PAKPAK
elson lingga
Ketika sang
hidup memahat sorga, terjatuhlah sekeping eden ke bumi, itulah tanoh Pakpak
simerandhal, negeri beradab negeri yang ramah berbalut hijau, yang setiap jengkal tanahnya dilit sungai mengular, negeri subur memberi
susu dan makanan bagi kami anak-anaknya.
Pakpak
Bukanlah sebuah kata tanpa rasa tanpa
makna
Adalah tentang aku dan akuku, mulai dari senyum leluhurku,
marah, menangis, bahkan pesta hingga kematianku. Terrekam dalam alunan tangis
milangi bahkan odong odong perkemenjen.
Berkumpul
bersama di iringi kalondang bak
kecapi, meningkahi suka ria gemulai jemari
putri kami saat menarikan tari menapu kopi, tintoa ser, takur-takur dengdeng, persulangat dan yang
lain.
Pakpak
Bukanlah sebuah kata tanpa makna
Adalah tentang keindahan lantunan kata
yang tertata rapi dari pertaki, pujangga, raja perkata, bahkan ketika tutur
tinutur tetua tentang Sitagan dera, corik mulak mi sumbung, nantampuk mmas, raja
kin dekket raja mulana dan ratusan kisah penyemangat hidup peƱata etika.
Pakpak
Apakah ceriamu, masih seperti dulu ketika kami berkumpul di setiap
pelataranmu? Ya si Berutu, Solin,Banurea, Padang, Sinamo, Bancin, Manik, gajah, beringin, sitakar, tenendung, dan putra-putri kabeaken dan lembeng menari bersama menandakan bermurahnya engkau atas panen berlimpah?
ketika Tumangger, Anakampun, maharaja,
kesogihen, tinambunen, turuten, mungkur , berasa khusuk dalam ritual menanda tahun?
Doa-doa saudaranya dari Keppas bermarga
Angkat, Ujung, Maha, Capah, Saraan,
Kudadiri, pinayungen terlantun indah dari tingkap-tingkap masjid, memberi semangat dan pengharapan sorgawi bagi saudaranya di pinggir laut Singkil? Yang tiap
harimenantang badai? Sambo, Gurinci, Meuraxa, dan kombih?
Namun negeri tenang seolah menina bobo tanoh pegagan
sehingga penuh senyumlah Lingga, Manik, Matanari, Kaloko, Maibang, bahkan sagala dan sikettang
menikmati bahan makanan yang tak pernah
habis…
Tapi itu dulu…
Pakpak
sekarang
anak –anakmu telah berbeda,
dilanda modernisasi bahkan globalisasi
kami telah lebih mencintai
hambureger dari pada pelleng si cina mbara, koka kola dari pada pola ntenggi. Lebih
memilih mie ayam dari pada ginaru,
ndirabaren .
Kemenjen
bak keberuun tidak terurus lagi, sebab proyek, menjual kayu, adalah
lebih menjanjikan, walau kemudian hilanglah odhong-odhong dari telingamu.
Bahkan marga yang kau berikan untuk
anak-anakmu terasa aneh bagiku dan lebih memilih marga lain, Simbolon,
Sihotang, sinaga dsb.
Doa doamulah yang dikabulkan, sehingga
banyak dari kami berhasil di tanah rantau, tetapi kemudian kami lebih memilih
menghubungimu lewat handpone dari pada mengunjungimu, dan memeluk tubuh
ringkihmu walau kami tau engkau begitu rindu
atas kepulangan kami.
Tetapi Berdoalah terus walau kami lupa, doamu suatu saat membangunkan kami dari
tidur liar ini, agar kami mencintaimu dan merindukanmu setulusnya untuk
kemudian mengajarkan kerinduan itu kepada anak-anak kami….
0 komentar:
Posting Komentar