Sabtu, 29 Maret 2014

                               ANAK-ANAK TERANG DALAM DUNIA YANG GELAP
                                                                     Efesus 4:8-14
                                                                   Pdt. Elson Lingga

Suatu ketika Agustinus mengatakan bahwa sebagai orang percaya kita harus memerangi kegelapan tetapi bukan dengan pedang, senapan atau senjata  lain "cukuplah engkau menyalakan lilin, maka kegelapan itu akan sirna". Ungkapan itu menggambarkan peperangan yang senantiasa terjadi antara gelap dan terang, antara orang percaya dengan kondisi dunia yang semakin gelap. Tetapi Yesus sendiri tidak pernah memerentahkan pengikut-pengikutnya untuk mengutuki kegelapan itu, dia mengatakan :" Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Mat 5:14-16).

Kalau kita gambarkan kondisi jemaat di Efesus, mereka persis setitik cahaya di tengah kegelapan dunia. bayangkan mereka masih jemaat baru, tetapi menghadapi tantangan yang sangat berat dari luar dirinya.
Pada zaman dahulu, kota ini adalah pusat keagamaan dan perdagangan yang kaya dan penting di pesisir barat Asia Kecil, hampir tepat di seberang P. Samos. Efesus didirikan di lereng-lereng atau di kaki beberapa gunung, terutama G. Pion dan G. Koresos. Kota pelabuhan ini dilalui oleh rute perdagangan utama dari Roma ke daerah Timur. Karena terletak dekat muara S. Cayster, dengan akses menuju lembah-lembah S. Gediz (Hermus kuno) dan S. Menderes (Meander kuno), kota itu berada di persimpangan rute-rute perdagangan darat di Asia Kecil. Ada jalan-jalan yang menghubungkan Efesus dengan kota-kota utama di distrik Asia. Kota Efesus menjadi destinasi utama orang orang kaya, mereka yang menjadikan harta sebagai tujuan hidup mereka adalah saudagar-saudagar. Tetapi sekali gus juga percampuran banyak prilaku termasuk yang tidak baik.

Di Efesus juga ada kuil Artemis. Bangunan yang paling mencolok di kota itu adalah kuil Artemis, yang pada zaman dahulu digolongkan sebagai salah satu di antara tujuh keajaiban dunia. Kuil yang ada pada abad pertama M, sewaktu rasul Paulus berkunjung ke Efesus, telah dibangun kembali sesuai dengan rancangan kuil Ionia sebelumnya yang konon dibakar oleh Herostratus pada tahun 356 SM.
Hasil penggalian di situs tersebut pada paruh kedua abad ke-19 menunjukkan bahwa kuil Artemis didirikan di atas panggung yang lebarnya sekitar 73 m dan panjangnya 127 m. Lebar kuil itu sendiri diperkirakan 50 m dan panjangnya 105 m. Di dalamnya terdapat 100 tiang marmer, masing-masing setinggi hampir 17 m. Bagian dasar tiang-tiang itu berdiameter 1,8 m dan beberapa di antaranya diukir sampai setinggi kira-kira 6 m. Tempat suci di bagian dalam kuil lebarnya sekitar 21 m dan panjangnya 32 m. Mezbah yang ada di sana kira-kira berukuran 6 m × 6 m, dan patung Artemis bisa jadi berdiri persis di belakang mezbah itu.
Potongan-potongan yang telah ditemukan menunjukkan bahwa kuil itu dihiasi warna-warna cerah dan pahatan. Atapnya ditutupi potongan-potongan marmer putih yang besar. Dan konon, mereka tidak menggunakan adukan semen untuk menyambung potongan-potongan marmer tersebut, tetapi emas. Ada banyak ahli mengatakan kuil itu merupakan kuil aman bagi pencari suaka. Dalam arti penjahat yang sedang dikejar dan masuk ke kuil tersebut dia tidak boleh diganggu lagi dan keselamatannya akan terjamin. hal itu memang menjadi kesempatan bagi para penjahat berkumpul di dalamnya dan membuat ketidak baikan juga.
Tidak tertutup kemungkinan berkembangnya ajaran seks bebas, dan perdukunan yang hebat telah menjadi hal yang biasa bagi seluruh penduduk Efesus sehingga orang Romawi sering mengatakan setiap sihir adalah tulisan orang Efesus.
Ke daerah itulah tujuan Injil diberitakan oleh Paulus, dan dia berhasil. Pengabaran Paulus, ditambah penyembuhan mukjizat dan pengusiran hantu-hantu, membuat banyak orang Efesus percaya. Selain itu, banyak yang menjadi berminat setelah tujuh orang putra seorang imam kepala Yahudi bernama Skewa gagal mengusir hantu. Orang-orang yang tadinya mempraktekkan ilmu gaib membakar buku-buku mereka di hadapan umum; kalau dijumlah, semua buku itu bernilai 50.000 keping perak (Kis 19:11-20).
Karena banyak orang Efesus telah meninggalkan penyembahan Artemis, seorang tukang perak bernama Demetrius menunjukkan kepada rekan-rekan perajinnya bahwa pengabaran Paulus merupakan ancaman terhadap pekerjaan mereka dan juga membahayakan penyembahan Artemis. Tukang-tukang perak yang marah itu pun berteriak, ”Agunglah Artemis orang Efesus!” Kota itu menjadi kacau, dan puncaknya adalah kerusuhan selama dua jam di sebuah teater yang dapat menampung sekitar 25.000 penonton (Kis 19:23-41).
Ada kemungkinan sepeninggal Paulus pengaruh-pengaruh negatif kota itu kembali memasuki kehidupan jemaat. mungkin karena kurangnya dedikasi dan motifasi terus menerus maka jemaat itu menjadi suam suam kuku. oleh karena itulah tulisan iniu menjadi sangat penting menegaskan kembali siapakah orang percaya itu didalam hidupnya. Paulus menggambarkan pengaruh duniawi itu adalah gelap, tetapi orang percaya itu adalah anak-anak terang. keduanya tidak pernah menyatu, tetapi terang harus tetap dalam komitmennya suatu saat kegelapan itu akan sirna. Paulus mengatakan : Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang (ay. 8). Orang percaya seharusnya meninggalkan kehidupan kegelapan itu dan menghidupi terang dalam dirinya. Sebab Yesus yang memanggil mereka juga adalah terang (Yoh 8:12). Pertempuran antara terang dan gelap akan berlangsung sepanjang jaman dalam bent yag semakin kompleks pula. kalau di Efesus kasusnya masih seputar kebebasan seks, perdukunan dan yang lain tapi masa kini semakin banyak. initinya kasih dianatar kita semakin menipis, tergantikan dengan cintya uang, materi, melegalkan kekerasan, bahkan karakter karakter buruk yang berkeinginan menjatuhkan orang lain asalkan dia dan kelompoknya aman. Sangat nyatalah pada masa kampanye pemilu Legis lativ yang akan berlangusng tgl 9 April 2014. Bisanya orang yang dulunya tidak ramah, berkuasa tiba-tiba mau menyapa, menggendong anak-anak yang bau apek, senyum ramah dan mau pula merogih kantungnya. Kok tiba tiba berobah? berarti ada sesuatu yang terjadi. mereka bukan berobah jadi orang baik, tetapi berpura-pura orang baik. kalau memang dulunya dia orang baik sekarang datang keoada anda, tentu tidak perlu dicurigai dan jangan pula menghianatinya.
Yang jelas paulus mengatakan orang percaya itu adalah anak-anak terang, yang berbuah kebenaran dan kebaikan kebaikan yang menjauhkan diri dari praktek tak terpuji itu: "Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebutkan saja pun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan" (ay. 11-12). Permintaan ini menunjukkan bahwa sebagai orang percaya harus menunjukkan prilaku nyata bukan hanya didepan umum tetapi juga didalam diri orang Kristen itu sendiri.






0 komentar:

Posting Komentar