Rabu, 01 Mei 2013


MENGASIHI DENGAN SUNGGUH

Paulus sebagaimana juga diungkapkan maha gurunya Yesus Kristus  bahwa kesatuan gereja adalah rumus tak tertawar dan menentukan masa depannya di dunia ini. Yesus telah mendoakan murid-muridnya agar hidup menyatu (Yoh 17) sebagai anggota Tubuh Kristus yang berpusat dalam satu arus komando dari kepala  yakni Yesus. Tidak rahasia lagi bahwa gereja akan mengalami tantangan sepanjang jaman yang akan menyiksa membunuh hingga pada akhirnya memadamkan gereja itu sendiri.
Keadaan itu telah terbukti dalam sejarah gereja mula-mula bahwa mereka mengalami penghancuran dari kaisar-kaisar di Roma. Atau hamper ditemukan di sejarah gereja wilayah manapun di muka bumi dan sepanjang jaman bahwa mereka akan tertindas. Untuk kenyataaan seperti itu tidak ada yang paling bisa diandalkan selain dari keesaan gereja itu sendiri.
            Paulus  sebagaimana juga sering kita temukan dalam surat-surat lain sering menekankan bahwa orang Kristen itu adalah produk kesetiaan Allah yang konsisten mengasihi hingga peristiwa salib merebut kembali orang percaya dari kekuasaan dosa dan menjadikannya sebagai umat pilihan dan bangunan dalam kerajaan Allah. Sebab salib juga telah menjadikan orang percaya sebagai umat pilihan keluarga kerajaan sorgawi. Tepatnya Paulus dalam Efresus  fasal 2 berkata:

19 Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, 20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. 21 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. 22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh. (Efesus 2:19-22)

Dengan status yang baru itu, selayaknyalah orng Kristen itu menjadikan hidupnya sebagai ibadah kepada Tuhan yang senantiasa dalam perubahan menuju manusia sejati yang segambar dengan rupa Allah. Dalam ayat yang pertama dan kedua  dari Rom 12 ini  Paulus menginginkan sesuatu senantiasa tetap terjadi dalam hidup itu sendiri. Dia berkata:
1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Ayat inilah yang menafasi rangkaian nasehat yang diungkapkan Paulus dalam ayat ayat dibawahnya termasuk ayat 9-13 yang menjadi renungan ini. Paulus memiliki konsep hidup agar menjadikan hidup sebagai ibadah kepada Tuhan.
            Ini menjadi persoalan sepanjang masa bahwa banyak orang Kristen tidak bisa menjadikan dirinya sebagai gambaran kemurahan Tuhan dengan segala anugerah kasihnya di tengah kehidupan kita. Bahkan yang paling seringlah yangkita lakukan, bahwa kita  mengingkari apa yang diharapkan Tuhan yang i. Kita tidak menghargakan statrus kita sebagai satu anggota dalam warga kerajaan sorgawi. Bahkan banyak orng Kristen keluar hingga tersesat dan tidak kembali, seperti nak domba yang terpisah dari kawanannya hingga diterkam binatang buas. Olah karena itulah perlu ditekankan kembali kesatuan orang percaya sebagai bagian dari anggota tubuh Kristus. Dengan kesatuan yang ramah, rapi dan teratur sebagaimana masing masing kemampuan yang dimiliki dikelola dengan baik menjadi talenta yang sangat kuat dan mumpuni untuk mendukung kemajuan dari tubuh Kristus itu sendiri. Di pastikan itulah kekuatanorang Kristen sepanjang masa menghadapi gejolak, masalah, hantaman dari luar dan daari dalam.
Memang  hal itu tidak  mudah, tetapi untuk melem semua agar kuat dan tangguh Paulus menasehati jemaat itu dalam bebera hal:
1.       Memakai KASIH sebagai jaminan.  Dia mengatakan agar Kristen hidup dalamikatan kasih yang sungguh-sungguh bukan kasih yang didramakan sebagaimana ditunjukkan dalam sinetron-sinetron. Para bintang menunjukkan indahnya kasih tetapi yang mereka harapkan sebenarnya adalah uang dan  popularitas. Orang Kristen diharapkan sebagai pelaku-pelaku kasih tanpa kepura-puraan. Kasih itu mendorong melakukan yang baik bukan yang jahat.
Sebagai pengajar Sejarah gereja, saya sering menjelaskan kasih itu seperti yang dilakukan oleh penginjil pertama ke tanah Batak. Bisakah kita bayangkan bahwa Nommensen yang berangkat dari Jerman itu menghabiskan lebih dari 150 hari untuk mencapai tanah batak? ( sama dengan 5 bulan di atas lautan dengan segala cuacanya) Dia yang muda dan lahir di negeri maju bernama jerman? Apakah tidak sebagai kegilaan saat itu kalau dia meninggalkan negerinya untuk menjadi orang Batak yang primitive dan kolot? Kenapa dia tidak merasa takut, bahwa dahulu orang Batak yangmendiami seputaran danau Toba adalah manusia belum beradab dan tergolong kanibalis? Bahkan akhirnya lebih memilih mati di tanah Batak dari pada pulang ke tanah leluhurnya?  Tetapi itu dia lakukan untuk meraih kita sebagai orang tebusan salib Kritus. Jadi kita sepatutnya terus menerus mengingat pengorbanan itu.
2.      Hidup saling menghotmati
Jaman yang semakin semrawut penuh persoalan merumit ini, terkadang menimbulkansikap egoism bahkan tidak menghormati orang lain. Akan tetapi sikap saling menghormati  menjadikan sebuah masyarakat dan bangsa menjadi besar. Kita bisa melihat bagaimana Jepang yang sangat maju itu tidak pernah mengabaikan saling menghormati sesamanya termasuk orang lain. Ini terlihat dari system antri yang patuh, memberikan tempat duduknya kepada yang lebih tua kalau memang  dibutuhkan, tidak merebut hak orang lain walaupun dirinya sebenarnya masihkekurangan (seperti dalam antri makanan waktu Tsunami menyerang). Tidak melanggar rambu-rambu lalulintas, Di Indonesia bagaimana? Masih jauh tertinggal dari daerah lain, bahkan Jakarta masih lebih baik disbanding dengan daerah lain. Tentu keteraturan dan saling menghormati yang dimaksud Paulus disini adalah ketaraturan dan saling menghormati dengan tulus tanpa kepura-puraan.
3.      Paulus juga menasehetati agar hidup dalam persekutuan dengan Tuhan serta melayani dia penuh semangat dan didalam roh. Semakin sempit waktu dalam mengelola kehidupoan sehari hari. Itulah kenyataan jaman ini. Tapi melayanin Tuhan adalah bagian dari menjadikan hidupo sebagai ibadah seperti diungkapkan dalam yat 1. Saya rasa makna ayatn ini tidaklah kaku dan mati, yang jelas melayani Tuhan adalah bersekutu dengan dia dalam kehidupan kita. Jadi mari sisihkan waktu kita untuk Tuhan mendengarkan Dia dan melakukan kehendaknya.
4.      Ayat terakhir dalam renungan ini berbunyi: Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa. Pengharapan adalah kerinduan kita akan masa depan yang lebihbaik, lebih bahagia dan damai sejahtera. Paulus menekankan hal tersebut walau dalam keadaan sulit. Bukankah abad mula-mula itu sangat sulit? Sebab tidak ada jaminan bahw kita akan hidup besok, karena tekanan hambatan dan ancaman-ancaman. Tetapi Paulus menyatakan agar bersukacita dalam pengharapan. Tentu sebab Allah akan mendengar doa-doa kita. Dan tidak ada yang mustahil bagi Dia yang mendengar pengharapan pengharapan kita. Keadaan diatas berkaitan juga dengan kesabaran dalam kesesakan.  Kesulitan, penderitaan, pergumulan tantangan berat akan senantiasa menghadang dimanapun dan kapan pun. Paulus mengatakan agar senantiasa sabar. Kesabaran tentu seirama dan sejalan dengan ketekukan yang akan mendatangkan tahan uji. Hal itu dikatakan Paulus dalam Rom 5:3-4:” Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Orang-orang yang sabar itu akanmenjadi tahan uji. Mereka yang tahan uji itulah yang akan melihat matahari terbit di timur, pengharapan-pengharapan besar.
5.      Doa adalah  satu-satunya cara berkomunikasi dengan Tuhan, Tuhan akan mendengar doa-doa yang didoakan dengan benar, sehingga doa itu benar benar berkuasa. Pengalaman kekuatan doa itu terlihat dalam hidup orang percaya abad mula mula, seperti Petrus yang dilepas dari rantai penjara karena doa murid-murid yang lain.  Oleh karena itulah Paulus mengatakan agar setiap orang percaya bertekun di dalam doa. Pergumulan kita sepanjang masa dalam keadaan apapun bentuknya membutuhkan anugerah Tuhan, sampaikanlah semuanya itu di dalam doa.





0 komentar:

Posting Komentar