesabaran dalam kesesakan.
Kesulitan, penderitaan, pergumulan tantangan berat akan senantiasa
menghadang dimanapun dan kapan pun. Paulus mengatakan agar senantiasa sabar. Kesabaran
tentu seirama dan sejalan dengan ketekukan yang akan mendatangkan tahan uji. Hal
itu dikatakan Paulus dalam Rom 5:3-4:” Kita malah bermegah juga dalam
kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan
ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan
pengharapan. Orang-orang yang sabar itu akanmenjadi tahan uji. Mereka yang
tahan uji itulah yang akan melihat matahari terbit di timur,
pengharapan-pengharapan besar.
5. Doa adalah satu-satunya cara berkomunikasi dengan Tuhan,
Tuhan akan mendengar doa-doa yang didoakan dengan benar, sehingga doa itu benar
benar berkuasa. Pengalaman kekuatan doa itu terlihat dalam hidup orang percaya
abad mula mula, seperti Petrus yang dilepas dari rantai penjara karena doa
murid-murid yang lain. Oleh karena
itulah Paulus mengatakan agar setiap orang percaya bertekun di dalam doa.
Pergumulan kita sepanjang masa dalam keadaan apapun bentuknya membutuhkan
anugerah Tuhan, sampaikanlah semuanya itu di dalam doa.
0 komentar:
Posting Komentar