Senin, 16 Desember 2013



Teologi Perjanjian Baru
George Eldon Ladd
Penyarian        : Teologi Sinoptik
Dalam Buku    :Teologi Perjanjian Baru
Jilid 1
Penerbit         : Kalam Hidup, Bandung
Tahun             : 2013

1.      Pendahuluan : Era reformasi adalah awal era teologi Alkitab dimana Alkitab dianalisa untuk tafsiran murni, dalam terang sejarahnya agar terhindar dari allegorese. Kendati karena kekurangan pemahaman sejarah perjanjian Lama meinimbulkan kesalahanbaru, bahwa Alkitab Perjanjian Lama difahami dalam terang Perjanjian Baru, Calcin menulis seolah-olah  orang Yahudi mengetahui doktrin Kristus (institutes II, VI, 4). Namun kemudian pada masa skolasitik, kemunduran terjadi lagi. Alkitab dipakai mendukung pandangan-pandangan otodoks. Alkitab dianggap tidak memiliki sejarah, tidak memiliki kesalahan dan tidak memiliki kemajuan. Pada abad 18, suatu teologi Alkitab sebagai displin ilmu baru  terbebas  dari control gereja, menafsirkan Alkibab menjadi objektifitas yang sempurna. Kelemahannya muncul lagi bahwa Alkitab tidak dipandang sebagai pewahyuan Roh  Allah melainkan sebagai caratan sejarah manusia. Alkitab hanyalah himpunan  tulisan agama. Kesimpulan ini diungkapkan pertama kali oleh J.P. Gobler (1787) seorang rasionalis, membedakan teologi Alkitab dan teologi dogmatis.Pandangan ini kemudian didukung kaum rasional seperti Baumgarten Crusius (1828), Kaiser (1813) mereka bersemangat mencari penafsiran Alkitab yang cocok dengan hukum-hukum Alam. Rasionalisme kemudian digantikan pengaruh  filsafat idealis Hegel (1813) yg menyatakan adanya Roh Absolut yang menyatakandiri dalam alam semesta dan pekerjaan manusia. Penerusnya, F.C. Baur meninggalkan upaya rasionalistis untuk menemukan kebenaran abadi dalam PB. Namun dia telah memberi sumbangan bahwa theologia alkitabiah tidak dapat dipisahkan dari sejarah.  Tentu pandangan ini mendapat perlawanan dari kaum ortodoks, dengan mencoba mempertahankan  otoritas dan pewahyuan dengan pendekatan  historis dengan mengembangkan  teologi heilsgeschichte (sejarah Keselamatan), seperti JCK. Hofmann yang menemukan keselamatan  dalam kandungan Alkitab. Heilgeschichte merupakan kunci terbaik mengerti kesatuan Alkitab. Sehubungan dengan ini  aliran Erlangen  juga memunculkan pemikiran mereka bahwa alkitab bukanlah hanya satu kumpulan doktrin, tetapi sebagai satu kesaksian  tentang apa yamg dilakukan Allah dalam sejarah Keselamatan.  Berbeda dengan pandangan Baur, kaum liberal seperti Rudolf Bulltmann tidak bisa menerima kebenaran mutlak dalam relativisasi sejarah. Ini ditepis dengan pandangan romantisme yang memandang kepribadian sebagai satu kuasa pembentuk sejarah. Usaha-usaha mereka menghasilkan hipotesa Q, penemuan prioritas Markus sebagi penyelesai  permasalahan Sinoptik. Para libralis kuno menyatakan adanya Yesus historis yang sebenarnya bebas dari tafsiran teologi. Tokoh lain yang menulis buku What is Christiaity adalah Adolf Harnack.  Kemudian muncul lagi  faham bernama religionsgeschichtliche yang melihat bahwa kekristenan bukanlah satu teologi tetapi adalah satu agama, seperti tokohnya R.Wrede yang menentang metoda penafsiran teologi perjanjian Baru sebagai suatu rangkaian system doktrin, karena iman Kristen bukanlah  teologi tetapi adalah agama. Mereka menafsir alkitab dengan pernyataann pengalaman agama. H. Weinel mengatakan kekristenan adalah etika agama penebusan.
2.                  Yohanes Pembaptis:  Setelah ratusan tahun tidaka terdengar suara Tuhan melalui manusia, kemunculan Yohanes pembaptis yang menyarakan perobatan dan penghukuman Tuhan. Dari sana lahirlah  kehidupan agama kitab yang menafsirkan kehendak Allah hanya atas dasar tuntutan ketaantan melakukan taurat. Tidak ditemukan bukti bahwa ada penulis tulisan-tulisan  yang menunjukkan bagaimana pelayanan kepada masyarakat tentaerajaan Tuhan. Golongan Qumran menantikan perwujudan apokaluptis tersebut namun mereka menyingkir ke padang gurun dan tidak berusaha menyiapkan umat untuk menanti kedatangannya. Golongan Qumran  adalah satu gerakan nubuat eskatologis, mereka mengklaim  memperoleh ilham Roh Kudus namun dalam terang Perjanjian Lama. Seluruh prilaku Yohanes adalah tradisi kenabian, yang memberitahukan bahwa Allah akan segera bertindak.  Pemberitahuan Yohanes  mengenai tindakan Allah tersebut mencakup dua aspek; yang akan terjadi adalah baptisan berganda, yakni dengan Roh kudus dan dengan api.  Penjelasan api sebagai tidak terpadamkan (Mat 3:12) menunjukkan  kepada penghukuman eskatologis. Pemberitahuan  Yohanes mengenai Kerjaaan itu mengantisipasi  pemenuhan pengharapan Perjanjian Lama dalam dua arah. Allah yang bertindak dalam kuasa rajani untuk keselamatan orang orang benar, dan menghukum orang-orang jahat. Sehubungan dengan Kerajaan yang akan datang maka Yohanes meminta agar bangsa Israel bertobat. Pertobatan  (metanoia)  merupakan ide perjanjian Lama yang berarti berpaling (shub)  dari dosa kepada Allah. Dalam tulisan para rabi terdapat kontradiksi  mengenai pertobatan, dalam satu sisi ada kepercayaan umum di Israel mengatakan bahwa kesetiaan Abraham  memberi jasa besar bagi semua. Namun dalam sisi lain rabi juga memberi nilai tinggi pada pertobatan. Pertobatan dipahami sebagai doktrin keselamatan Yahudi. Alasannya karena pertobatan dipahami dalam terang hukum Taurat. Dalam hubungan Yohanes dengan Yesus  terlebih setelah Yohanes dipenjara terkesan ada kekecewaan Yohanes ketika dia mengutus murid-muridnya menanyakan kemesiasan Yesus. Yohanes mulai putus asa dan mulai meragukan kesungguhan panggilan dirinya. Tetapi penegasan Yesus adalah bahwa nubuat Yesaya dalam Yesaya 35:5-6 sedang digenapi.
3.                  Perlunya Kerajaan itu: Dunia dan Manusia
Dualisme eskatologis: para nabi Perjanjian Lama mengharapkan hari Tuhan dalam lawatan ilahi untuk membersihkan dunia dari kejahatan, dosa serta menegakkan pemerintahan Allah yang sempurna di bumi ini. Memperoleh hidup yang kekal itu adalah mengharapkan jaman yang akan datang sebagaiamana jawaban Yesus kepada pemuda kaya (Markus 10:30). Zaman yang akan datang dipandang sebagai masa penebusan yang dilakukan Yesus. Sehingga zaman yang akan datang adalah berkat. Bukan hanya kebangkitan yang menandai peralihan dari zaman ini kepada zaman yang datang. Parousia Kristus akan menandai penutupan zaman ini (Mat 24:3) anak manusia akan datang dengan kuasa dan kemuliaan besar. Ada kemungkinan mengenai parousia yang ditulis oleh penulis-penulis perjanjian baru berangkat dari pemahaman Perjanjian Lama yang diakhiri dengan bencana. Namun Yesus lebih melihat dunia yang penuh dengan dosa dan kejahatan perlu diselamatkan dalam parousia. Dunia Roh. Iblis: Setelah baptisan, Yesus dibawa Roh ke padang Gurun unduk dicobai iblis (Mat 4:1). Gunung itu sangat tinggi sehingga seluruh kerajaan duniawi bisa ditatap, sehingga si Iblis berkata bahwa dia akan menyerahkan semuanya itu kepada Yesus (Luk 4:6). Konsep Roh-roh adalah dari Perjanjian lama yang menggambarkan Allah dikellingi oleh roh yang melayani Dia (Mzm 82:1; 89:7). Dalam Ayub dikatakan bahwa iblis itu adalah salah satu dari anak-anak Allah yang muncul di hadapan Allah  untuk menuduh Ayub dan menerima ijin untuk mencobainya. Pekerjaan utamanya adalah melawan tujuan penebusan Allah. Dalam sinoptik kegiatan Iblis terlihat dalam beberapa aspek terutama dalam membuat seseorang sakit (Luk 13:16). Namun juga bersifat etis, misalnya dalam perumpamaan lalang diantara gandum (Mat 13:38) gandum merupakan anak-anak Kerajaan sementara  lalang ialah anak-anak si jahat. Setan-setan: Dalam sinoptik kuasa iblis yang paling menonjol adalah kemampuan merasuki manusia yang Nampak dalam pelbagai cara misalnya menjadi bisu (Mat 9:32), penyakit ayan (Mat 17:15-18). Yesus mengalahkan setan dengan menyembuhkan yang kerasukan. Dengan demikian kita melihat bahwa Yesus secara sadar mengetahui pelayananNya adalah juga untuk mengalahkan kuasa Iblis yang begitu kuat di muka bumi. Dunia: Yesus tidak memandang dunia ini sebagai dunia yang jahat walaupun didalamnya ada iblis yang jahat. Yesus berlawanan dengan gnostisme yang memandang dunia ini adalah jahat. Allahlah pencipta alam semesta ini (Mrk 13:9; Mat 19:4). Bukan hanya mencipta tetapi juga menopangnya, dengan mendandani bunga bakung diladang dan memberi makan burung gagak (Luk 12:22 dst). Namun Yesus mengatakan bahwa adalah tidak ada untungnya manusia memperoleh  seluruh dunia kalau dia kehilangan nyawanya (Markus 8:36) dunia (Kosmos) dalam hal ini  bukanlah dunia secara fisik namun seluruh kompleks pengalaman di dunia. Manusia:  Dalam hal ini eskatologi  ialah hubungan  bapa-anak antara manusia dengan Allah.  Ada 4 hal yang penting:  dimata Allah kehdiupan manusia adalah unik mempunyai nilai yang tak terhingga. Kedua adalah kewajiban manusia sebagai anak Allah manusia berutang untuk percaya dan setia, ketiga adalah deduksi persaudaraan manusia  secara alamiah. Keempat  walaupun manusia telah jatuh kedalam dosa, tetapi dosa tidak merusak kebapaan Allah. Misi Yesus adalah kemanusiaan itu sendiri.
4. Kerajaan Allah: Para ahli sepakat bahwa Kerajaan Allah adalah pusat pemberitaan Yesus. Sangatlah berfariasi penafsiran ahli tentang Kerjaan Allah tersebut. Agustinus dan para reformator menafsirkannya sebagai Gereja, namun sekarang banyak ditolak. Gereja memang umat dari Kerjaaan itu tapi tidak dapat disamakan dengan Kerajaan itu. Harnack (pemikir Liberal kuno) mengatakan bahwa Kerajaan  Allah sebagai agama nubuat murni yang diajarkan Yesus. Untuk mendalaminya di Inggris, tafsiran yang paling berpengaruh adalah  dari C.H. Dodd. Dia menganggap apokaluptik tidaklah penting. Dia berpendapat Kerajaan yang dilukiskan dalam bahasa apokaluptik adalah kenyataan tatanan transenden diluar jangkauan waktu dan dan ruang. W.G. Kummel memahami bahwa makna utama kerajaan itu adalah eksaton (akhir zaman) yakni zaman baru sesuai dengan konsep apokaluptis Yahudi. Kumel mengatakan Kerajaan Allah itu sudah datang  tetapi hanya dalam diri Yesus, dan kegiatan Kerajaan Allah yang akan datang itu sudah dimulai dalam misi Yesus. Di Amerika diantara kaum Injili membedakan Kerajaan Allah dengan Kerajaan Sorga. Para penganut dispensasionalisme kukuh membedakan antara Kerajaan Allah dan Kerajaan Surga. Kerajaan Surga adalah pemerintahan surgawi (Allah) yang teokrasi dan dijanjikan Allah kepada Israel. Waktu Yesus menyakatan Kerajaan Surga sudah dekat itu adalah dikhususkan bagi Israel. Namun karena ditolak Israel, Yesus memulai pemberitaan baru. Saat Israel bertobat kelak maka janji janji dalam Perjanjian Lama  tentang pemulihan Kerajaan Daud  akan digenapi secara harafiah. Kerajaan Allah dalam Yudaisme: Memang istilah Kerajaan Allah tidak ditemukan dalam PL namun gagasan itu ditemukan  tulisan para nabi yang menekankan  bahwa Alalh sering disebut sebagai Raja (bnd. Kel 15:18, Bil 23:21, Yes 43:15; Yer 46:18; Yes 24:23 dll). Ada pendapat yang mengatakan bahwa kerajaan itu akan  timbul dari sejarah dan akan diperintah oleh seorang keturunan Daud seperti Kerajaan Dunia ( Yes 9:11). Sebaliknya dengan kegagalan kerajaan secara politis, menimbulkan pemikiran adanya Kerajaan secar transenden dan apokaluptis (Dan 7). Basileia tou  Theou: ada banyak pakar yang mengatakan kata basileia tersebut mengacu kepada “akhir zaman” dan tahap akhir dari eskatologis. Tetapi pandangan itu kurang rasional mengingat Kerajaan itu justru terjadi sekarang dan yang akan datang. Jadi arti yang paling mendekati pemerintahan kedaulatan Allah atas bumi, seperti doa Bapa kami.
5. Masa Baru Keselamatan: Kerajaan itu sebagai Alam Berkat Masa Kini: Fakta yang paling khas dalam pemberitaan Yesus  tentang Kerajaan itu adalah kehadirannya yang menerobos sejarah, dalam pribadi dan misiNya. Oleh Karena itu tidaklah heran jika menemukan Basileia tou theou dipakai dalam  alam baru dari berkat penebusan yangdimasuki manusia dengan menerima berita Yesus tenang Kerajaan Allah. Penolakan Israel, par ahli Taurat akan Kerajaan Allah sering digambarkan Yesus (Luk 11:52, Mat 21:31) termasuk yang paling sukar dalam Jawaban Yesus ketika murid-murid Yohanes menanyakan kemesiasannya dengan mengutip Yesaya 35:5-6 bahwa nubuat itu sekarang dipenuhi dan masa keselamatan mesias telah hadir (Mat 11:11-13).  Pemerintahan Allah datang dengan kekuatan besar dan para pengagumnya berusaha menguasainya, yakni ikut ambil bagian di dalamnya. Kerjaan Sebagai suatu anugerah masa kini: Kalau kita cermati kata basileia  tersebut maka tidak hanya berarti kerajaan Allah tetapi juga  menunjukkan anugerah hidup  dan keselamatan oleh mesias. Dalam eskatologi maka Kerjaan itu akan diwarisi orang percaya secara cuma-cuma (Mat 25:34).  Di dalamnya jelas mengandung keselamatan, sebagai berkat eskatologis maupun berkat masa kini. Keselamatan yang akan datang mengandung 2 arti, kebebasan dari kefanaan dan persekutuan sempurna dengan Allah. Keselamatan eskatologis tersebut meliputimanusia seutuhnya (Luk 20;34-36 bnd Mrk 12:24-27). Sebaliknya dimensi agama  dari keselamatan eskatologis diwakili kata apollumi yang berarti membinasakan atau membunuh dengan kehilangan (bnd Mat 7:13). Misi Yesus menyelamatkan domba yang hilang dari bangsa Israel (Mat 10:6; 15:24) berdiri atas latar belakang esktologis. “Terhilangnya” menyangkut masa kini dan masa yang akan datang. Karena mereka tersesat dari Allah dan kehilangan hidup. Oleh karena itulah pertobatan dimaknai sebagai pemulihan kesempatan masa kini dan masa yang akan datang seperti terjadi pada Zakheus. Ketika itu Yesus mengatakan :”hari ini telah terjadi keselamatan di rumah ini.. karena anak manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk 19:9-10).
6. Allah Kerajaan itu: dari pengertian basileia tou theou, maka kerajaan itu adalah Kerajaan Allah bukan Kerajaan manusia. Allahlah yang berdaulat di atas segalnya. Tetapi dipahami bahwa Kerajaan Allah bermanifestasi penebusan  pada akhir zaman. KekuasaanNya tidak pernah berhenti mengatasi seluruh yang ada. Dalam pemberitaan Yesus kita temukan Allah yang mencari, dalam arti bahwa Allah bertindak bukan hanya dalam masa eskatologi tetapi juga masa kini dimana Dia menebus sejarah, pemenuhan jandi-janji dalam Perjanjian Lama sedang terjadi. Inti yang terdalam dari Kerajaan Allah adalah pengalaman yang mendalam dari Yesus akan Allah sebagai Bapa, dan misinya untuk membagi pengalaman tersebut kepada manusia. Allah mancari, kita lihat ketika Yesus melanggar standar kebenaran dengan mengatakan bahwa misiNya adalah melayani orang berdosa (Mrk 2:15-17). Allah mencari ini adalah sesuaatu yang baru, sebab dalam Perjanjian Lama orang berdosalah yang bertobat untuk kembali kepada Allah. Kemudian kita juga melihat Allah yang mengundang, seperti disarikan dalam peristiwa keselamatan eskatologis dengan pesta perjamuan (Mat 22:1 dst; Luk 14:16 dst). Juga dengan Allah sebagai Bapa sangat relevan dengan Kerajaan Allah. Dialah Bapa yang sudah mempersiapkan warisan Kerajaan eskatologis yang penuh berkat (Mat 25:34). Dialah Bapa yang memberikan kepada murid-murid Yesus anugerah Kerajaan itu (Luk 12:32). Namun pun demikian, Allah juga adalah Allah yang menuntut balas atas mereka yang menolak tawaran tersebut. Ini dikatakan berulang kali dalam pemberitaan Yesus, misalnya keselamatan bagi orang benar tetapi hukuman bagi orang yang tidak mau bertobat (Mat 3:12). Yesus juga mengumumkan hukuman atas kota-kota  dimana dia pernah mengajar  seperti kota Khorazim, Betsaida, Kapernaum (Mat 11:20-24; Luk 10;13-15). 7. Misteri Kerajaan Itu: Kerajaan Allah telah memasuki sejarah manusia dan muncul dalam tindakan apokaluptis pada akhir zaman.  Dia memasuki sejarah manusia dalam diri Yesus. Yesus mengalahkan kejahatan untuk melepaskan manusia dari kejahatan tersebut. Penyelidik modern telah menempatkan dua Aturaan Penafsiran demi memperoleh  pengertian historis yang benar. Julicher mengatakan pertama bahwa perumpamaan itu tidak boleh ditafsir secara allegoris. Hal ini karena satu perumpamaan direncanakan  hanya untuk menyatakan kebenaran tunggal, dan bukan kebenaran-kebenaran yang kompleks. Ini jelas dalam perumpamaan bendahara yang jujur, yang kalau diperas maka jelas mengajarkan bahwa kepandaian lebih baik dari pada kejujuran. Peraturan kedua bahwa perumpamaan –perumpamaan itu harus dipahami sesuai dengan latar belakang kehidupan historis pelayanan Yesus dan bukan dalam kehidupan gereja. Eksegese perumpamaan itu harus dilakukan berkenan  dengan misi Yesus di Palestina. Misteri Kerajaan Itu: Jeremias mengatakan harus ada transformasi radikal untuk menafsir perumpamaan. Sitz im Leben historis dari perumpamaan itu disimpulkan dengan satu kata misteri. Ini memang didukung oleh  perkataan Yesus  yang mengarah demikian misalnya: “Kepadamu telah diberi rahasia kerajaan Allah…(Mrk 4:11, 12). Disimpulkan bahwa misteri-misteri itu berkenan dengan kejadian-kejadian  di masa eskatologi. Beberapa perumpamaan yang berhubungan dengan thema rahasia Kerajaan Allah adalah: Empat macam tanah. Sitz im leben dari perumpamaan itu adalah pengumuman Yesus bahwa Kerajaan Allah telah datang diantara manusia. Kerajaan itu bekerja secara diam-diam dan secara rahasia diantara manusia. Lalang: mau dikatakan bahwa Kerajaan itu tersemnbunyi dan tidak diduga kehadirannya di dunia. Kerajaan itu telah datang dalam sejarah dengan czara yang tidak mengganggu masyarat itu.  Jelas disini lading adalah dunia bukan gereja seperti pemahaman gereja protestan kuno. Biji Sesawi: Menggambarkan Kerajaan Allah yang sudah ada di bumi ini walau masih sangat kecil namun kelak akan menjadi besar. Ragi:  sama seperti perumpamaan tentang biji sesawi. Permulaannya sangat kecil namun kelak akan menguasai  dan memerentah dunia. Masih ada perumpamaan lain yang bisa kita tafsir tentang rahasia kerajaan Allah tersebut seperti, Harta Karun dan mutiara, Pukat, dan benih yang tumbuh dengan sendirinya. 8. Kerajaan dan Gereja: Penting  bagaimanakah hubungan Kerajaan Allah dengan gereja. Agustinus mengidentikkan Kerajaan Allah dengan Gereja, dan menjadi satu identifikasi  yang berkelanjutan dalam doktrin Katolik. Sebaliknya banyak pakar yang menolak  bahwa Yesus mempunyai gagasan menciptakan gereja. Aliran dispensasionalisme mengatakan,  Yesus memberi Israel kerajaan duniawi Daud, tetapi ketika mereka menolaknya  Ia memperkenalkan maksud baru membentuk Gereja. Dalam pandangan ini tidak ada kesinambungan antara Israel dengan gereja. Yesus dan Israel:  Dari uraian Injil ada kesan bahwa Yesus tidak menjalankan pelayananNya untuk tujuan pemberntukan gerakan baru, bahkan Dia datang sebagai orang yahudi untuk menyelamatkan orang Yahudi, kepada domba yang hilang dari umat Israel (Mat 15:24). Bahkan ia mengarahkan murid-muridNya hanya kepada bangsa Israel saja (Mat 10;5-6). Hal ini karena Yesus berdiri atas latar belakang  keyahudian di PL. Kemudian faktanya adalah bahwa Israel telah menolak Yesus maupun pemberitaanNya tentang Kerajaan itu (Mat 23:37). Namun disamping menolak Yesus ada juga kelompok yang menerima Yesus merekalah murid-murid yang  mengikat diri kepada Yesus, bukan seperti murid nabi yang mengikat diri dengan taurat. Murid-murid yang mendirikan gereja. Bahkan mengingat kawanan kecil gembalaan Allah, murid itu adalah sisa umat percaya (Yes 40:11). Atas dasar pemuridan dan hubungannyan dengan Israel dan kerajaan Allah maka apa yang dikatakan tentang pendirian jemaat di atas batu (petros) (Mat 16:18) sesuai dengan semua ajaran Yesus. Jemaat itu adalah umat Allah yang kemudian dimengerti sebagai ekklesia sebagai wujud persekutuan qahal. Kalau demikian halnya apakah Gereja itu adalah kerajaan Allah? Gereja memang adalah masyarakat kerajaan itu, tetapi mereka bukan Kerajaan itu. Kerajaan adalah pemerintahan Allah sedangkan gereja adalah masyarakat manusia. Penegasan bahwa Kerajaan bukanlah gereja terlihat bahwa tidak ada satu pun ayat Injil yang mengatakan murid-murid adalah kerajaan itu. Yang jelas, Gereja adalah hasil dari  kedatangan Kerajaan Allah  ke dalam dunia oleh misi Yesus Kristus. Gereja adalah alat Kerajaan itu, terlihat bahwa murid-murid menyembuhkan  bahkan mengusir setan (Mat 10:8; Luk 10:17). Gereja adalalah penjaga Kerajaan itu. 9. Etika Kerajaan Itu: Walau banyak mempersoalkan ajaran Yesus namun namun ajaran etika moral bernilai abadi banyak terdapat di dalamnya. Marshal mengatakan bahwa semua ajaran  etika Yesus itu adalah penjabaran etika kerajaan Allah, yaitu cara manusia berprilaku bila mereka benar-benar ada di bawah pemerintahan Allah.  A. Schwitzer mengatakan bahwa etika Yesus adalah  alat untuk membawa kerajaan itu, maka etika eskatologis dapat diubah menjadi  eskatologis etis dan dengan demikian memiliki keabsahan yang permanen. Rudolf Bultman  memandang etika Yesus sebagai persyaratan untuk memasuki Kerajaan yang akan datang. Tetapi persyaratan bukanlah peraturan supaya orang bisa masuk Kerajaan itu., namun satu hal yang dituntut yaitu keputusan saat akhir eskatologi.  Etika Pemerintahan Allah: Dengan melihat Khotbah di Bukit ( Mat 5-7) maka banyak pakar teologi berpendapat bahwa itu adalah peraturan-peraturan bagi orang yang akan masuk ke dalam Kerajaan eskatologis tersebut. 10. Mesias: konsep Mesias (Christos = Mashiah= yang diurapi) merupakan konsep Kristologi yg sangat penting untuk mengungkap Yesus walaupun besar perbedaan antara Mesias dalam Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama pengurapan menuju pengurapan pribadi-pribadi untuk menjabat seperti seorang raja (1 Sam 24:10; 2 Sam 19:21), atau jabatan lain seperti imam (Imamat 4:3; 6:2). Konsep mula mula tentang Meisas  yang akan datang kit abaca dalam  Nyanyian Hana (1 Sam 2;10). Namun berhubungan dengan kemesiasan dalam Perjanjian Lama  hanya dipakai dalam Mazmur 2:2, namun tidak pernah dipakai dalam hubungannya dengan raja eskatologis, walaupun kemudian  nubuatan-nubuatan terhadap Raja keturunan Daud (2 Sam 7:12).  Dalam konteks ke Yudaisme, kerinduan Mesias berhubungan dengan kerinduan pembebasan Israel secara politik dari penjajahan bangsa lain, jadi kerajaan yang dirinduian adalah kerajaan duniawi  dan politik walaupun bersifat religious yang kuat (bnd. Mzr 17:26, 27). Kenyataan ini berbeda dengan kitab Injil yang memiliki banyak  informasi tentang kedatangan Mesias yang diurapi tersebut seperti dalam Yoh 1:20, 41, 4:29; 7:31, Luk 3:15. Ia akan menjadi seorang keturunan Daud Mat 21:9; 22:42, dan Ia akan dilahirkan di Betlehem (Yoh 7:26-27). Maka kita melihat bahwa Herodes ingin membunuh Yesus karena dianggap sebagai saingan (Mat 2:1-18). Setelah pemberian makan 5000 orang masyarakat banyak berkeinginan mengangkat Yesus sebagai raja yang akan memakai kuasanya membebaskan mereka dari ketertindasan (Yoh 6:15). Namun Yesus tidak melakukannya untuk menunjukka bahwa kemesiasan yang dilakukan Yesus bukanlah seperti itu. Oleh karena itulah dapat dimengerti kenapa istilah mesias itu semakin menguat setelah kebangkitanNya dengan memiliki makna yang baru dan utuh (Yoh 20:31). Melihat terminology pemakaian gelar “Kristus” pada Yesus tidak terlepas dari pengakuan petrus di kaisarea Filipi, waktu Petrus menjawab :”Engkau adalah Mesias” (Mrk 8:29). Setelah itu dia mengajarkan bahwa Ia harus menderita dan mati, dan ketika Petrus menegornya dengan pengajaran itu, Yesus menjawab dengan mengyebut Petrus Iblis (Mrk 8:33). Dalam selanjutnya bisa disimpulkan bahwa Yesus tidak mengklaim secara terbuka dirinya sebagai Mesias, namun dirinya tidak menolak kemesiasan yang diterapkan kepadaNya. 11. Anak Manusia: Salah satu tanda kemesiaasan yang penting dalam Sinoptik ialah Anak Manusia,namun fakta, ini adalah cara yang paling disenangi Yesus untuk mengungkapkan diriNya, tidak dipakai orang lain untuk menyebut Yesus, dan gereja mula-mula tidak menyebut Yesus sebagai Anak Manusia. Dengan demikian nampaknya seperti kata Dalman, bahwa meskipun itu bukan sebutan umum tetapi dapat digunakan sebagai tanda mesianis dalam artikulais puisi dan nubuat pemujaan. Dalam Perjanjian lama pengungkapan Anak manusia bukanlah suatu idiom yang asing seperti terdapat dalam Yehezkiel (Yeh 2:1,3,6,8:3:1,34). Tetapi untuk mengungkapkan dalam terang eskatologi para ahli merasa kurang jelas. Latar belakang pemakaian Anak Manusia kemungkinan besar berasal dari  Daniel dengan penggambaran empat binatang dahsyat, tetapi kemudian muncul Anak Manusia di awan-awan (Dan 7:13-27). Namun banyak pandangan bahwa Anak manusia yang menderita adalah sebagai pemenuhan Perjanjian Lama yang memang menggambarkan penderitaan itu seperrti dalam Yesaya 53, sehingga tidaklah mustahil mencari akar Anak Manusia dalam masa sebelum kekristenan. 12. Anak Allah: Ide Mesias Anak Allah  dapat ditelusuri kembali pada janji kepada Daud dengan kaitan kepada ketururunannya yang akan menggantikan dirinya sebagai raja Israel. Inilah yang kemudian menjadi dasar Allah Messianis dalam Perjanjian Lama sebab Allah kemudian mengatakan, bahwa Allah akan menjadi Bapanya dan menjadikan dia sebagai anakNya (2 Sam 7:14). Dalam Injil sebutan itu akrab dalam baptisan Yesus (Mrk 1:11),  juga dalam cobaan pada Yesus (Mrk 1:24). Dalam Matius 11:25-27, parallel dengan Lukas 10;21-22, perikop ini seolah dirembesi nilai mitologi, berisi ide supranatural. Ini mungkin pengaruh dari tradisi helenistik yang sangat kental pada waktu itu.

0 komentar:

Posting Komentar