Rabu, 23 Juli 2014

ROH KUDUS, DOA DAN PENGHARAPAN
                              Nats: Roma 8:26-30                           Pembimbing:  Mazmur 119:129-136
Saudara yang kekasih,
Minggu ini kita membaca nasib tragis saudara kita umat Kristen di Mosul, wilayah Irak yang sekarang dikuasai kelompok ISIS. Mereka diberi 3 pilihan, beralih kepercayaan, membayar Yizha (pajak yang harus dibayarkan non muslim kepada mereka yg muslim terlebih untuk membayar tentara yang berjuang dalam islam) atau meninggalkan daerah itu kalau tidak, akan dibunuh. Itulah yang menyebabkan lembaran-lembaran koran, bahkan siaran TV dihiasi pengungsi besar-besaran. Padahal dari sejarah gereja kita ketahui bahwa penginjil-penginjil (yang tidak terkenal dan tertulis dalam sejarah) pada awal abad mula-mula telah memberitakan Injil ke wilayah itu, sehingga tercatat tahun 150 di Edessa dan Arbil (Irak dan Iran). Disana sudah ada gereja, persekutuan Kristen dengan segala kesaksian-kesaksiannya. Mereka yang menerima Injil waktu itu, bukan orang atau bangsa lain, tetapi mereka pemilik negeri itu sendiri,. setelah ribuan tahun dalam suasana harmonis kini terpaksa meninggalkan wilayahnya tanpa tujuan yang pasti.

Penderitaan nampaknya akan berulang terus setelah pada abad permulaan orang Yahudi dan pemerintahan roma menjadikan kaum Kristen menjadi target kebencian dan target pemusnahan. Gereja telah meninggalkan Sinagoge dan membentuk komunitas peribadahannya tetapi kebencian kaum Yahudi dan menuduh mereka sebagai agama misterii.pemakan daging dan peminum darah manusia (penyesatan arti perjamuan kudus yang setiap ibadah dilakukan ketika itu). Alasan itu telah lebih dari cukup untuk membenturkan mereka dengan pemerintahan Romawi yang menganggap Kaisar juga sebagai dewa yang harus disembah. Kondisi yang rumit penuh dengan dakwaan dan pembunuhan-pembunuhan adalah derita berkepanjangan dirasakan oleh setiap orang Kristen ketika itu.
Kondisi itu juga melatar belakangi banyak tulisan Paulus sebagaimana kita bisa telisik dalam Roma 8:26-30. Akan teteapi apa yang dialami selama dibumi ini, tidaklah menjadi paling utama lagi karena masih ada yang melebihi semua itu, yakni harta sorgawi  yg dijanjikan bagi orang percaya sebagai pewaris-pewaris. Sebagai komunitas yang berpengharapan atas berkat karunia Allah, Paulus melihat bahwa berdoa menjadi medium transendental untuk menguatkan, sebab Allah benar benar mendengar setiap rintihan orang-orang percaya. Kita melihat betapa kuasa dosa mampu memerdekakan seperti dialami para rasul,ketika mereka menghadirkan tanda tanda shalom Allah dengan membuat muzizat? semua itu dilakukan melalui doa. kita bisa membaca Kisah Rasul 4, bagaimana Petrus berdoa agar Allah menyembuhkan banyak orang (Kis 4:23-31),  Bahwa untuk pengharapan yang tidak kita lihat, bertekun menjadi sangat penting.Maka doa yang berakar dalam kehidupan harus sebangun dengan kehidupan harus berakar dan berdasar dalam doa.

Antara janji keselamatan dan kepedihan bahkan penderitaan sebagai konsekuensi pemilihan Allah sudah barang tentu Roh Kudus menjadi penghibur, pembela dan penguat. Tentu memahami bahwa hidup ini tidak selalu datar. Lihatlah, dari permukaan bumi ini terlihat jelas bagaimana tanah berbatu-batu bergunung gunung, lembah yang curam terjal. Bahkan hingga kini masih banyak wilayah yang tidak bisa di jamah karena sulitnya wilayah. belum lagi lautan yang sepanang tahun dilanda badai, membahayakan pelayaran. Atau juga gurun pasir di Afrika, Timur Tengah dan Australia yang sangat kering tk layak menunjang hidup. Bukankah itu juga menggambarkan bahwa hidup kita berada dalam kesukaran? Gambaran yang umum tentang sulitnya mendapatkan nafkah semakin hari semakin berat, jumlah warga miskin dan pengagguran semakin tinggi dan pasti membuat banyak keluarga menderita. Dalam kondisi sulit itu Roh Kudus memberikan kekuatan, Dia  mendengar setiap rintihan dan berdoa kepada Bapa untuk  memberi anugerah dan kebaikan bagi hidup kita. Menurut saya ungkapan ini sengaja dihadirkan Paulus untuk menunjukkan betapa Roh Kudus begitu solider, peduli, empaty, simpati  dan antusias terhadap kita. Bahwa pergumulan kita adalah bagian duka serta air mata Tuhan. Keadaan ini pernah diperlihatkan Yesus ketika Dia turut menangis melihat kematian Lazarus saudara Martha dan Maria di Betany (Yoh 11:1-44). Oleh karena itu Roh Kudus menjadi peenghibur dan seperti pendapat Andar Ismail, bahwa Roh Kudus adalah dunamai  yang diberikan bagi orang percaya. Dunamai adalah kekuatan, seperti kata dinamit (dari kata dunamai)  energy kekuatan yang mampu menghancurkan batu karang untuk meratakan jalan. Roh Kudus menjadi kekuatan menjalani kehidupan walau bergunung gunung, berbatu, kering, terjal, curam bahkan gelap tanpa harapan. Roh Kudus memberi arah bagi perjalanan hidup orang percaya.

Dalam ayat 28 juga ditegaskan Paulus bagaimana kepedulian, bahkan turut bekerja untuk kebaikan kita. Bagian ini sangat menghibur anak-anak Tuhan ketika mereka harus menderita dalam hidup ini.
Allah akan mendatangkan kebaikan dari semua kesesakan, pencobaan, penganiayaan, dan penderitaan; hal baik yang dikerjakan ialah menjadikan kita serupa dengan gambaran Kristus dan akhirnya menghasilkan kemuliaan kita (ay. 29). Lebih dari situ dipahami bahwa janji ini terbatas bagi mereka yang mengasihi Allah dan telah menyerahkan diri kepada-Nya melalui iman kepada Kristus..

Bagaimanakah kita memahami bahwa Allah bekerja menjadikan kita serupa Kristus sehingga kita mendapatkan kemuliaan? saya melihat bahwa Roh Kudus tetap menghibur dan memberi kekuatan kepada kita untuk tetap setia dalam segala peristiwa yang datang.  Warna warni pengalaman hidup di dalam Tuhan justru  menjadikan kita semakin dekat kepada kesempurnaan Kristus hingga akhirnya menerima mahkota kemuliaan (Filipi 2:5-11). Kuncinya adalah kesetiaan kita hidup menurut gambarannya, mendengar jalan hidup serta meneladaninya. Tentu banyak diantara kita bertanya selama di dunia ini kecenderungan hidup untuk jauh dari Tuhan semakin merapat frekuensinya seiring godaan-godaan, apakah saya kelak layak diantara mereka yang dibangkitkan dan bersama menerima kemuliaan itu? Luther mengatakan bahwa gereja adalah organ yang diperbaharui dan memperbaharui setiap saat, ecclesia reformata semper reformanda, yang berarti tidak persoalan seberapa sering anda jatuh tetapi kunci utama apakah anda bangkit dan memperbaiki diri hingga akhirnya bisa meninggalkan dosa itu untuk selamanya... Bisa saja kehidupan ini melukaimu tetapi janganlah terjatuh dan tak bangkit lagi. Bangkitlah dan berbuahlah.

Untuk ini bagus bagi kita melihat kehidupan pohon karet. Sepanjang hidupnya, setiap hari petani mengiris kulitnya untuk mengambil getahnya, diolah menjadi karet gelang, ban sepeda motor, mobil, dan yang lain. Mungkin tidak ada yang paling penting dari pada karet...walaupun tiap hari pohon karet dilukai tetapi pohon itu menghasilkan bahan yang sangat berguna, dan karet itu pun tetap tumbuh bertambah besar. Kita juga patut menjadikannya pelajaran hidup, walau tiap hari terlukai tetapi tetap berniat menjdikan hidup berguna, berbuah bagi orang lain. Hanya dengan demikian pengharapana kita akan kita dapatkan.

Atau lihat juga pohon kelapa ditepi pantai. Boleh saja badai laut yang sangat keras menghantam  hingga  batangnya patah dan buahnya berserakan tetapi buah yang jatuh ke laut, walau terbawa arus dan gelombang kemana-mana, tetapi ada saatnya walau sangat lama buah itu akan terbawa kepantai oleh ombak. Buah itu akan menjadi penerus pohon induknya, akar akan tumbuh dari kulitnya mencengkeram tanah dan mencari hara tanah untuk dibawa ke tubuhnya yang kecil, namun pasti kelak akan menjadi besar bahkan lebih besar dari induknya yang patah buahnya juga akan diharapkan manusia, dan binatang binatang. Bisakah kita mendapatkan pelajaran hidup beriman dari sana?

0 komentar:

Posting Komentar