Jumat, 02 Agustus 2013

MENJADI KRISTEN PENGASIH DAN PENGAMPUN
Pdt. Elson Lingga MTh

Saudara yang kekasih,
Membaca kisah-kisah di berbagai daerah di muka bumi ini, satu hal yang pasti bahwa orang-orang Kristen pembuka sejarah itu senantiasa mendapat penolakan bahkan bisa terjadi juga penganiayaan hingga pembunuhan. Bayangkan di tanah Batak ketika sejarah mencatat bagaimana Munson dan Lyman dibunuh di Lobu Pining sebagai orang yang berniat baik tetapi harus terbunuh dengan kejam.

Pada abad pertama, tahun 60-65 Petrus menuliskan suratnya yang pertama kepada orang-orang Yahudi di perantauan, berisi penghiburan dan penjelasan bahwa dibalik segala peristiwa yang sangat berat  dan dialami dengan sulit, ada pengharapan besar di dalam Yesus Kristus sebagai pokok iman. Apapun yang terjadi, upah orang percaya berada di dalam sorga. Kenapa Petrus menuliskannya? ya....seperti saya terangkan tadi, ada hambatan bagi mereka, pertama teman-teman sesuku  sebagai orang Yahudi yang tidak tertarik menjadi Kristen justru menjadi penghasut, menjelekkan orang Kristen, dan kemudisn disambut oleh pemerintah yang belum mengakui kekristenan ketika itu yang kemudian menganiaya dan membunuhi mereka. Orang percaya yang  disebut "pendatang dan perantau" (1 Pet 2:11) di ingatkan bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1 Petrus 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1 Pet 2:12-17). Ingat tahun 64 adalah tahun penuh penderitaan bagi orang Kristen di mana terbakarnya kota Roma, oleh Nero menuduh orang Kristenlah pelakunya.
Sama seperti situasi-situasi yang dialami banyak saudara kita di Afganistan, Pakistan, Mesir, bahkan Nigeria dan negara negara lain. Mereka tidak bebas bersosialisasi dengan penduduk setempat, dianggap agama misteri penuh keanehan, kemudian dengan berbagagai alasan di hina, dicaci maki, dikriminalisasi bahkan di rajam.
Namun Petrus menganjurkan satu formula etika menyikapi keadaan itu. Bukan menghunus pedang,  mempersiapkan mitraliur, atau membalas. Bukan pula bersembunyi menghindari pembenci, seperti dilakukan orang-orang penakut. Bukan pula berkomfromi menawarkan sesuatu, atau bahkan menghambakan diri atau tawarmenawar hingga diri dan kehormatannya tergadai. Tetapi Petrus menganjurkan supaya mendengar kembali ajaran-ajaran Guru Agung, Yesus. Seperti Dia katakan: Mengasihi, dan itulah yang kembali direkomendasikan Petrus.

Pertama kasih itu ditunjukkan dalam keluarga besar umat percaya seperti dikatakan dalam ayat 8:"... hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati". Tentu tidak sulit mamahami ayat ini, bahwa mereka harus satu ikatan berlandaskan kasih dan kerendahan hati. Ini memang sangat muda di pahami, walau melakukannya justru sangat berat. Tetapi kalau mereka bisa membina kasih sebagai mata air yang senantiasa menyejukkan, menyemangati, dan memberdayakan ikatan tersebut sudah pasti ikatan itu semakin teguh, kuat dan sangat lentur. Tetapi kalau kasih itu hilang, maka keluarga itu kan menjadi kering, rapuh, bahkan akhirnya ringkih dan tercerai berai. Kasih yang terlihat dalam seia sekata dan rendah hati itu membat mereka mampu bertahan melawab gempuran berbagai peristiwa. Lihatlah, dan bandingkanlah keluarga-keluarga yang tidak dilandasi dengan cinta kasih yang kuat, yang pernikahannya didirikan diatas pelbagai kepentingan seperti diatas kepentingan politik atau bahkan harta, keluarga seperti ini tidak akan mampu bertahan dalam kesulitan hidup. Sama halnya dengan gereja, perhatikanlah bahwa tidak ada gereja yang hancur karena tidak ada uang, bahkan sering kita lihat anggota jemaat banyak yang kaya, tetapi tidak juga mampu menyelesaikan gerejanya. Kasih dan kesetiaan merekalah yang kering.

Kemudian kepada mereka juga dikatakan agar tidak terlibat dalam praktek balas dendam, sebaliknya mampu mengampuni musuh-musuhnya dengan tidak membalas kejahatan yang mereka terima. Itulah yang dikatakan Yesus dalam Mat 5:44 ketika dia mengatakan:  "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu". Hanya dengan pengampunanlah kita akan mendapat simpati dan memenangkan masa ke depan. Tidk dengan senjata, tidak dengan dendam, tetapi berlaku luar biasa menjadi orang pengampun. 

Anda tahu bagaimana Nommensen memenangkan orang Tapanuli dulu? Pdt. Dr. Andar Lumbantobing bercerita dalam bukunya berjudul Nommensen sbb: Di awal pelayanannya Nommensen dimusuhi orang-orang Batak, bahkan mereka mengepung rumah Nommensen, tetapi mereka takut menggedor pintu rumah itu, sebab Nommensen memiliki sebuah senapan. Pernah mereka bertaruh di mana dukun-dukun dihadirkan dan mengatakan "lihat kami membawa guru-guru yang sakti. Dengan mantra mereka bisa menjatuhkan seekor burung yang terbang di atas". Tetapi Nommensen mengatakan "cobalah tunjukkan kepadaku", tetapi tak terbukti kehebatan dukun dukun itu. Kemudian Nomensen masuk ke rumah dan mengambil senapannya, "lihat" katanya "Aku akan menjatuhkan burung itu", kemudian mengeker dan menarik pelatuknya, tam...burung itu pun terjatuh. Mulai saat itu orang-orang Batak itu takut, tetapi tak mengurungkan niatnya mau membunuh Nommensen. Malam itu mereka menunggu Nommensen keluar, namun hingga malam telah jauh beliau tidak membuka pintunya. Karena telah kecapean dan kedinginan musuh-musuh Nommensen itu pun tertidur di sekitar rumah. Saat itulah Nommensen keluar  menyelimuti mereka semua. Keesokan harinya mereka terbangun dan melihat apa yang diperbuat Nommensen, mereka jadi malu dan kemudian meminta maaf bahkan semuanya akhirnya bersahabat bahkan masuk Kristen.

Melakukan kebaikan adalah tugas kita sebagai orang Kristen karena kita telah diberkati oleh Tuhan, sehingga kita juga selayaknya menjadi berkat bagi orang lain. Bukan hanya di dalam hati, tetapi juga dalam prkatek hidup yang bisa dilihat dan dirasakan orang lain, yakni hidup benar baik dalam perkataan dan perbuatan. Bukankah kita sering berkata-kata bahwa kita seorangKristen? tetapi prilaku kita mungkin justru antithese dari jati diri kekristennan itu? prilaku adalah buah keyakinan. kalau seorang berbuat jahat itu karena otaknya dan nuraninya memang telah tercemar oleh anasir-anasir jahat itu. Kalau kita orang Kristen tentu pikiran dan hati nurani kita dipenuhi nilai-nilai ajaran Yesus itu, maka pasti kita berbuah kebaikan yang bisa dikecap dan dirasakan orang bahkan agama lain. Hanya dengan cara begitulah kita menggarami, memberi rasa sehingga kebenaran kita dikenal dan kemudian dihargai dunia ini.

Boleh jadi melakukannya berat dan memang sangat berat, tetapi Tuhan akan tetap bersama kita: Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat.(ay. 12).
Beberapa pokok pikiran yang patut kita renungkan:
1. Sudahkah kita mampu menjadi orang Kristen yang saling mengasihi?
2. Sudahkah kita mampu menjadi orang Kristen yang mampu mengampuni?
3. Sudahkah kita menjadi orang Kristen yang memberkati?
4. Sudahkah kita menjadi orang Kristen yang berbuah dan berdampak bagi sekitar kita?
Yesus akan bersama dengan anda  melakukannya. Syalom.


0 komentar:

Posting Komentar