Teologi Perjanjian Baru
George Eldon Ladd
Penyarian
: Teologi Sinoptik
Dalam
Buku :Teologi Perjanjian Baru
Jilid
1
Penerbit : Kalam Hidup, Bandung
Tahun : 2013
1.
Pendahuluan : Era
reformasi adalah awal era teologi Alkitab dimana Alkitab dianalisa untuk tafsiran
murni, dalam terang sejarahnya agar terhindar dari allegorese. Kendati karena
kekurangan pemahaman sejarah perjanjian Lama meinimbulkan kesalahanbaru, bahwa
Alkitab Perjanjian Lama difahami dalam terang Perjanjian Baru, Calcin menulis
seolah-olah orang Yahudi mengetahui
doktrin Kristus (institutes II, VI, 4). Namun kemudian pada masa skolasitik,
kemunduran terjadi lagi. Alkitab dipakai mendukung pandangan-pandangan otodoks.
Alkitab dianggap tidak memiliki sejarah, tidak memiliki kesalahan dan tidak
memiliki kemajuan. Pada abad 18, suatu teologi Alkitab sebagai displin ilmu
baru terbebas dari control gereja, menafsirkan Alkibab
menjadi objektifitas yang sempurna. Kelemahannya muncul lagi bahwa Alkitab
tidak dipandang sebagai pewahyuan Roh
Allah melainkan sebagai caratan sejarah manusia. Alkitab hanyalah
himpunan tulisan agama. Kesimpulan ini
diungkapkan pertama kali oleh J.P. Gobler (1787) seorang rasionalis, membedakan
teologi Alkitab dan teologi dogmatis.Pandangan ini kemudian didukung kaum
rasional seperti Baumgarten Crusius (1828), Kaiser (1813) mereka bersemangat
mencari penafsiran Alkitab yang cocok dengan hukum-hukum Alam. Rasionalisme
kemudian digantikan pengaruh filsafat
idealis Hegel (1813) yg menyatakan adanya Roh Absolut yang menyatakandiri dalam
alam semesta dan pekerjaan manusia. Penerusnya, F.C. Baur meninggalkan upaya
rasionalistis untuk menemukan kebenaran abadi dalam PB. Namun dia telah memberi
sumbangan bahwa theologia alkitabiah tidak dapat dipisahkan dari sejarah. Tentu pandangan ini mendapat perlawanan dari
kaum ortodoks, dengan mencoba mempertahankan
otoritas dan pewahyuan dengan pendekatan
historis dengan mengembangkan
teologi heilsgeschichte
(sejarah Keselamatan), seperti JCK. Hofmann yang menemukan keselamatan dalam kandungan Alkitab. Heilgeschichte
merupakan kunci terbaik mengerti kesatuan Alkitab. Sehubungan dengan ini aliran Erlangen juga memunculkan pemikiran mereka bahwa
alkitab bukanlah hanya satu kumpulan doktrin, tetapi sebagai satu
kesaksian tentang apa yamg dilakukan
Allah dalam sejarah Keselamatan. Berbeda
dengan pandangan Baur, kaum liberal seperti Rudolf Bulltmann tidak bisa
menerima kebenaran mutlak dalam relativisasi sejarah. Ini ditepis dengan
pandangan romantisme yang memandang kepribadian sebagai satu kuasa pembentuk
sejarah. Usaha-usaha mereka menghasilkan hipotesa Q, penemuan prioritas Markus
sebagi penyelesai permasalahan Sinoptik.
Para libralis kuno menyatakan adanya Yesus historis yang sebenarnya bebas dari
tafsiran teologi. Tokoh lain yang menulis buku What is Christiaity adalah Adolf
Harnack. Kemudian muncul lagi faham bernama religionsgeschichtliche yang melihat bahwa kekristenan bukanlah
satu teologi tetapi adalah satu agama, seperti tokohnya R.Wrede yang menentang
metoda penafsiran teologi perjanjian Baru sebagai suatu rangkaian system
doktrin, karena iman Kristen bukanlah
teologi tetapi adalah agama. Mereka menafsir alkitab dengan pernyataann
pengalaman agama. H. Weinel mengatakan kekristenan adalah etika agama
penebusan.
2.
Yohanes Pembaptis: Setelah ratusan tahun tidaka
terdengar suara Tuhan melalui manusia, kemunculan Yohanes pembaptis yang
menyarakan perobatan dan penghukuman Tuhan. Dari sana lahirlah kehidupan agama kitab yang menafsirkan
kehendak Allah hanya atas dasar tuntutan ketaantan melakukan taurat. Tidak
ditemukan bukti bahwa ada penulis tulisan-tulisan yang menunjukkan bagaimana pelayanan kepada
masyarakat tentaerajaan Tuhan. Golongan Qumran menantikan perwujudan
apokaluptis tersebut namun mereka menyingkir ke padang gurun dan tidak berusaha
menyiapkan umat untuk menanti kedatangannya. Golongan Qumran adalah satu gerakan nubuat eskatologis,
mereka mengklaim memperoleh ilham Roh
Kudus namun dalam terang Perjanjian Lama. Seluruh prilaku Yohanes adalah tradisi
kenabian, yang memberitahukan bahwa Allah akan segera bertindak. Pemberitahuan Yohanes mengenai tindakan Allah tersebut mencakup dua
aspek; yang akan terjadi adalah baptisan berganda, yakni dengan Roh kudus dan
dengan api. Penjelasan api sebagai tidak
terpadamkan (Mat 3:12) menunjukkan
kepada penghukuman eskatologis. Pemberitahuan Yohanes mengenai Kerjaaan itu
mengantisipasi pemenuhan pengharapan
Perjanjian Lama dalam dua arah. Allah yang bertindak dalam kuasa rajani untuk
keselamatan orang orang benar, dan menghukum orang-orang jahat. Sehubungan
dengan Kerajaan yang akan datang maka Yohanes meminta agar bangsa Israel
bertobat. Pertobatan (metanoia) merupakan ide perjanjian Lama yang berarti
berpaling (shub) dari dosa kepada Allah.
Dalam tulisan para rabi terdapat kontradiksi
mengenai pertobatan, dalam satu sisi ada kepercayaan umum di Israel
mengatakan bahwa kesetiaan Abraham
memberi jasa besar bagi semua. Namun dalam sisi lain rabi juga memberi
nilai tinggi pada pertobatan. Pertobatan dipahami sebagai doktrin keselamatan
Yahudi. Alasannya karena pertobatan dipahami dalam terang hukum Taurat. Dalam
hubungan Yohanes dengan Yesus terlebih
setelah Yohanes dipenjara terkesan ada kekecewaan Yohanes ketika dia mengutus
murid-muridnya menanyakan kemesiasan Yesus. Yohanes mulai putus asa dan mulai
meragukan kesungguhan panggilan dirinya. Tetapi penegasan Yesus adalah bahwa
nubuat Yesaya dalam Yesaya 35:5-6 sedang digenapi.
3.
Perlunya Kerajaan itu: Dunia dan Manusia
Dualisme eskatologis: para nabi Perjanjian Lama
mengharapkan hari Tuhan dalam lawatan ilahi untuk membersihkan dunia dari
kejahatan, dosa serta menegakkan pemerintahan Allah yang sempurna di bumi ini.
Memperoleh hidup yang kekal itu adalah mengharapkan jaman yang akan datang
sebagaiamana jawaban Yesus kepada pemuda kaya (Markus 10:30). Zaman yang akan
datang dipandang sebagai masa penebusan yang dilakukan Yesus. Sehingga zaman
yang akan datang adalah berkat. Bukan hanya kebangkitan yang menandai peralihan
dari zaman ini kepada zaman yang datang. Parousia Kristus akan menandai
penutupan zaman ini (Mat 24:3) anak manusia akan datang dengan kuasa dan
kemuliaan besar. Ada kemungkinan mengenai parousia yang ditulis oleh
penulis-penulis perjanjian baru berangkat dari pemahaman Perjanjian Lama yang
diakhiri dengan bencana. Namun Yesus lebih melihat dunia yang penuh dengan dosa
dan kejahatan perlu diselamatkan dalam parousia. Dunia Roh. Iblis: Setelah baptisan, Yesus dibawa Roh ke padang
Gurun unduk dicobai iblis (Mat 4:1). Gunung itu sangat tinggi sehingga seluruh
kerajaan duniawi bisa ditatap, sehingga si Iblis berkata bahwa dia akan
menyerahkan semuanya itu kepada Yesus (Luk 4:6). Konsep Roh-roh adalah dari
Perjanjian lama yang menggambarkan Allah dikellingi oleh roh yang melayani Dia
(Mzm 82:1; 89:7). Dalam Ayub dikatakan bahwa iblis itu adalah salah satu dari
anak-anak Allah yang muncul di hadapan Allah
untuk menuduh Ayub dan menerima ijin untuk mencobainya. Pekerjaan
utamanya adalah melawan tujuan penebusan Allah. Dalam sinoptik kegiatan Iblis
terlihat dalam beberapa aspek terutama dalam membuat seseorang sakit (Luk
13:16). Namun juga bersifat etis, misalnya dalam perumpamaan lalang diantara
gandum (Mat 13:38) gandum merupakan anak-anak Kerajaan sementara lalang ialah anak-anak si jahat. Setan-setan: Dalam sinoptik kuasa iblis
yang paling menonjol adalah kemampuan merasuki manusia yang Nampak dalam pelbagai
cara misalnya menjadi bisu (Mat 9:32), penyakit ayan (Mat 17:15-18). Yesus
mengalahkan setan dengan menyembuhkan yang kerasukan. Dengan demikian kita
melihat bahwa Yesus secara sadar mengetahui pelayananNya adalah juga untuk
mengalahkan kuasa Iblis yang begitu kuat di muka bumi. Dunia: Yesus tidak memandang dunia ini sebagai dunia yang jahat
walaupun didalamnya ada iblis yang jahat. Yesus berlawanan dengan gnostisme
yang memandang dunia ini adalah jahat. Allahlah pencipta alam semesta ini (Mrk
13:9; Mat 19:4). Bukan hanya mencipta tetapi juga menopangnya, dengan
mendandani bunga bakung diladang dan memberi makan burung gagak (Luk 12:22
dst). Namun Yesus mengatakan bahwa adalah tidak ada untungnya manusia
memperoleh seluruh dunia kalau dia
kehilangan nyawanya (Markus 8:36) dunia (Kosmos) dalam hal ini bukanlah dunia secara fisik namun seluruh
kompleks pengalaman di dunia. Manusia:
Dalam hal ini eskatologi ialah hubungan bapa-anak antara manusia dengan Allah. Ada 4 hal yang penting: dimata Allah kehdiupan manusia adalah unik
mempunyai nilai yang tak terhingga. Kedua adalah kewajiban manusia sebagai anak
Allah manusia berutang untuk percaya dan setia, ketiga adalah deduksi
persaudaraan manusia secara alamiah.
Keempat walaupun manusia telah jatuh
kedalam dosa, tetapi dosa tidak merusak kebapaan Allah. Misi Yesus adalah
kemanusiaan itu sendiri.
4. Kerajaan Allah: Para ahli sepakat bahwa Kerajaan Allah adalah pusat
pemberitaan Yesus. Sangatlah berfariasi penafsiran ahli tentang Kerjaan Allah
tersebut. Agustinus dan para reformator menafsirkannya sebagai Gereja, namun
sekarang banyak ditolak. Gereja memang umat dari Kerjaaan itu tapi tidak dapat
disamakan dengan Kerajaan itu. Harnack (pemikir Liberal kuno) mengatakan bahwa
Kerajaan Allah sebagai agama nubuat murni
yang diajarkan Yesus. Untuk mendalaminya di Inggris, tafsiran yang paling
berpengaruh adalah dari C.H. Dodd. Dia
menganggap apokaluptik tidaklah penting. Dia berpendapat Kerajaan yang
dilukiskan dalam bahasa apokaluptik adalah kenyataan tatanan transenden diluar
jangkauan waktu dan dan ruang. W.G. Kummel memahami bahwa makna utama kerajaan
itu adalah eksaton (akhir zaman) yakni zaman baru sesuai dengan konsep
apokaluptis Yahudi. Kumel mengatakan Kerajaan Allah itu sudah datang tetapi hanya dalam diri Yesus, dan kegiatan
Kerajaan Allah yang akan datang itu sudah dimulai dalam misi Yesus. Di Amerika
diantara kaum Injili membedakan Kerajaan Allah dengan Kerajaan Sorga. Para
penganut dispensasionalisme kukuh membedakan antara Kerajaan Allah dan Kerajaan
Surga. Kerajaan Surga adalah pemerintahan surgawi (Allah) yang teokrasi dan
dijanjikan Allah kepada Israel. Waktu Yesus menyakatan Kerajaan Surga sudah
dekat itu adalah dikhususkan bagi Israel. Namun karena ditolak Israel, Yesus
memulai pemberitaan baru. Saat Israel bertobat kelak maka janji janji dalam
Perjanjian Lama tentang pemulihan
Kerajaan Daud akan digenapi secara
harafiah. Kerajaan Allah dalam Yudaisme:
Memang istilah Kerajaan Allah tidak ditemukan dalam PL namun gagasan itu
ditemukan tulisan para nabi yang
menekankan bahwa Alalh sering disebut
sebagai Raja (bnd. Kel 15:18, Bil 23:21, Yes 43:15; Yer 46:18; Yes 24:23 dll).
Ada pendapat yang mengatakan bahwa kerajaan itu akan timbul dari sejarah dan akan diperintah oleh
seorang keturunan Daud seperti Kerajaan Dunia ( Yes 9:11). Sebaliknya dengan
kegagalan kerajaan secara politis, menimbulkan pemikiran adanya Kerajaan secar
transenden dan apokaluptis (Dan 7). Basileia
tou Theou: ada banyak pakar yang
mengatakan kata basileia tersebut mengacu kepada “akhir zaman” dan tahap akhir
dari eskatologis. Tetapi pandangan itu kurang rasional mengingat Kerajaan itu
justru terjadi sekarang dan yang akan datang. Jadi arti yang paling mendekati
pemerintahan kedaulatan Allah atas bumi, seperti doa Bapa kami.
5. Masa Baru
Keselamatan: Kerajaan itu sebagai Alam Berkat Masa Kini: Fakta yang paling
khas dalam pemberitaan Yesus tentang
Kerajaan itu adalah kehadirannya yang menerobos sejarah, dalam pribadi dan
misiNya. Oleh Karena itu tidaklah heran jika menemukan Basileia tou theou
dipakai dalam alam baru dari berkat
penebusan yangdimasuki manusia dengan menerima berita Yesus tenang Kerajaan
Allah. Penolakan Israel, par ahli Taurat akan Kerajaan Allah sering digambarkan
Yesus (Luk 11:52, Mat 21:31) termasuk yang paling sukar dalam Jawaban Yesus
ketika murid-murid Yohanes menanyakan kemesiasannya dengan mengutip Yesaya
35:5-6 bahwa nubuat itu sekarang dipenuhi dan masa keselamatan mesias telah
hadir (Mat 11:11-13). Pemerintahan Allah
datang dengan kekuatan besar dan para pengagumnya berusaha menguasainya, yakni
ikut ambil bagian di dalamnya. Kerjaan
Sebagai suatu anugerah masa kini: Kalau kita cermati kata basileia tersebut maka tidak hanya berarti kerajaan
Allah tetapi juga menunjukkan anugerah
hidup dan keselamatan oleh mesias. Dalam
eskatologi maka Kerjaan itu akan diwarisi orang percaya secara cuma-cuma (Mat
25:34). Di dalamnya jelas mengandung
keselamatan, sebagai berkat eskatologis maupun berkat masa kini. Keselamatan
yang akan datang mengandung 2 arti, kebebasan dari kefanaan dan persekutuan
sempurna dengan Allah. Keselamatan eskatologis tersebut meliputimanusia
seutuhnya (Luk 20;34-36 bnd Mrk 12:24-27). Sebaliknya dimensi agama dari keselamatan eskatologis diwakili kata apollumi yang berarti membinasakan atau
membunuh dengan kehilangan (bnd Mat 7:13). Misi Yesus menyelamatkan domba yang
hilang dari bangsa Israel (Mat 10:6; 15:24) berdiri atas latar belakang
esktologis. “Terhilangnya” menyangkut masa kini dan masa yang akan datang.
Karena mereka tersesat dari Allah dan kehilangan hidup. Oleh karena itulah
pertobatan dimaknai sebagai pemulihan kesempatan masa kini dan masa yang akan
datang seperti terjadi pada Zakheus. Ketika itu Yesus mengatakan :”hari ini
telah terjadi keselamatan di rumah ini.. karena anak manusia datang untuk mencari
dan menyelamatkan yang hilang” (Luk 19:9-10).
6. Allah Kerajaan itu: dari pengertian basileia tou theou, maka kerajaan itu
adalah Kerajaan Allah bukan Kerajaan manusia. Allahlah yang berdaulat di atas
segalnya. Tetapi dipahami bahwa Kerajaan Allah bermanifestasi penebusan pada akhir zaman. KekuasaanNya tidak pernah
berhenti mengatasi seluruh yang ada. Dalam pemberitaan Yesus kita temukan Allah yang mencari, dalam arti bahwa
Allah bertindak bukan hanya dalam masa eskatologi tetapi juga masa kini dimana
Dia menebus sejarah, pemenuhan jandi-janji dalam Perjanjian Lama sedang terjadi.
Inti yang terdalam dari Kerajaan Allah adalah pengalaman yang mendalam dari
Yesus akan Allah sebagai Bapa, dan misinya untuk membagi pengalaman tersebut
kepada manusia. Allah mancari, kita lihat ketika Yesus melanggar standar
kebenaran dengan mengatakan bahwa misiNya adalah melayani orang berdosa (Mrk
2:15-17). Allah mencari ini adalah sesuaatu yang baru, sebab dalam Perjanjian
Lama orang berdosalah yang bertobat untuk kembali kepada Allah. Kemudian kita
juga melihat Allah yang mengundang,
seperti disarikan dalam peristiwa keselamatan eskatologis dengan pesta
perjamuan (Mat 22:1 dst; Luk 14:16 dst). Juga dengan Allah sebagai Bapa sangat relevan dengan Kerajaan Allah. Dialah
Bapa yang sudah mempersiapkan warisan Kerajaan eskatologis yang penuh berkat (Mat
25:34). Dialah Bapa yang memberikan kepada murid-murid Yesus anugerah Kerajaan
itu (Luk 12:32). Namun pun demikian, Allah juga adalah Allah yang menuntut
balas atas mereka yang menolak tawaran tersebut. Ini dikatakan berulang kali
dalam pemberitaan Yesus, misalnya keselamatan bagi orang benar tetapi hukuman
bagi orang yang tidak mau bertobat (Mat 3:12). Yesus juga mengumumkan hukuman
atas kota-kota dimana dia pernah
mengajar seperti kota Khorazim,
Betsaida, Kapernaum (Mat 11:20-24; Luk 10;13-15). 7. Misteri Kerajaan Itu: Kerajaan Allah telah memasuki sejarah
manusia dan muncul dalam tindakan apokaluptis pada akhir zaman. Dia memasuki sejarah manusia dalam diri
Yesus. Yesus mengalahkan kejahatan untuk melepaskan manusia dari kejahatan
tersebut. Penyelidik modern telah menempatkan dua Aturaan Penafsiran demi
memperoleh pengertian historis yang
benar. Julicher mengatakan pertama bahwa perumpamaan itu tidak boleh ditafsir
secara allegoris. Hal ini karena satu perumpamaan direncanakan hanya untuk menyatakan kebenaran tunggal, dan
bukan kebenaran-kebenaran yang kompleks. Ini jelas dalam perumpamaan bendahara
yang jujur, yang kalau diperas maka jelas mengajarkan bahwa kepandaian lebih
baik dari pada kejujuran. Peraturan kedua bahwa perumpamaan –perumpamaan itu
harus dipahami sesuai dengan latar belakang kehidupan historis pelayanan Yesus
dan bukan dalam kehidupan gereja. Eksegese perumpamaan itu harus dilakukan
berkenan dengan misi Yesus di Palestina.
Misteri Kerajaan Itu: Jeremias
mengatakan harus ada transformasi radikal untuk menafsir perumpamaan. Sitz im Leben historis dari perumpamaan
itu disimpulkan dengan satu kata misteri. Ini memang didukung oleh perkataan Yesus yang mengarah demikian misalnya: “Kepadamu
telah diberi rahasia kerajaan Allah…(Mrk 4:11, 12). Disimpulkan bahwa
misteri-misteri itu berkenan dengan kejadian-kejadian di masa eskatologi. Beberapa perumpamaan yang
berhubungan dengan thema rahasia Kerajaan Allah adalah: Empat macam tanah. Sitz im leben dari perumpamaan itu adalah
pengumuman Yesus bahwa Kerajaan Allah telah datang diantara manusia. Kerajaan
itu bekerja secara diam-diam dan secara rahasia diantara manusia. Lalang: mau dikatakan bahwa Kerajaan
itu tersemnbunyi dan tidak diduga kehadirannya di dunia. Kerajaan itu telah
datang dalam sejarah dengan czara yang tidak mengganggu masyarat itu. Jelas disini lading adalah dunia bukan gereja
seperti pemahaman gereja protestan kuno. Biji
Sesawi: Menggambarkan Kerajaan Allah yang sudah ada di bumi ini walau masih
sangat kecil namun kelak akan menjadi besar. Ragi: sama seperti
perumpamaan tentang biji sesawi. Permulaannya sangat kecil namun kelak akan
menguasai dan memerentah dunia. Masih
ada perumpamaan lain yang bisa kita tafsir tentang rahasia kerajaan Allah
tersebut seperti, Harta Karun dan mutiara, Pukat, dan benih yang tumbuh dengan
sendirinya. 8. Kerajaan dan Gereja:
Penting bagaimanakah hubungan Kerajaan
Allah dengan gereja. Agustinus mengidentikkan Kerajaan Allah dengan Gereja, dan
menjadi satu identifikasi yang
berkelanjutan dalam doktrin Katolik. Sebaliknya banyak pakar yang menolak bahwa Yesus mempunyai gagasan menciptakan
gereja. Aliran dispensasionalisme mengatakan,
Yesus memberi Israel kerajaan duniawi Daud, tetapi ketika mereka
menolaknya Ia memperkenalkan maksud baru
membentuk Gereja. Dalam pandangan ini tidak ada kesinambungan antara Israel
dengan gereja. Yesus dan Israel: Dari uraian Injil ada kesan bahwa Yesus tidak
menjalankan pelayananNya untuk tujuan pemberntukan gerakan baru, bahkan Dia
datang sebagai orang yahudi untuk menyelamatkan orang Yahudi, kepada domba yang
hilang dari umat Israel (Mat 15:24). Bahkan ia mengarahkan murid-muridNya hanya
kepada bangsa Israel saja (Mat 10;5-6). Hal ini karena Yesus berdiri atas latar
belakang keyahudian di PL. Kemudian
faktanya adalah bahwa Israel telah menolak Yesus maupun pemberitaanNya tentang
Kerajaan itu (Mat 23:37). Namun disamping menolak Yesus ada juga kelompok yang
menerima Yesus merekalah murid-murid yang
mengikat diri kepada Yesus, bukan seperti murid nabi yang mengikat diri
dengan taurat. Murid-murid yang mendirikan gereja. Bahkan mengingat kawanan
kecil gembalaan Allah, murid itu adalah sisa umat percaya (Yes 40:11). Atas
dasar pemuridan dan hubungannyan dengan Israel dan kerajaan Allah maka apa yang
dikatakan tentang pendirian jemaat di atas batu (petros) (Mat 16:18) sesuai
dengan semua ajaran Yesus. Jemaat itu adalah umat Allah yang kemudian dimengerti
sebagai ekklesia sebagai wujud
persekutuan qahal. Kalau demikian
halnya apakah Gereja itu adalah kerajaan Allah? Gereja memang adalah masyarakat
kerajaan itu, tetapi mereka bukan Kerajaan itu. Kerajaan adalah pemerintahan
Allah sedangkan gereja adalah masyarakat manusia. Penegasan bahwa Kerajaan
bukanlah gereja terlihat bahwa tidak ada satu pun ayat Injil yang mengatakan
murid-murid adalah kerajaan itu. Yang jelas, Gereja adalah hasil dari kedatangan Kerajaan Allah ke dalam dunia oleh misi Yesus Kristus.
Gereja adalah alat Kerajaan itu, terlihat bahwa murid-murid menyembuhkan bahkan mengusir setan (Mat 10:8; Luk 10:17).
Gereja adalalah penjaga Kerajaan itu. 9.
Etika Kerajaan Itu: Walau banyak mempersoalkan ajaran Yesus namun namun
ajaran etika moral bernilai abadi banyak terdapat di dalamnya. Marshal
mengatakan bahwa semua ajaran etika
Yesus itu adalah penjabaran etika kerajaan Allah, yaitu cara manusia berprilaku
bila mereka benar-benar ada di bawah pemerintahan Allah. A. Schwitzer mengatakan bahwa etika Yesus
adalah alat untuk membawa kerajaan itu,
maka etika eskatologis dapat diubah menjadi
eskatologis etis dan dengan demikian memiliki keabsahan yang permanen.
Rudolf Bultman memandang etika Yesus
sebagai persyaratan untuk memasuki Kerajaan yang akan datang. Tetapi
persyaratan bukanlah peraturan supaya orang bisa masuk Kerajaan itu., namun
satu hal yang dituntut yaitu keputusan saat akhir eskatologi. Etika Pemerintahan Allah: Dengan melihat Khotbah
di Bukit ( Mat 5-7) maka banyak pakar teologi berpendapat bahwa itu adalah peraturan-peraturan
bagi orang yang akan masuk ke dalam Kerajaan eskatologis tersebut. 10. Mesias: konsep Mesias (Christos =
Mashiah= yang diurapi) merupakan konsep Kristologi yg sangat penting untuk
mengungkap Yesus walaupun besar perbedaan antara Mesias dalam Perjanjian Lama
dengan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama pengurapan menuju pengurapan
pribadi-pribadi untuk menjabat seperti seorang raja (1 Sam 24:10; 2 Sam 19:21),
atau jabatan lain seperti imam (Imamat 4:3; 6:2). Konsep mula mula tentang
Meisas yang akan datang kit abaca
dalam Nyanyian Hana (1 Sam 2;10). Namun
berhubungan dengan kemesiasan dalam Perjanjian Lama hanya dipakai dalam Mazmur 2:2, namun tidak
pernah dipakai dalam hubungannya dengan raja eskatologis, walaupun
kemudian nubuatan-nubuatan terhadap Raja
keturunan Daud (2 Sam 7:12). Dalam
konteks ke Yudaisme, kerinduan Mesias berhubungan dengan kerinduan pembebasan
Israel secara politik dari penjajahan bangsa lain, jadi kerajaan yang
dirinduian adalah kerajaan duniawi dan
politik walaupun bersifat religious yang kuat (bnd. Mzr 17:26, 27). Kenyataan
ini berbeda dengan kitab Injil yang memiliki banyak informasi tentang kedatangan Mesias yang diurapi
tersebut seperti dalam Yoh 1:20, 41, 4:29; 7:31, Luk 3:15. Ia akan menjadi
seorang keturunan Daud Mat 21:9; 22:42, dan Ia akan dilahirkan di Betlehem (Yoh
7:26-27). Maka kita melihat bahwa Herodes ingin membunuh Yesus karena dianggap
sebagai saingan (Mat 2:1-18). Setelah pemberian makan 5000 orang masyarakat
banyak berkeinginan mengangkat Yesus sebagai raja yang akan memakai kuasanya
membebaskan mereka dari ketertindasan (Yoh 6:15). Namun Yesus tidak
melakukannya untuk menunjukka bahwa kemesiasan yang dilakukan Yesus bukanlah
seperti itu. Oleh karena itulah dapat dimengerti kenapa istilah mesias itu
semakin menguat setelah kebangkitanNya dengan memiliki makna yang baru dan utuh
(Yoh 20:31). Melihat terminology pemakaian gelar “Kristus” pada Yesus tidak terlepas
dari pengakuan petrus di kaisarea Filipi, waktu Petrus menjawab :”Engkau adalah
Mesias” (Mrk 8:29). Setelah itu dia mengajarkan bahwa Ia harus menderita dan
mati, dan ketika Petrus menegornya dengan pengajaran itu, Yesus menjawab dengan
mengyebut Petrus Iblis (Mrk 8:33). Dalam selanjutnya bisa disimpulkan bahwa
Yesus tidak mengklaim secara terbuka dirinya sebagai Mesias, namun dirinya
tidak menolak kemesiasan yang diterapkan kepadaNya. 11. Anak Manusia: Salah satu tanda kemesiaasan yang penting dalam
Sinoptik ialah Anak Manusia,namun fakta, ini adalah cara yang paling disenangi
Yesus untuk mengungkapkan diriNya, tidak dipakai orang lain untuk menyebut
Yesus, dan gereja mula-mula tidak menyebut Yesus sebagai Anak Manusia. Dengan
demikian nampaknya seperti kata Dalman, bahwa meskipun itu bukan sebutan umum
tetapi dapat digunakan sebagai tanda mesianis dalam artikulais puisi dan nubuat
pemujaan. Dalam Perjanjian lama pengungkapan Anak manusia bukanlah suatu idiom
yang asing seperti terdapat dalam Yehezkiel (Yeh 2:1,3,6,8:3:1,34). Tetapi
untuk mengungkapkan dalam terang eskatologi para ahli merasa kurang jelas.
Latar belakang pemakaian Anak Manusia kemungkinan besar berasal dari Daniel dengan penggambaran empat binatang dahsyat,
tetapi kemudian muncul Anak Manusia di awan-awan (Dan 7:13-27). Namun banyak
pandangan bahwa Anak manusia yang menderita adalah sebagai pemenuhan Perjanjian
Lama yang memang menggambarkan penderitaan itu seperrti dalam Yesaya 53,
sehingga tidaklah mustahil mencari akar Anak Manusia dalam masa sebelum
kekristenan. 12. Anak Allah: Ide
Mesias Anak Allah dapat ditelusuri kembali
pada janji kepada Daud dengan kaitan kepada ketururunannya yang akan
menggantikan dirinya sebagai raja Israel. Inilah yang kemudian menjadi dasar
Allah Messianis dalam Perjanjian Lama sebab Allah kemudian mengatakan, bahwa
Allah akan menjadi Bapanya dan menjadikan dia sebagai anakNya (2 Sam 7:14).
Dalam Injil sebutan itu akrab dalam baptisan Yesus (Mrk 1:11), juga dalam cobaan pada Yesus (Mrk 1:24).
Dalam Matius 11:25-27, parallel dengan Lukas 10;21-22, perikop ini seolah
dirembesi nilai mitologi, berisi ide supranatural. Ini mungkin pengaruh dari
tradisi helenistik yang sangat kental pada waktu itu.
0 komentar:
Posting Komentar